Artikel
Pentingnya perlindungan keamanan siber dalam digitalisasi UMKM
Oleh Hanni Sofia
18 November 2021 18:39 WIB
Sejumlah pemangku kepentingan hadir dalam acara Talkshow Digitalisasi UMKM Menembus Batas Pemasaran" di Jakarta, belum lama ini. (ANTARA/HO-Kemenkominfo)
Jakarta (ANTARA) - Mendorong UMKM go digital mestinya bukan semata mengarahkan mereka masuk ke platform siber tanpa proteksi. Sebab semua tahu bahwa digitalisasi ibarat pedang bermata dua.
Dunia digital penuh dengan ancaman siber yang bahkan bisa mengancam kedaulatan dalam langkah jangka panjang dan luas.
Platform digital juga seumpama hutan belantara yang asing terutama bagi para pelaku UMKM yang sebagian besar di antaranya sebelumnya gagap teknologi (gaptek). Dan bagi pemula, digitalisasi merupakan sesuatu yang kompleks dan rumit.
Oleh karena itu, pakar IT dan digital Profesor Marsudi Kisworo menjelaskan dalam penggunaan aplikasi digital perlu ada proteksi diri untuk menghindarkan pencurian data dan antisipasi aksi hacker. Sebab dunia digital itu bersifat global dan tidak terbatas ruang, maka mesti ada upaya menjaga database yang ketat.
Kode OTP, KTP, dan data pribadi lainnya kata dia, jangan mudah diberikan pada pihak lain dengan sembarangan. Ia pun menyarankan agar pelaku UMKM memilih marketplace terpercaya dan terbukti kredibilitasnya.
Marsudi mengajak UMKM agar banyak membaca dan belajar referensi dari pihak yang terpercaya. Hal ini untuk menjaga UMKM bisa nyaman terjun ke dunia digital, jangan sampai malah menjadi bencana usaha.
Marsudi memberikan contoh, misalnya saja untuk akun di marketplace atau sosial media sebaiknya langsung dipegang pemilik UMKM dan jangan diserahkan pegawai yang berisiko suatu saat berhenti atau bisa saja berbuat fraud di masa mendatang.
Potensi digital memang sudah selayaknya dioptimalkan terlebih di masa pandemi COVID-19.
Sebagaimana Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan, saat ini ekonomi digital Indonesia mencapai 70 miliar dolar AS, dengan e-commerce sebagai pendorong utama.
Pada tahun 2025 angka itu diperkirakan akan mencapai 146 miliar dolar AS dan ini menjadi momentum untuk bangkit dari keterpurukan akibat dampak pandemi COVID-19.
Seperti diketahui, Kemkominfo sudah membuka pelatihan bagi pelaku UMKM, dengan target pendampingan maupun fasilitasi terhadap 26 ribu pelaku UMKM yang kini masuk tahapan active selling di platform digital.
Pusat Pelatihan
Sebagai bentuk upaya perlindungan dan pembekalan kepada para pelaku UMKM, Kemkominfo telah menyediakan basecamp atau pusat pelatihan di daerah-daerah mendorong pelaku UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital melalui pendampingan dan fasilitasi.
Pelaku bisa langsung memantau penjualan di berbagai marketplace yang sekaligus sebagai aplikasi transaksi atau Point of Sales.
Melalui program Fasilitasi UMKM Menuju Active Selling, Kemkominfo juga menyiapkan pelaku UMKM secara aktif memanfaatkan teknologi dan platform digital.
Program itu mencakup empat tahapan, yaitu On Boarding, Active Selling, Scale Up Business, dan Go International Market-Export.
Maka tak heran jika ratusan pelaku UMKM yang memproduksi berbagai macam produk bergabung dalam acara webinar yang diinisiasi Kementerian Kominfo terkait cara memasarkan produk secara digital belum lama ini.
Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo
I Nyoman Adhiarna mengatakan saat ini tantangan terbesar dalam mendorong digitalisasi adalah mengubah pola pikir generasi tua untuk bisa menerima dan belajar pemasaran digital. Oleh karena itu pihaknya terus-menerus tanpa lelah memberikan bimbingan, terutama program active selling.
Selain itu juga, tidak semua daerah di Indonesia sudah terkoneksi internet, maka ia mengimbau untuk daerah yang belum terkoneksi agar fokus pada produksi dan mencari mitra pemasaran daerah yang sudah terkoneksi.
Seiring dengan saat ini pemerintah sedang terus menggenjot pembangunan infrastruktur internet di pelosok Indonesia.
Mantan artis cilik yang kini menjadi mompreneur Chikita Meidi menjelaskan tips khusus untuk sukses menjadi wirausaha, hal pertama saat menjalankan wirausaha yakni jangan takut dengan ketiadaan modal.
Sebagai ibu rumah tangga yang sudah 15 tahun menjadi wirausaha skin care itu, Chikita mengaku merintis awal usaha dengan menjadi reseller di sebuah marketplace dan juga bekerja sama dengan produsen.
Selain itu ia berpesan agar konsistensi mesti dijaga, tidak mudah menyerah, serta bergaul dengan komunitas-komunitas di sosial media untuk mengetahui perkembangan di dunia pemasaran digital.
Chikita mengaku saat ini omzet usaha rumahan yang dirintisnya sudah mencapai angka Rp80 juta sampai dengan Rp200 juta sebulan, yang dilakukan sambilan dengan mengurus rumah tangga.
Signifikansi Digitalisasi
Sementara itu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan signifikansi digitalisasi bagi pelaku UMKM sejalan dengan tantangan era Revolusi lndustri 4.0 yang menuntut seluruh kegiatan ekonomi bergeser dari konvensional menjadi lebih modern.
Pandemi COVID-19 juga turut mengakselerasi pergeseran tersebut. Dimana kegiatan usaha dan ekonomi berubah dari yang semula offline menjadi online dan penggunan teknologi digital yang lebih masif.
Simak saja, selama pandemi COVID-19 di Indonesia transaksi di e-commerce meningkat sebesar 54 persen atau lebih dari 3 juta transaksi per hari. Selain itu, ekonomi digital Indonesia berpotensi senilai 124 juta dolar AS atau kurang lebih Rp1.700 triliun pada 2025.
Bagi Teten, hal itu dapat diartikan bahwa kebutuhan untuk UMKM untuk go digital semakin tidak terhindarkan. Digitalisasi merupakan keharusan yang mendorong UMKM tak hanya mampu bertahan namun melompat bangkit berkontribusi terhadap ekonomi nasional Indonesia.
Lebih dari itu, Teten mengatakan, hingga hari ini setidaknya 25,6 persen UMKM hadir pada ekosistem digital atau sekitar 16,4 juta pelaku usaha.
Ke depan, ia berpendapat perlunya ada pendekatan ekosistem mencakup proses bisnis dari hulu ke hilir atau “end to end digital transformation” dan pendampingan bagi UMKM Indonesia agar dapat mengoptimalkan sepenuhnya platform digital.
Untuk itu, pihaknya berupaya menginisiasi adanya konsolidasi desain peta jalan, serta grand desain agar memudahkan dalam melakukan sinergi, kolaborasi, hingga kerja sama antar seluruh stakeholder di dalam ekosistem UMKM digital.
Jika hal itu telah terwujud, para pelaku UMKM tidak saja onboarding ke platform digital tetapi sekaligus mendapatkan proteksi diri di ranah belantara siber.
Dunia digital penuh dengan ancaman siber yang bahkan bisa mengancam kedaulatan dalam langkah jangka panjang dan luas.
Platform digital juga seumpama hutan belantara yang asing terutama bagi para pelaku UMKM yang sebagian besar di antaranya sebelumnya gagap teknologi (gaptek). Dan bagi pemula, digitalisasi merupakan sesuatu yang kompleks dan rumit.
Oleh karena itu, pakar IT dan digital Profesor Marsudi Kisworo menjelaskan dalam penggunaan aplikasi digital perlu ada proteksi diri untuk menghindarkan pencurian data dan antisipasi aksi hacker. Sebab dunia digital itu bersifat global dan tidak terbatas ruang, maka mesti ada upaya menjaga database yang ketat.
Kode OTP, KTP, dan data pribadi lainnya kata dia, jangan mudah diberikan pada pihak lain dengan sembarangan. Ia pun menyarankan agar pelaku UMKM memilih marketplace terpercaya dan terbukti kredibilitasnya.
Marsudi mengajak UMKM agar banyak membaca dan belajar referensi dari pihak yang terpercaya. Hal ini untuk menjaga UMKM bisa nyaman terjun ke dunia digital, jangan sampai malah menjadi bencana usaha.
Marsudi memberikan contoh, misalnya saja untuk akun di marketplace atau sosial media sebaiknya langsung dipegang pemilik UMKM dan jangan diserahkan pegawai yang berisiko suatu saat berhenti atau bisa saja berbuat fraud di masa mendatang.
Potensi digital memang sudah selayaknya dioptimalkan terlebih di masa pandemi COVID-19.
Sebagaimana Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan, saat ini ekonomi digital Indonesia mencapai 70 miliar dolar AS, dengan e-commerce sebagai pendorong utama.
Pada tahun 2025 angka itu diperkirakan akan mencapai 146 miliar dolar AS dan ini menjadi momentum untuk bangkit dari keterpurukan akibat dampak pandemi COVID-19.
Seperti diketahui, Kemkominfo sudah membuka pelatihan bagi pelaku UMKM, dengan target pendampingan maupun fasilitasi terhadap 26 ribu pelaku UMKM yang kini masuk tahapan active selling di platform digital.
Pusat Pelatihan
Sebagai bentuk upaya perlindungan dan pembekalan kepada para pelaku UMKM, Kemkominfo telah menyediakan basecamp atau pusat pelatihan di daerah-daerah mendorong pelaku UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital melalui pendampingan dan fasilitasi.
Pelaku bisa langsung memantau penjualan di berbagai marketplace yang sekaligus sebagai aplikasi transaksi atau Point of Sales.
Melalui program Fasilitasi UMKM Menuju Active Selling, Kemkominfo juga menyiapkan pelaku UMKM secara aktif memanfaatkan teknologi dan platform digital.
Program itu mencakup empat tahapan, yaitu On Boarding, Active Selling, Scale Up Business, dan Go International Market-Export.
Maka tak heran jika ratusan pelaku UMKM yang memproduksi berbagai macam produk bergabung dalam acara webinar yang diinisiasi Kementerian Kominfo terkait cara memasarkan produk secara digital belum lama ini.
Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo
I Nyoman Adhiarna mengatakan saat ini tantangan terbesar dalam mendorong digitalisasi adalah mengubah pola pikir generasi tua untuk bisa menerima dan belajar pemasaran digital. Oleh karena itu pihaknya terus-menerus tanpa lelah memberikan bimbingan, terutama program active selling.
Selain itu juga, tidak semua daerah di Indonesia sudah terkoneksi internet, maka ia mengimbau untuk daerah yang belum terkoneksi agar fokus pada produksi dan mencari mitra pemasaran daerah yang sudah terkoneksi.
Seiring dengan saat ini pemerintah sedang terus menggenjot pembangunan infrastruktur internet di pelosok Indonesia.
Mantan artis cilik yang kini menjadi mompreneur Chikita Meidi menjelaskan tips khusus untuk sukses menjadi wirausaha, hal pertama saat menjalankan wirausaha yakni jangan takut dengan ketiadaan modal.
Sebagai ibu rumah tangga yang sudah 15 tahun menjadi wirausaha skin care itu, Chikita mengaku merintis awal usaha dengan menjadi reseller di sebuah marketplace dan juga bekerja sama dengan produsen.
Selain itu ia berpesan agar konsistensi mesti dijaga, tidak mudah menyerah, serta bergaul dengan komunitas-komunitas di sosial media untuk mengetahui perkembangan di dunia pemasaran digital.
Chikita mengaku saat ini omzet usaha rumahan yang dirintisnya sudah mencapai angka Rp80 juta sampai dengan Rp200 juta sebulan, yang dilakukan sambilan dengan mengurus rumah tangga.
Signifikansi Digitalisasi
Sementara itu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan signifikansi digitalisasi bagi pelaku UMKM sejalan dengan tantangan era Revolusi lndustri 4.0 yang menuntut seluruh kegiatan ekonomi bergeser dari konvensional menjadi lebih modern.
Pandemi COVID-19 juga turut mengakselerasi pergeseran tersebut. Dimana kegiatan usaha dan ekonomi berubah dari yang semula offline menjadi online dan penggunan teknologi digital yang lebih masif.
Simak saja, selama pandemi COVID-19 di Indonesia transaksi di e-commerce meningkat sebesar 54 persen atau lebih dari 3 juta transaksi per hari. Selain itu, ekonomi digital Indonesia berpotensi senilai 124 juta dolar AS atau kurang lebih Rp1.700 triliun pada 2025.
Bagi Teten, hal itu dapat diartikan bahwa kebutuhan untuk UMKM untuk go digital semakin tidak terhindarkan. Digitalisasi merupakan keharusan yang mendorong UMKM tak hanya mampu bertahan namun melompat bangkit berkontribusi terhadap ekonomi nasional Indonesia.
Lebih dari itu, Teten mengatakan, hingga hari ini setidaknya 25,6 persen UMKM hadir pada ekosistem digital atau sekitar 16,4 juta pelaku usaha.
Ke depan, ia berpendapat perlunya ada pendekatan ekosistem mencakup proses bisnis dari hulu ke hilir atau “end to end digital transformation” dan pendampingan bagi UMKM Indonesia agar dapat mengoptimalkan sepenuhnya platform digital.
Untuk itu, pihaknya berupaya menginisiasi adanya konsolidasi desain peta jalan, serta grand desain agar memudahkan dalam melakukan sinergi, kolaborasi, hingga kerja sama antar seluruh stakeholder di dalam ekosistem UMKM digital.
Jika hal itu telah terwujud, para pelaku UMKM tidak saja onboarding ke platform digital tetapi sekaligus mendapatkan proteksi diri di ranah belantara siber.
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: