Artikel
Prediksi Daud Yordan vs Rachata Khaophimai
Oleh Muhammad Ramdan
18 November 2021 17:02 WIB
Daud Yordan (tengah) berfoto bersama tim yang membantunya dalam persiapan jelang duel perebutan gelar juara WBC International kelas ringan super (63,5kg) melawan petinju Thailand, Rachata Khaophimai, yang dijadwalkan bergulir di Pattaya, Thailand, 19 November 2021 (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)
Jakarta (ANTARA) - Pencinta tinju di Tanah Air akhirnya bisa kembali menyaksikan Daud Yordan naik ring saat berhadapan dengan petinju asal Thailand Rachata Khaophimai di Bangkok, Thailand, dan disiarkan langsung di Kompas TV pada Jumat (19/11) pukul 20:00 WIB.
Duel perebutan gelar juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super (63,5kg) sangat dinantikan insan tinju Indonesia, khususnya penggemar Daud Yordan, mengingat hampir dua tahun lamanya absen di atas ring.
Daud datang dengan kepercayaan diri tinggi. Petinju asal Kalimatan Barat itu telah mempersiapkan diri dengan matang. Sebelum bertolak ke Negeri Gajah Putih, Daud menempa diri di XBC Boxing Camp, Tangerang Selatan, Banten, bersama sang pelatih Edin Diaz.
Baca juga: Daud Yordan bidik menang KO sebelum ronde 10 di Thailand
Dia juga mendapat bala bantuan dari sejumlah petinju profesional Indonesia seperti Ongen Saknosiwi, Jansen Hebi Marapu, Stevie Ongen Ferdinandus, dan Jon Jon Jet.
Lantas bisakah Daud Yordan memenuhi harapannya membawa pulang sabuk juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super?
Andalan pengalaman
Dibandingkan dengan lawan, Daud lebih unggul dari segi pengalaman. Petinju 34 tahun itu tercatat melakoni debut profesional pada 25 Agustus 2005. Selama 16 tahun bergelut di dunia adu jotos, dia sudah banyak makan asam garam.
Selama itu pula, Daud telah melakoni 44 pertandingan dan 40 di antaranya diraih dengan kemenangan. Sebelum menjejaki kelas ringan super, dia pernah menyandang gelar juara dunia IBO kelas bulu (57,1kg) dan ringan (61,2kg).
Bahkan saat ini, dia masih menyandang gelar juara dunia IBA dan WBO Oriental kelas ringan super. Masih teringat jelas saat Daud meraih dua gelar tersebut di Jatim Park, Batu, pada 17 November 2019.
Dalam pertandingan terakhirnya tersebut, Daud membuat petinju asal Afrika Selatan Michael Mokoena menyerah pada ronde kedelapan.
Wasit harus menghentikan pertandingan karena lengan Mokoena mengalami disposisi. Masih banyak duel epos lainnya yang telah dilakoni Daud sepanjang karier tinju profesional.
Termasuk saat dia menjadi petinju Indonesia keempat yang berduel di Amerika Serikat. Lebih dari itu, debutnya di Negeri Paman Sam mencatatkan namanya dalam buku sejarah sebagai petinju Merah Putih pertama yang meraih kemenangan, tepatnya saat mengalahkan Antonio Meza asal Meksiko pada 2008.
Baca juga: Daud Yordan fokus jaga berat badan jelang duel versus petinju Thailand
Tiga petinju Indonesia sebelumnya yang pernah tampil di AS yakni Ellyas Pical, Adrian Kaspari, dan Anis Roga. Namun semuanya gagal meraih kemenangan di negeri yang menjadi kiblatnya tinju dunia tersebut.
Cino, julukkan Daud Yordan harus memanfaatkan segudang pengalaman tersebut untuk meraih kemenangan melawan Rachata Khaophimai yang masih berusia 18 tahun dan baru melakoni tujuh pertandingan sepanjang kariernya.
Namun Daud sejak awal memang enggan sesumbar dan bukan gaya dia pula untuk meremehkan lawan. Dia menyadari pernah ada di posisi Rachata Khaophimai yang muda dan haus akan kemenangan. Kata dia tinju tidak bisa diukur secara matematis, karena satu pukulan bisa mengubah semuanya.
Berbicara gaya, Daud adalah tipikal petinju swarmer atau fighter. Dengan begitu, Daud bakal terus memberikan tekanan pada lawan. Ayah dua anak itu juga memiliki stamina dan pukulan keras yang menjadi bekal di atas ring nanti.
Pada sisi lain, Rachata Khaophimai juga seperti kebanyakan petinju Thailand yang memiliki gaya yang sama dengan Daud. Dengan kata lain, pertarungan jarak dekat akan terjadi pada pertandingan nanti.
Hasilnya tergantung nanti bagaimana Daud bisa memanfaatkan kelengahan lawan. Seperti yang diungkapkan sang pelatih Edin Diaz kepada Antara beberapa waktu lalu, Daud harus bisa memainkan peran dan merusak konsentrasi lawan.
