Surabaya (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mendorong adanya hilirisasi produk pada hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi (PT) vokasi.

"Penelitian terapan di perguruan tinggi vokasi saat ini masih banyak yang bercampur dengan penelitian akademik," ujar Direktur Akademik Perguruan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beni Bandanadjaya, di sela-sela diskusi forum grup bertema "Membangun Ekosistem Riset Terapan Inovatif yang Sinergis dan Aplikatif sebagai Kontribusi Nyata terhadap Kebutuhan Dunia Usaha, Dunia Industri dan Masyarakat" di Surabaya, Senin.

Meski sudah ada pelaksanaan penelitian dengan tujuan menghasilkan produk, namun sebagian besar masih melaksanakan penelitian dasar yang menjadi bidang penelitian akademik.

"Target utama penelitian terapan pendidikan tinggi vokasi adalah menghasilkan penelitian terapan dapat menghasilkan produk-produk nyata yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat, serta dapat bermanfaat dan digunakan secara luas oleh masyarakat," ucap dia.

Oleh sebab itu, kata Beni, diskusi ini dilakukan sebagai upaya membangun ekosistem riset terapan inovatif yang sinergis dan aplikatif sebagai kontribusi nyata terhadap kebutuhan dunia usaha dunia industri (DUDI) dan masyarakat serta Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi.

Beni mengungkapkan tantangan riset terapan saat ini adalah bagaimana membuat koneksi antara peneliti dan dunia industri atau pengguna hasil penelitian.

"Agar hasil penelitian dapat dilanjutkan menjadi produk nyata yang digunakan oleh masyarakat dan diproduksi massal oleh industri," katanya.

Sebagai solusinya, lanjut dia, adalah membuat kebijakan penelitian yang mendorong dosen peneliti untuk bekerja sama dengan dunia industri serta memberikan dana pendampingan (matching fund) bagi peneliti yang bekerja sama dengan industri.

Sementara itu, Ketua Panitia FGD Adrianus Amheka menyebutkan sejatinya riset terapan pada perguruan tinggi vokasi, khususnya selama kurun waktu setahun ini, sudah semakin membaik.

Bahkan, kata dia, telah terjadi eksponensial dalam hal kontribusi nyata pada permasalahan masyarakat dan industri.

Adrianus menyampaikan salah satu tantangan riset terapan adalah adanya ketimpangan dalam pemahaman esensi riset terapan dari para pemangku kepentingan.

"Cara pandang harus diubah bukan sebatas dorongan aspirasi dari masyarakat dan industri untuk dipenuhi perguruan tinggi. Namun dipastikan wajib pada ranah adanya permintaan sehingga produk layak diproduksi industri dan siap dikomersialisasikan secara massal sehingga tercipta," tutur Guru Besar Politeknik Negeri Kupang tersebut.