Denpasar (ANTARA News) - Menteri Perdagangan (Mendag) Marie Elka Pangestu mengatakan meski pasar ekspor Indonesia ke Jepang tidak terlalu terpengaruhi pasca gempa dan tsunami, namun beberapa komoditas impor diperkirakan akan terganggu.
"Terganggunya komoditas impor dari Jepang itu terjadi karena sejumlah pelabuhan di negara tersebut rusak oleh bencana alam yang dahsyat," katanya di Denpasar, Bali, Sabtu.
Dia mengatakan selain itu beberapa pabrik yang memproduksi produk-produk impor tersebut mengalami kerusakan yang parah sehingga akan terjadi kelangkaan.
Komiditas impor yang diperkirakan persediaannya terbatas itu, antara lain komponen elektronik dan suku cadang kendaraan bermotor.
"Terbatasnya persediaan tersebut akan mengganggu industri kendaraan bermotor setelah Mei 2011. Perkiraan itu berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo)," ujarnya.
Dia menjelaskan, untuk mengatasi keterbatasan tersebut, pihaknya belum bisa mengetahui langkah penyelesaian tentang permasalahan tersebut.
Saat ini, ucapnya, berdasarkan laporan dari Gaikindo persediaan suku cadang yang ada diperkirakan hanya bisa memenuhi kebutuhan sampai akhir April.
Sebelumnya Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Victor PH Nikijuluw meyakinkan bahwa komoditas impor perikanan dari Jepang terjamin bebas dari radiasi akibat kebocoran Reaktor Nuklir Fukushima, Jepang.
"Kami yakin ikan yang diimpor dari Jepang terbebas dari radiasi, sebab sebelum masuk ke Indonesia, semua komoditas tersebut harus mendapat label bebas radiasi dari otoritas Jepang dan BPPOM," katanya.
Dia menjelaskan, ikan yang diimpor itu jumlah tidak terlalu banyak, hanya beberapa jenis ikan yang merupakan spesies asli Negeri Sakura.
Ikan tersebut biasanya dibutuhkan oleh para pengusaha yang menjual makanan khas Jepang. Makanan itu biasanya hanya digemari kalangan tertentu di Tanah Air atau ekspatriat asal Negeri Matahari Terbit.(*)
(T.KR-IGT/K005)
Pasca Tsunami Jepang Komiditas Impor Terganggu
9 April 2011 19:19 WIB
Mari Elka Pangestu. (FOTO.ANTARA)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: