Yerusalem (ANTARA News) - Armada kapal bantuan yang akan berusaha
menerobos blokade Gaza "harus dihentikan", kata Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu kepada sekelompok utusan Eropa, Senin.
Dalam pernyataan pada acara makan siang bersama para ketua misi
Uni Eropa di Yerusalem, Netanyahu mengatakan, penghentian armada kapal
tujuan Gaza merupakan "kepentingan bersama" bagi Israel dan Eropa.
"Kami mengetahui ada upaya provokasi pada Mei, mungkin awal Juni,
bagi armada kapal lain, bukan armada perdamaian namun provokasi, sebuah
provokasi yang disengaja dalam upaya menyulut wilayah Timur Tengah
ini," kata Netanyahu, seperti dilaporkan AFP.
"Saya rasa merupakan kepentingan bersama anda dan kami, dan saya
rasa sesuatu yang harus... anda sampaikan kepada pemerintah anda, bahwa
armada kapal ini harus dihentikan," lanjut pemimpin Israel tersebut.
Para aktivis dari 25 negara berencana berlayar dengan 15 kapal ke
Gaza pada Mei untuk menandai peringatan tahun pertama penyerbuan
terhadap armada kapal bantuan tujuan Gaza oleh pasukan komando Israel.
Sebelumnya bulan ini, Netanyahu mendesak Sekretaris Jendral PBB
Ban Ki-moon menghentikan kapal-kapal yang berusaha menerobos blokade
Gaza.
Ia mengatakan, penyelenggara armada kapal itu mencakup
unsur-unsur muslim garis keras yang bertujuan menciptakan provokasi dan
menimbulkan kekacauan besar.
Israel memblokade Jalur Gaza pada Juni 2006 setelah gerilyawan
menangkap Gilad Shalit dalam serangan lintas-batas mematikan dari
wilayah itu, dan hingga kini prajurit Israel itu masih ditahan di
wilayah tersebut.
Israel menjadi sorotan dunia setelah serangan mematikan terhadap armada kapal bantuan tujuan Gaza pada Mei 2010.
Laporan yang dikeluarkan Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 22
September menyebutkan, ada "bukti jelas untuk mendukung penuntutan"
terhadap Israel karena pembunuhan dan penyiksaan yang disengaja dalam
serangan Mei yang menewaskan sembilan aktivis Turki itu.
Israel menolak laporan itu dengan menyebutnya sebagai bias dan
mendukung satu pihak dan menekankan bahwa mereka bertindak sesuai dengan
hukum internasional.
Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan
yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei 2010. Sembilan aktivis Turki
pro-Palestina tewas dalam serangan di kapal Turki, Mavi Marmara, yang
memimpin armada kapal bantuan itu menuju Gaza.
Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang
pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan
Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.
Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua
negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden
tersebut.
Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga
rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali
menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.
Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan
Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi
bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya
untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.
Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan
penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada
2007.
Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian
meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas
serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan
terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki.
Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan
sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.
Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh
Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah
mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud
Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel.
Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang
dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.
(M014/K004)
Netanyahu: Armada Kapal Bantuan Tujuan Gaza Harus Dihentikan
11 April 2011 23:39 WIB
Perdana Menteri Israel, Netanyahu (istimewa)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: