Sri Mulyani proyeksikan pendapatan negara 2021 tumbuh 16,3 persen
18 November 2021 11:19 WIB
Tangkapan layar - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Kompas CEO Forum 2021 di Jakarta, Kamis (18/11/2021). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pendapatan negara tahun 2021 akan tumbuh 16,3 persen (yoy) atau Rp1.916 triliun dari target dalam APBN sebesar Rp1.743,6 triliun.
Untuk realisasi pendapatan negara tahun lalu sebesar Rp1.647,7 triliun atau 96,9 persen dari target Rp1.699,9 triliun atau turun 15,9 persen (yoy) yakni Rp312,8 triliun dari 2019.
“Pendapatan negara kita proyeksikan akan mencapai 16,3 persen growth-nya. Nominalnya sekitar Rp1.916 triliun. Kita akan lihat nanti, komponennya akan kita identifikasi,” katanya dalam acara Kompas CEO Forum 2021 di Jakarta, Kamis.
Hingga Oktober 2021, pendapatan negara telah melonjak hingga 18,2 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp1.277 triliun menjadi Rp1.510 triliun.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan mengejar proyeksi pertumbuhan pendapatan negara sebesar 16,3 persen tersebut dalam dua bulan terakhir dengan memetakan komponen penunjangnya.
“Tentu satu setengah bulan terakhir ini saya seperti ikut lari maraton. Ini adalah the last mile yang sangat penting,” tegasnya.
Ia menjelaskan sejauh ini konsumsi masyarakat yang merupakan salah satu komponen pendorong pendapatan negara masih cukup resilient bahkan di tengah adanya pandemi COVID-19 varian Delta.
Menurutnya, varian Delta memang telah menurunkan konsumsi masyarakat yang awalnya di atas 5 persen menjadi hanya sekitar 1 persen namun underlying activity masyarakat tidak berhenti.
Sementara dari sisi belanja negara, Sri Mulyani mengatakan Presiden Joko Widodo meminta agar seluruh kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah untuk terus mendorong belanja sesuai yang telah dianggarkan.
Realisasi belanja negara hingga Oktober 2021 mencapai Rp2.058,9 triliun atau tumbuh 0,8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp2.041,8 triliun dan telah mencapai 74,9 persen dari target APBN Rp2.750 triliun.
Ia melanjutkan, melalui upaya ini maka pemerintah memperkirakan defisit APBN tahun ini hanya akan menjadi 5,2 persen sampai 5,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp873,6 triliun.
Proyeksi defisit anggaran tersebut lebih rendah dibanding asumsi dalam UU APBN 2021 yang sebesar 5,7 persen PDB atau Rp1.006,4 triliun.
“Nanti masih akan ada barang yang bergerak satu setengah bulan ini. Ini lebih kecil dari yang kita lihat dari UU APBN 2021,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Sri Mulyani optimis pemulihan pada kuartal IV akan berjalan dengan baik dan mampu terakselerasi meski perekonomian sempat tertekan pada kuartal III akibat varian Delta.
“Momentumnya terus terakselerasi sehingga kita cukup optimis untuk kuartal IV akan menjadi baik,” tegasnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Pendapatan negara melonjak hingga 18,2 persen
Baca juga: Menkeu: Pendapatan negara September 2021 tumbuh 16,8 persen
Baca juga: Anggota DPR minta Kementerian ESDM maksimalkan pendapatan negara
Untuk realisasi pendapatan negara tahun lalu sebesar Rp1.647,7 triliun atau 96,9 persen dari target Rp1.699,9 triliun atau turun 15,9 persen (yoy) yakni Rp312,8 triliun dari 2019.
“Pendapatan negara kita proyeksikan akan mencapai 16,3 persen growth-nya. Nominalnya sekitar Rp1.916 triliun. Kita akan lihat nanti, komponennya akan kita identifikasi,” katanya dalam acara Kompas CEO Forum 2021 di Jakarta, Kamis.
Hingga Oktober 2021, pendapatan negara telah melonjak hingga 18,2 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp1.277 triliun menjadi Rp1.510 triliun.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan mengejar proyeksi pertumbuhan pendapatan negara sebesar 16,3 persen tersebut dalam dua bulan terakhir dengan memetakan komponen penunjangnya.
“Tentu satu setengah bulan terakhir ini saya seperti ikut lari maraton. Ini adalah the last mile yang sangat penting,” tegasnya.
Ia menjelaskan sejauh ini konsumsi masyarakat yang merupakan salah satu komponen pendorong pendapatan negara masih cukup resilient bahkan di tengah adanya pandemi COVID-19 varian Delta.
Menurutnya, varian Delta memang telah menurunkan konsumsi masyarakat yang awalnya di atas 5 persen menjadi hanya sekitar 1 persen namun underlying activity masyarakat tidak berhenti.
Sementara dari sisi belanja negara, Sri Mulyani mengatakan Presiden Joko Widodo meminta agar seluruh kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah untuk terus mendorong belanja sesuai yang telah dianggarkan.
Realisasi belanja negara hingga Oktober 2021 mencapai Rp2.058,9 triliun atau tumbuh 0,8 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp2.041,8 triliun dan telah mencapai 74,9 persen dari target APBN Rp2.750 triliun.
Ia melanjutkan, melalui upaya ini maka pemerintah memperkirakan defisit APBN tahun ini hanya akan menjadi 5,2 persen sampai 5,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp873,6 triliun.
Proyeksi defisit anggaran tersebut lebih rendah dibanding asumsi dalam UU APBN 2021 yang sebesar 5,7 persen PDB atau Rp1.006,4 triliun.
“Nanti masih akan ada barang yang bergerak satu setengah bulan ini. Ini lebih kecil dari yang kita lihat dari UU APBN 2021,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Sri Mulyani optimis pemulihan pada kuartal IV akan berjalan dengan baik dan mampu terakselerasi meski perekonomian sempat tertekan pada kuartal III akibat varian Delta.
“Momentumnya terus terakselerasi sehingga kita cukup optimis untuk kuartal IV akan menjadi baik,” tegasnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Pendapatan negara melonjak hingga 18,2 persen
Baca juga: Menkeu: Pendapatan negara September 2021 tumbuh 16,8 persen
Baca juga: Anggota DPR minta Kementerian ESDM maksimalkan pendapatan negara
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: