Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan potensi terjadinya kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia lebih moderat, atau tidak akan seperti lonjakan kasus yang terjadi pada pertengahan tahun 2021.

Dicky dalam diskusi daring bertajuk "Menangkal Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia" yang diselenggarakan sebuah media yang dipantau di Jakarta, Senin, mengatakan potensi rendahnya lonjakan kasus dikarenakan cakupan vaksinasi yang jauh lebih baik dibandingkan pada pertengahan tahun.

"Memang saat ini potensi gelombang ketiga masih dalam derajat moderat, artinya tidak seperti gelombang kedua karena sudah lebih banyak yang divaksinasi," kata Dicky.

Dia mengatakan bahwa skenario terburuk apabila terjadi gelombang ketiga di Indonesia yaitu dengan jumlah penambahan kasus 10 ribu hingga 20 ribu per hari. Namun, hal tersebut pun diprediksi hanya terjadi apabila tidak ada pengetatan dan kebijakan PPKM dicabut, dan orang-orang sudah tidak lagi memakai masker.

Baca juga: Jubir: Jumlah kasus COVID-19 naik tiap kali masuki libur panjang

Baca juga: Pakar: Risiko kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi


Bahkan dengan kebijakan yang ada saat ini pun Dicky optimistis bahwa potensi peningkatan kasus tidak akan tinggi.

"Bahkan dengan PPKM yang sekarang pun, belum level 3, sebetulnya proyeksinya masih jauh lebih moderat daripada ancaman Januari lalu maupun ancaman gelombang kedua," kata dia.

Kendati demikian Dicky mengingatkan agar Indonesia tidak terlalu percaya diri lantaran belum banyak informasi terkait penyakit COVID-19 yang diketahui sehingga masih menimbulkan banyak ketidakpastian.

Dia mencontohkan kasus di Eropa, yang mana negara-negara maju seperti Denmark dengan sistem kesehatan yang paling bagus sekalipun tetap saja masih mengalami ledakan kasus COVID-19 yang terjadi saat ini.*

Baca juga: Satgas ingatkan masyarakat pandemi COVID-19 belum berakhir

Baca juga: Melindungi warga Sulteng dari ancaman gelombang ketiga COVID-19