Sehingga mendapatkan celah untuk mendaratkan pukulan yang memiliki efek besar terhadap daya tahan lawan.
Baca juga: Pelatih Daud Yordan ungkap strategi saat duel versus petinju Thailand
Wajib menang KO
Meski secara teknis banyak faktor yang membuat Daud unggul, tapi dia harus mengantisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi mengingat pertandingan bergulir di kandang lawan. Sudah menjadi rahasia umum, petinju tuan rumah kerap diuntungkan.
Hasil angka bukan pilihan terbaik dalam pertandingan nanti. Dengan kata lain, Daud Yordan harus bisa menganvaskan lawan sebelum lonceng ronde terakhir berbunyi. Jika tidak, bisa merugikan yang berdampak pada hasil akhir pertarungan.
Daud pun menyadari hal tersebut. Untuk itu, dia bertekad agar bisa meng-KO lawan sebelum ronde 10. Daud harus melancarkan pukulan-pukulan keras seperti yang dilakukan pada laga-laga sebelumnya.
Cara seperti ini harus dia lakukan ketika bertanding di kandang lawan. Misalnya, ketika berhadapan dengan Pavel Malikov di DIVS, Ekaterinburg, Rusia, 22 April 2018.
Daud yang bertanding di hadapan pendukung Malikov tampil agresif dan tak memberi celah sedikit pun untuk lawan mendominasi pertandingan.
Baca juga: Daud Yordan pantang remehkan lawan termasuk Rachata Khaophimai
Dia selalu maju dan berusaha sedekat mungkin dengan lawan untuk mendaratkan pukulan-pukulan keras. Hingga akhirnya, hook kanan Daud membuat Malikov tersungkur dan tak bisa melanjutkan pertandingan pada ronde delapan. Hal ini perlu dilakukan Daud pada pertandingan melawan Rachata Khaophimai.
Dari uraian di atas, Daud punya peluang besar untuk meraih kemenangan. Namun tinju bukan olahraga terukur. Seperti diungkapkan Daud, satu pukulan bisa mengubah semuanya.
Besar harapan, Daud dapat mewujudkan ambisi menutup tahun 2021 dengan indah. Dia sangat termotivasi untuk bisa meraih kemenangan karena ingin memberikan kado spesial pada momentum Hari Pahlawan.
Semoga apa yang menjadi harapan Daud dalam pertandingan nanti dapat terwujud. Sehingga juga memotivasi petinju-petinju Indonesia lainnya untuk terus bisa mengharumkan Indonesia di pentas tinju dunia.
Sebelum menutup tulisan ini, Daud mengatakan kepada penulis bakal menampilkan sesuatu yang berbeda saat melangkah ke atas ring . Selamat berjuang Cino.
Baca juga: Daud Yordan beberkan alasan tunjuk Edin Diaz sebagai pelatih utama
Duel perebutan gelar juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super (63,5kg) sangat dinantikan insan tinju Indonesia, khususnya penggemar Daud Yordan, mengingat hampir dua tahun lamanya absen di atas ring.
Daud datang dengan kepercayaan diri tinggi. Petinju asal Kalimatan Barat itu telah mempersiapkan diri dengan matang. Sebelum bertolak ke Negeri Gajah Putih, Daud menempa diri di XBC Boxing Camp, Tangerang Selatan, Banten, bersama sang pelatih Edin Diaz.
Baca juga: Daud Yordan bidik menang KO sebelum ronde 10 di Thailand
Dia juga mendapat bala bantuan dari sejumlah petinju profesional Indonesia seperti Ongen Saknosiwi, Jansen Hebi Marapu, Stevie Ongen Ferdinandus, dan Jon Jon Jet.
Lantas bisakah Daud Yordan memenuhi harapannya membawa pulang sabuk juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super?
Andalan pengalaman
Dibandingkan dengan lawan, Daud lebih unggul dari segi pengalaman. Petinju 34 tahun itu tercatat melakoni debut profesional pada 25 Agustus 2005. Selama 16 tahun bergelut di dunia adu jotos, dia sudah banyak makan asam garam.
Selama itu pula, Daud telah melakoni 44 pertandingan dan 40 di antaranya diraih dengan kemenangan. Sebelum menjejaki kelas ringan super, dia pernah menyandang gelar juara dunia IBO kelas bulu (57,1kg) dan ringan (61,2kg).
Bahkan saat ini, dia masih menyandang gelar juara dunia IBA dan WBO Oriental kelas ringan super. Masih teringat jelas saat Daud meraih dua gelar tersebut di Jatim Park, Batu, pada 17 November 2019.
Dalam pertandingan terakhirnya tersebut, Daud membuat petinju asal Afrika Selatan Michael Mokoena menyerah pada ronde kedelapan.
Wasit harus menghentikan pertandingan karena lengan Mokoena mengalami disposisi. Masih banyak duel epos lainnya yang telah dilakoni Daud sepanjang karier tinju profesional.
