Surabaya (ANTARA) -
WITT (Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) Provinsi Jawa Timur mengingatkan para orang tua untuk melindungi anaknya dari bahaya dan paparan asap rokok.

"Anak-anak perlu mendapat perhatian, kasih sayang dan lingkungan yang tentunya sehat," ujar Ketua WITT Jawa Timur Arie Soeripan kepada wartawan dalam rangka Hari Anak Sedunia 2021 di Surabaya, Sabtu.

Pihaknya berkomitmen akan terus memberikan edukasi terhadap bahaya asap rokok, terutama yang berdampak pada anak-anak.

Menurut dia, paparan asap rokok sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan dampak kesehatan cukup signifikan kepada siapapun yang menghirupnya.

Baca juga: Kemenkeu berencana naikkan cukai rokok untuk turunkan perokok anak Baca juga: KPAI minta pemerintah lindungi anak dari paparan rokok


Arie yang juga Ketua Gerakan Antinarkotika (GRANAT) Jawa Timur tersebut menjelaskan bahwa paparan asap rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, yang 250 jenis di antaranya disebut sangat beracun.

"Parahnya lagi, dari 50 jenis di antaranya dikenal bisa memicu kanker," ucap dia.

Jika asap rokok sering terkena anak, kata dia, dapat mengakibatkan sindrom kematian mendadak pada bayi, menghambat pertumbuhan paru-paru, masalah pernafasan ketika dewasa dan pada saat beranjak remaja anak juga akan menjadi perokok.

"Dengan berhenti merokok kita bisa lebih sehat dan tidak menyebarkan asap rokok berbahaya bagi orang lain. Harapannya, sebagai orang tua harus terus mengadakan pendampingan dan memotivasi anak-anak tetap semangat, kreatif serta inovatif," kata dia.

Baca juga: Masyarakat diminta gencar kampanye bahaya rokok untuk jaga anak
Baca juga: Masyarakat diminta gencar kampanye bahaya rokok untuk jaga anak

Di sisi lain, dalam rangka memperingati Hari Anak Sedunia, WITT pada Sabtu (19/11) menggelar kegiatan bersama anak-anak yatim dhuafa dan difabel.

Ia menekankan agar anak-anak tersebut tidak sampai terkena paparan asap rokok karena juga akan sangat membahayakan bagi kesehatan.

Pada kesempatan tersebut, Arie sempat mendapat keluhan dari seorang ibu yang anaknya difabel, namun suaminya seorang perokok berat.

"Ibu itu bingung karena tidak tahu bagaimana caranya agar suaminya berhenti merokok, apalagi di tengah keadaan ekonomi keluarga yang berat. Ibu itu sampai menangis, dan saya mencoba memberikan dukungan kekuatan agar sabar serta melihat masa depan anaknya," tutur dia.

Baca juga: 40 persen RW di Yogyakarta jadi Kawasan Tanpa Rokok
Baca juga: Revisi PP 109/2021 tangani paparan rokok pada anak di masa pandemi

Baca juga: Pemerintah serius turunkan prevalensi perokok anak