Teheran (ANTARA News/IRNA-OANA) - Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan perlunya segera mengirimkan bantuan kemanusiaan dan bantuan jangka panjang untuk Pantai Gading guna membantu negara itu mendorong ekonominya.

Pernyataan itu dibuat oleh Pembantu Sekretaris Jenderal PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM), Ivan Simonovic, dalam artikel terbarunya berjudul "Postcard from Abidjan" (kartu pos dari Abidjan, ibukota Pantai Gading).

Menurut siaran pers yang dikeluarkan oleh Pusat Informasi PBB (UNIC) di Jakarta, Senin, antara lain menyebutkan bau busuk kematian menyebar di seantero permukiman Carrefour di Duekoue.

"Saat melakukan perjalanan di sekitar Abidjan dan barat Pantai Gading selama seminggu terakhir, sulit untuk melarikan diri dari bau busuk kematian," kata Simonovic.

Ia menimpali, "Di lingkungan Carrefour di Duekoue, saya mengintip ke dalam sumur di markas yang ditinggalkan salah satu milisi berperang. Tidak ada tubuh terlihat tapi bau itu jelas ada."

Di tempat lain, tingkat pertumpahan darah sudah muncul. Dalam dua insiden mematikan, yang paling terakhir pada 28 Maret, lebih dari 300 orang tewas.

Para anggota pasukan penjaga perdamaian Marokko yang dikirim ke lokasi pembantaian ini, sejauh ini telah menghitung sebanyak 200 mayat, yang tergeletak di semak-semak padat dan tempat-tempat lain yang tidak dapat diakses.

Sebuah tim hak asasi manusia PBB juga hadir di tempat kejadian, mengumpulkan bukti dan mencoba untuk membentuk rantai peristiwa.

Insiden pertama terjadi di daerah yang dikuasai pasukan yang setia kepada Presiden Laurent Gbagbo dan korban sebagian besar anggota kelompok etnis Dioula, yang cenderung mendukung saingan Gbagbo, Alassane Ouattara, yang secara luas diakui sebagai pemenang pemilu dan presiden yang sah negara itu.

Yang kedua terjadi di suatu wilayah di bawah kendali pasukan yang setia kepada Ouattara, dan korban sebagian besar dari etnis Guere, yang cenderung mendukung Gbagbo. Mereka tewas ditemukan dalam pakaian sipil.

Hal ini tidak diketahui secara pasti berapa banyak orang telah meninggal di Abidjan.

Guillaume Ngefa, kepala tim HAM PBB di Pantai Gading memperkirakan lebih dari 400.

Mayat tidak dikumpulkan secara sistematis karena pertempuran berlanjut dan risiko keamanan, sementara itu rumah sakit kehabisan obat dasar dan makanan langka, membuat banyak orang lapar dan takut.

Para penjaga perdamaian PBB menggunakan kendaraan-kendaraan lapis baja untuk mengevakuasi diplomat dan wartawan yang terperangkap dalam pertempuran di Cocody, dekat lingkungan ke kediaman presiden di mana Laurent Gbabgo masih bersembunyi. Sebaliknya, masyarakat lokal tidak memiliki rute pelarian tersebut.

"Presiden Ouattara, yang sekarang mengendalikan seluruh negeri selain pusat Abidjan, mengatakan kepada saya bahwa ia akan melakukan segala daya untuk memutus lingkaran setan kekerasan berbasis etnis," kata Ivan Simonovic.

"Saya akan membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi dan memastikan akuntabilitas setiap orang dengan kejahatan yang dilakukan, tidak peduli afiliasi politik atau etnis," katanya.

"Saya inginkan rekonsiliasi. Saya akan membentuk pemerintahan di mana semua wilayah dan kelompok etnis akan diwakili," kata Ouattara seperti dikutip dalam laporan Ivan Simonovic.
(Uu.H-AK/S004)