Termasuk saat dia menjadi petinju Indonesia keempat yang berduel di Amerika Serikat. Lebih dari itu, debutnya di Negeri Paman Sam mencatatkan namanya dalam buku sejarah sebagai petinju Merah Putih pertama yang meraih kemenangan, tepatnya saat mengalahkan Antonio Meza asal Meksiko pada 2008.
Baca juga: Daud Yordan fokus jaga berat badan jelang duel versus petinju Thailand
Tiga petinju Indonesia sebelumnya yang pernah tampil di AS yakni Ellyas Pical, Adrian Kaspari, dan Anis Roga. Namun semuanya gagal meraih kemenangan di negeri yang menjadi kiblatnya tinju dunia tersebut.
Cino, julukkan Daud Yordan harus memanfaatkan segudang pengalaman tersebut untuk meraih kemenangan melawan Rachata Khaophimai yang masih berusia 18 tahun dan baru melakoni tujuh pertandingan sepanjang kariernya.
Namun Daud sejak awal memang enggan sesumbar dan bukan gaya dia pula untuk meremehkan lawan. Dia menyadari pernah ada di posisi Rachata Khaophimai yang muda dan haus akan kemenangan. Kata dia tinju tidak bisa diukur secara matematis, karena satu pukulan bisa mengubah semuanya.
Berbicara gaya, Daud adalah tipikal petinju swarmer atau fighter. Dengan begitu, Daud bakal terus memberikan tekanan pada lawan. Ayah dua anak itu juga memiliki stamina dan pukulan keras yang menjadi bekal di atas ring nanti.
Pada sisi lain, Rachata Khaophimai juga seperti kebanyakan petinju Thailand yang memiliki gaya yang sama dengan Daud. Dengan kata lain, pertarungan jarak dekat akan terjadi pada pertandingan nanti.
Hasilnya tergantung nanti bagaimana Daud bisa memanfaatkan kelengahan lawan. Seperti yang diungkapkan sang pelatih Edin Diaz kepada Antara beberapa waktu lalu, Daud harus bisa memainkan peran dan merusak konsentrasi lawan.
Sehingga mendapatkan celah untuk mendaratkan pukulan yang memiliki efek besar terhadap daya tahan lawan.
Baca juga: Pelatih Daud Yordan ungkap strategi saat duel versus petinju Thailand
Wajib menang KO
Meski secara teknis banyak faktor yang membuat Daud unggul, tapi dia harus mengantisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi mengingat pertandingan bergulir di kandang lawan. Sudah menjadi rahasia umum, petinju tuan rumah kerap diuntungkan.
Hasil angka bukan pilihan terbaik dalam pertandingan nanti. Dengan kata lain, Daud Yordan harus bisa menganvaskan lawan sebelum lonceng ronde terakhir berbunyi. Jika tidak, bisa merugikan yang berdampak pada hasil akhir pertarungan.
Daud pun menyadari hal tersebut. Untuk itu, dia bertekad agar bisa meng-KO lawan sebelum ronde 10. Daud harus melancarkan pukulan-pukulan keras seperti yang dilakukan pada laga-laga sebelumnya.
Cara seperti ini harus dia lakukan ketika bertanding di kandang lawan. Misalnya, ketika berhadapan dengan Pavel Malikov di DIVS, Ekaterinburg, Rusia, 22 April 2018.
Daud yang bertanding di hadapan pendukung Malikov tampil agresif dan tak memberi celah sedikit pun untuk lawan mendominasi pertandingan.
Baca juga: Daud Yordan pantang remehkan lawan termasuk Rachata Khaophimai
Dia selalu maju dan berusaha sedekat mungkin dengan lawan untuk mendaratkan pukulan-pukulan keras. Hingga akhirnya, hook kanan Daud membuat Malikov tersungkur dan tak bisa melanjutkan pertandingan pada ronde delapan. Hal ini perlu dilakukan Daud pada pertandingan melawan Rachata Khaophimai.
Dari uraian di atas, Daud punya peluang besar untuk meraih kemenangan. Namun tinju bukan olahraga terukur. Seperti diungkapkan Daud, satu pukulan bisa mengubah semuanya.
Besar harapan, Daud dapat mewujudkan ambisi menutup tahun 2021 dengan indah. Dia sangat termotivasi untuk bisa meraih kemenangan karena ingin memberikan kado spesial pada momentum Hari Pahlawan.
Semoga apa yang menjadi harapan Daud dalam pertandingan nanti dapat terwujud. Sehingga juga memotivasi petinju-petinju Indonesia lainnya untuk terus bisa mengharumkan Indonesia di pentas tinju dunia.
Sebelum menutup tulisan ini, Daud mengatakan kepada penulis bakal menampilkan sesuatu yang berbeda saat melangkah ke atas ring . Selamat berjuang Cino.
Baca juga: Daud Yordan beberkan alasan tunjuk Edin Diaz sebagai pelatih utama
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: