Indonesia butuh SDM iptek kompeten lahirkan invensi dan inovasi
19 November 2021 20:36 WIB
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa berbicara dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi (FKRI) 2021 dalam jaringan di Jakarta, Jumat (19/11/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa mengatakan Indonesia membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang mampu melahirkan invensi dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa.
"Salah satunya yang amat diperlukan adalah SDM iptek yang kompeten yang memenuhi taraf sebagai peneliti dan juga yang mampu melahirkan invensi dan inovasi," kata Suharso dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi (FKRI) 2021 dalam jaringan di Jakarta, Jumat.
Dalam pelaksanaan riset berkualitas dan bermanfaat, SDM iptek harus didukung dengan ketersediaan infrastruktur riset yang handal dan anggaran yang memadai sehingga pelaksanaan riset dapat dilakukan secara maksimal.
Baca juga: PPN: SDM iptek berkualitas dan menguasai teknologi bawa Indonesia maju
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu mengatakan pemerintah senantiasa mendukung pembangunan infrastruktur riset strategis dan kawasan sains dan teknologi strategis di berbagai lokasi prioritas.
"Mendorong penguasaan iptek agar kita tidak menjadi konsumen saja tapi juga sekaligus bisa menjadi bagian dari solusi atas permasalahan pembangunan," ujarnya.
Suharso menuturkan pada 2019 SDM iptek yang terdiri dari peneliti, perekayasa, dan pengajar di universitas yang intens melakukan penelitian terutama yang berkualifikasi S3 hanya sebesar 14,08 persen.
Kualifikasi S3 mewakili kemampuan SDM iptek dalam melakukan riset yang benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat luas, memiliki jejaring riset yang luas dan mempunyai kapasitas mengomunikasikan riset dengan baik.
Dalam suatu skenario, Suharso menuturkan jika menargetkan 20 persen SDM iptek berkualifikasi S3 pada 2024, maka ada 17.881 orang yang harus ditingkatkan kualifikasinya.
Oleh karenanya, ia mengharapkan SDM iptek Indonesia seperti dosen di perguruan tinggi dapat terus meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya serta melakukan riset yang berdampak besar.
Baca juga: Ciptakan ekosistem, BRIN perkuat pengembangan SDM iptek dan riset
Menurut Suharso, para pengajar di perguruan tinggi tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga merupakan salah satu produsen ilmu pengetahuan dan inovasi.
Kualitas SDM iptek dilihat dari sisi kualifikasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi dan produktivitasnya di dalam melakukan riset dan menghasilkan invensi dan inovasi.
"Iptek dalam hal ini sangat penting menjadi salah satu faktor dalam kemajuan bangsa dan di dalamnya adalah SDM itu sendiri, merekalah yang di ujung tombak sebagai penggerak sebagai pelaku utama," kata Suharso.
Baca juga: BRIN: RISET-Pro kembangkan SDM iptek unggul menuju Indonesia Emas 2045
"Salah satunya yang amat diperlukan adalah SDM iptek yang kompeten yang memenuhi taraf sebagai peneliti dan juga yang mampu melahirkan invensi dan inovasi," kata Suharso dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi (FKRI) 2021 dalam jaringan di Jakarta, Jumat.
Dalam pelaksanaan riset berkualitas dan bermanfaat, SDM iptek harus didukung dengan ketersediaan infrastruktur riset yang handal dan anggaran yang memadai sehingga pelaksanaan riset dapat dilakukan secara maksimal.
Baca juga: PPN: SDM iptek berkualitas dan menguasai teknologi bawa Indonesia maju
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu mengatakan pemerintah senantiasa mendukung pembangunan infrastruktur riset strategis dan kawasan sains dan teknologi strategis di berbagai lokasi prioritas.
"Mendorong penguasaan iptek agar kita tidak menjadi konsumen saja tapi juga sekaligus bisa menjadi bagian dari solusi atas permasalahan pembangunan," ujarnya.
Suharso menuturkan pada 2019 SDM iptek yang terdiri dari peneliti, perekayasa, dan pengajar di universitas yang intens melakukan penelitian terutama yang berkualifikasi S3 hanya sebesar 14,08 persen.
Kualifikasi S3 mewakili kemampuan SDM iptek dalam melakukan riset yang benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat luas, memiliki jejaring riset yang luas dan mempunyai kapasitas mengomunikasikan riset dengan baik.
Dalam suatu skenario, Suharso menuturkan jika menargetkan 20 persen SDM iptek berkualifikasi S3 pada 2024, maka ada 17.881 orang yang harus ditingkatkan kualifikasinya.
Oleh karenanya, ia mengharapkan SDM iptek Indonesia seperti dosen di perguruan tinggi dapat terus meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya serta melakukan riset yang berdampak besar.
Baca juga: Ciptakan ekosistem, BRIN perkuat pengembangan SDM iptek dan riset
Menurut Suharso, para pengajar di perguruan tinggi tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga merupakan salah satu produsen ilmu pengetahuan dan inovasi.
Kualitas SDM iptek dilihat dari sisi kualifikasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi dan produktivitasnya di dalam melakukan riset dan menghasilkan invensi dan inovasi.
"Iptek dalam hal ini sangat penting menjadi salah satu faktor dalam kemajuan bangsa dan di dalamnya adalah SDM itu sendiri, merekalah yang di ujung tombak sebagai penggerak sebagai pelaku utama," kata Suharso.
Baca juga: BRIN: RISET-Pro kembangkan SDM iptek unggul menuju Indonesia Emas 2045
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: