Anti Hoax
Hoaks! Jepang gunakan Ivermectin dan tinggalkan vaksin COVID-19
21 November 2021 09:19 WIB
ARSIP - Seorang pensiunan menerima vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Moderna di pusat vaksinasi masal yang baru dibuka di Tokyo, Jepang, Senin (24/5/2021). Carl Court/Pool via REUTERS/hp/cfo (REUTERS/POOL)
Jakarta (ANTARA/JACX) - Di Twitter, seorang warganet mempertanyakan alasan penyebarluasan informasi tentang kematian akibat COVID-19 oleh para pegawai kantoran dan pemerintah.
Pemilik akun Twitter itu menyebut Jepang justru telah melenyapkan COVID-19 dengan pembagian obat Ivermectin dan membuang vaksin yang disebutnya sebagai eksperimental.
Berikut narasi unggahan pada 13 November itu yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:
"Mengapa para pegawai kita, pemerintah, melaporkan lebih banyak kematian 'Covid'? Pernahkah mereka mendengar bahwa Jepang menghilangkan Covid dengan mendistribusika Ivermectin dan membuang 'vaksin' eksperimental 'berbahaya'??
Namun, benarkah Jepang telah meninggalkan vaksin untuk melenyapkan COVID-19?
Penjelasan:
Narasi yang menyebut Jepang telah beralih ke obat Ivermectin, semula muncul dari konten artikel situs Hal Turner Radio Show. Situs itu berasal dari program siaran yang dimiliki komentator politik sayap kanan di AS.
Namun, konten yang menyebut Jepang telah meninggalkan vaksin COVID-19 merupakan kabar bohong.
Badan Farmasi dan Perangkat Medis (PMDA) Jepang, sebagai lembaga pengatur obat, masih menyebut vaksin dan terapi lain terkait COVID-19 dalam daftar mereka.
Dalam daftar itu, terdapat sejumlah vaksin seperti Moderna, Pfizer/BioNTech dan Oxford/AstraZeneca, selain obat-obat terapi untuk penderita COVID-19 seperti remdesivir, baricitinib, casilibimab, dan sotrovimab.
Justru tidak terdapat ivermectin dalam daftar obat untuk terapi COVID-19 dalam situs PMDA Jepang.
Laporan lembaga penyiaran publik Jepang NHKmenyatakan sekira 77 persen dari populasi negara Matahari Terbit itu telah menerima setidaknya dosis pertama vaksin COVID-19 pada 1 November 2021. Sedangkan 72 persen populasi telah menerima dosis kedua.
Sementara, Reuters menyebut program vaksinasi yang cepat dan pembatasan kerumunan darurat selama enam bulan berkontribusi terhadap penurunan kasus COVID-19 di Jepang sejak awal Oktober 2021.
Klaim: Jepang gunakan Ivermectin dan tinggalkan vaksin COVID-19
Rating: Hoaks/Disinformasi
Cek fakta: Misinformasi! Pfizer tambahkan zat penguat jantung dalam vaksin untuk anak
Cek fakta: Hoaks! Robot akan vaksinasi COVID-19 secara paksa kepada manusia
Cek fakta: Hoaks! Istri CEO Pfizer meninggal karena vaksin COVID-19
Pemilik akun Twitter itu menyebut Jepang justru telah melenyapkan COVID-19 dengan pembagian obat Ivermectin dan membuang vaksin yang disebutnya sebagai eksperimental.
Berikut narasi unggahan pada 13 November itu yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:
"Mengapa para pegawai kita, pemerintah, melaporkan lebih banyak kematian 'Covid'? Pernahkah mereka mendengar bahwa Jepang menghilangkan Covid dengan mendistribusika Ivermectin dan membuang 'vaksin' eksperimental 'berbahaya'??
Namun, benarkah Jepang telah meninggalkan vaksin untuk melenyapkan COVID-19?
Penjelasan:
Narasi yang menyebut Jepang telah beralih ke obat Ivermectin, semula muncul dari konten artikel situs Hal Turner Radio Show. Situs itu berasal dari program siaran yang dimiliki komentator politik sayap kanan di AS.
Namun, konten yang menyebut Jepang telah meninggalkan vaksin COVID-19 merupakan kabar bohong.
Badan Farmasi dan Perangkat Medis (PMDA) Jepang, sebagai lembaga pengatur obat, masih menyebut vaksin dan terapi lain terkait COVID-19 dalam daftar mereka.
Dalam daftar itu, terdapat sejumlah vaksin seperti Moderna, Pfizer/BioNTech dan Oxford/AstraZeneca, selain obat-obat terapi untuk penderita COVID-19 seperti remdesivir, baricitinib, casilibimab, dan sotrovimab.
Justru tidak terdapat ivermectin dalam daftar obat untuk terapi COVID-19 dalam situs PMDA Jepang.
Laporan lembaga penyiaran publik Jepang NHKmenyatakan sekira 77 persen dari populasi negara Matahari Terbit itu telah menerima setidaknya dosis pertama vaksin COVID-19 pada 1 November 2021. Sedangkan 72 persen populasi telah menerima dosis kedua.
Sementara, Reuters menyebut program vaksinasi yang cepat dan pembatasan kerumunan darurat selama enam bulan berkontribusi terhadap penurunan kasus COVID-19 di Jepang sejak awal Oktober 2021.
Klaim: Jepang gunakan Ivermectin dan tinggalkan vaksin COVID-19
Rating: Hoaks/Disinformasi
Cek fakta: Misinformasi! Pfizer tambahkan zat penguat jantung dalam vaksin untuk anak
Cek fakta: Hoaks! Robot akan vaksinasi COVID-19 secara paksa kepada manusia
Cek fakta: Hoaks! Istri CEO Pfizer meninggal karena vaksin COVID-19
Pewarta: Tim JACX
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2021
Tags: