Jakarta (ANTARA News) - Keluarga Slamet Juari, salah seorang warga negara Indonesia yang disandera oleh perompak di Somalia, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk ikut membebaskan anggota keluarganya itu.

"Kemarin saya telah mengirimkan surat ke Bapak Presiden SBY. Saya minta beliau turun tangan," kata Isyam Yuni Astuti, istri Slamet Juari, kepada ANTARA News, Jumat.

Sebelumnya, siang hari tadi, anak perempuan mereka bernama Rezky Judiana Detika Syaranie, mengirimkan surat elektronik ke sejumlah media, termasuk ANTARA News, mengenai permintaan keluarga mereka kepada Presiden RI untuk ikut membebaskan ayahnya itu.

Menurut Rezky, ayahnya bekerja untuk PT Samudera Indonesia, dan disandera oleh para perompak di perairan Somalia, saat hendak menuju Laut Merah dengan tujuan akhir Belanda.

Baik Rezky maupun Yuni mengutarakan bahwa terakhir kali mereka dihubungi oleh Slamet beberapa hari lalu.

"Bapak bilang 'saya selamat dan aman," kata Rezky lewat telepon.

Pengakuan Rezky seirima dengan keterangan yang disampaikan ibunya, Yuni Astuti, yang juga menyatakan suaminya selalu mengabarkan bahwa dia dalam keadaan baik-baik.

Tetapi, demikian Yuni, sebagai istri dia tetap amat mengkhawatirkan keadaan suaminya itu.

"Terakhir dia menghubungi saya adalah kemarin. Waktu itu dia bilang, air (di kapal) habis," kata Astuti.

Slamet Juari (42), bersama 19 ABK sebuah kapal PT Samudera Indonesia, dikabarkan disandera oleh perompak Somalia.

Dari penuturan Yuni Astuti, berdasarkan keterangan terakhir suaminya, para WNI ini disandera di kapal mereka sendiri.

Rezy mengungkapkan bahwa ayahnya dan 19 ABK sudah sebulan menjadi korban penyanderaan perompak somalia, sejak 16 Maret 2011.

"Sampai sekarang mereka pun masih di tengah perairan dengan persediaan makanan yang menipis. Saya hanya ingin suatu kebijakan dari Indonesia untuk membebaskan ayah dan 19 ABK-nya," kata Rezky dalam surat elektroniknya kepada ANTARA News.

Rizky mengkritik pemerintah yang disebutnya lamban menangani krisis sandera ini, sementara Yuni Astuti mengungkapkan ada proses negosiasi pembebasan sandera yang alot dan setiap kali berubah, terutama menyangkut uang tebusan.

"Setiap hari pasti kami berdoa, namun sampai kapan menunggu tanpa bertindak? Akan makan apa mereka nanti?" demikian Rezky, yang adalah mahasiswi Universitas Trisakti, Jakarta. (*)