Bukit Asam targetkan produksi batu bara 37 juta ton 2022
21 November 2021 20:34 WIB
Petugas mengoperasikan "stekker recliming" untuk memindahkan batubara ke "conveyor belt" di kawasan tambang batubara airlaya milik PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (16/11/2021). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp)
Palembang (ANTARA) - Badan Usaha Milik Negara sektor pertambangan batu bara PT Bukit Asam menargetkan peningkatan volume produksi hingga 37 juta ton pada tahun 2022 atau meningkat 23,3 persen dibanding target 2021.
Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Suryo Eko Hadianto di Tanjung Enim, Minggu, mengatakan, target tersebut sehubungan dengan perkiraan adanya peningkatan permintaan industri dan potensi pasar baru di sejumlah negara.
Ia mengatakan perusahaan optimistis target tersebut dapat tercapai karena berkaca pada pencapaian produksi batu bara PTBA hingga triwulan III 2021 yang mencapai 25,7 persen.
“Kami menyakini hingga akhir tahun ini bisa mencapai total produksi 30 juta ton,” kata dia.
Dari jumlah tersebut sekitar 47 persen disalurkan untuk kebutuhan domestik, sementara untuk ekspor mencapai 53 persen.
Sejauh ini, China dan India masih menjadi pasar utama batu bara dari PTBA.
Namun ke depan, ekspor akan mengarah ke pasar baru yakni kawasan Indo-China seperti Kamboja dan Myanmar yang berpotensi masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar energinya.
Sementara untuk kebutuhan domestik, ujar Suryo, pihaknya akan berkonsentrasi pada hilirisasi produk batubara sebagai tindak lanjut transformasi PTBA menjadi perusahaan energi.
Selain masih memasok untuk kebutuhan PLN, pihaknya juga akan menyediakan pasokan batubara untuk gasifikasi batubara sebesar 6 juta ton.
Untuk program ini, ujar Suryo , kerjasama antara PTBA, Pertamina, dan Air Products and Chemicals Inc (Amerika Serikat), sudah mencapai tahap finalisasi.
Jika melihat perkembangannya saat ini, proses gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) ini direncanakan akan memasuki tahapan studi kelayakan detail pada kuartal III 2022 dan diproyeksi dapat mulai dijalankan pada 2024-2025. Bahan ini disiapkan sebagai pengganti LPG.
Selain itu, pembangunan PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2 X660 megawatt yang ditargetkan tuntas pada Maret 2022 dan diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2022. Kehadiran PLTU ini akan mengaliri listrik hingga ke Sumatera Utara.
Namun menurut Suryo, tahun depan, distribusi produksi akan lebih mengarah ke pasar ekspor dibanding kebutuhan domestik. Ini terjadi lantaran adanya peningkatan permintaan dan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Dengan perkiraan kondisi pasar ini, ujar Suryo, pihaknya menargetkan volume produksi sampai 37 juta ton sampai akhir 2022. Agar hal itu dapat direalisasikan, sudah ada dua titik eksplorasi yang akan disiapkan yakni di Suban Jeriji dan Bangko Tengah.
Dari sisi infrastruktur, PTBA juga telah menyelesaikan penambahan train load station (TLS) untuk menampung produksi batu bara.
“Fasilitas ini akan tuntas pada akhir tahun ini,” ujar Suryo.
Selain itu, PTBA juga menunggu komitmen PT KAI untuk menambah kapasitas angkut kereta agar produksi yang telah ditambang dapat diangkut.
Baca juga: Bukit Asam bantu Pemkab Muaraenim entaskan kemiskinan
Baca juga: Bukit Asam targetkan produksi 30 juta ton batubara hingga akhir 2021
Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Suryo Eko Hadianto di Tanjung Enim, Minggu, mengatakan, target tersebut sehubungan dengan perkiraan adanya peningkatan permintaan industri dan potensi pasar baru di sejumlah negara.
Ia mengatakan perusahaan optimistis target tersebut dapat tercapai karena berkaca pada pencapaian produksi batu bara PTBA hingga triwulan III 2021 yang mencapai 25,7 persen.
“Kami menyakini hingga akhir tahun ini bisa mencapai total produksi 30 juta ton,” kata dia.
Dari jumlah tersebut sekitar 47 persen disalurkan untuk kebutuhan domestik, sementara untuk ekspor mencapai 53 persen.
Sejauh ini, China dan India masih menjadi pasar utama batu bara dari PTBA.
Namun ke depan, ekspor akan mengarah ke pasar baru yakni kawasan Indo-China seperti Kamboja dan Myanmar yang berpotensi masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar energinya.
Sementara untuk kebutuhan domestik, ujar Suryo, pihaknya akan berkonsentrasi pada hilirisasi produk batubara sebagai tindak lanjut transformasi PTBA menjadi perusahaan energi.
Selain masih memasok untuk kebutuhan PLN, pihaknya juga akan menyediakan pasokan batubara untuk gasifikasi batubara sebesar 6 juta ton.
Untuk program ini, ujar Suryo , kerjasama antara PTBA, Pertamina, dan Air Products and Chemicals Inc (Amerika Serikat), sudah mencapai tahap finalisasi.
Jika melihat perkembangannya saat ini, proses gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) ini direncanakan akan memasuki tahapan studi kelayakan detail pada kuartal III 2022 dan diproyeksi dapat mulai dijalankan pada 2024-2025. Bahan ini disiapkan sebagai pengganti LPG.
Selain itu, pembangunan PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2 X660 megawatt yang ditargetkan tuntas pada Maret 2022 dan diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2022. Kehadiran PLTU ini akan mengaliri listrik hingga ke Sumatera Utara.
Namun menurut Suryo, tahun depan, distribusi produksi akan lebih mengarah ke pasar ekspor dibanding kebutuhan domestik. Ini terjadi lantaran adanya peningkatan permintaan dan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Dengan perkiraan kondisi pasar ini, ujar Suryo, pihaknya menargetkan volume produksi sampai 37 juta ton sampai akhir 2022. Agar hal itu dapat direalisasikan, sudah ada dua titik eksplorasi yang akan disiapkan yakni di Suban Jeriji dan Bangko Tengah.
Dari sisi infrastruktur, PTBA juga telah menyelesaikan penambahan train load station (TLS) untuk menampung produksi batu bara.
“Fasilitas ini akan tuntas pada akhir tahun ini,” ujar Suryo.
Selain itu, PTBA juga menunggu komitmen PT KAI untuk menambah kapasitas angkut kereta agar produksi yang telah ditambang dapat diangkut.
Baca juga: Bukit Asam bantu Pemkab Muaraenim entaskan kemiskinan
Baca juga: Bukit Asam targetkan produksi 30 juta ton batubara hingga akhir 2021
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: