Jakarta (ANTARA) -
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menilai bahwa pengembangan wisata kebugaran atau wellness tourism dapat mendorong pasar produk obat tradisional dan kosmetika meningkat.
​​​​​​
"Indonesia memiliki keanekaragaman hayati. Bahan-bahan alamnya bisa diolah menjadi produk jamu, obat herbal dan juga kosmetik. Dan ini adalah apa yang kita sebut dengan wellness tourism," ujar Kepala BPOM Penny K Lukito dalam forum "Pendampingan UMKM Jamu dan Kosmetika menjadi Wirausaha Mandiri dan Berdaya Saing" di Bali yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan, wisata kebugaran juga menjadi salah satu alternatif untuk menggali potensi ekonomi pariwisata yang mengombinasikan antara aspek wisata dan kesehatan.

Baca juga: BPOM dorong pengembangan obat herbal terstandar dan fitofarmaka
Baca juga: Resep racikan jamu sambiloto, dukung imun di tengah pandemi COVID-19

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan wisata kebugaran berbasis kearifan lokal.

"Itu tidak bisa dilepaskan dari pemanfaatan kekayaan bahan alam, berupa beragam produk herbal dan kosmetika yang telah diwariskan turun-temurun," tuturnya.

​​​​​Namun demikian, Penny mengatakan, peluang itu masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama kendala UMKM dalam hal perizinan, bahan baku, permodalan, kemampuan mengakses teknologi informasi hingga kapasitas sumber daya manusia (SDM).
"Sehingga diperlukan pendampingan oleh Badan POM secara berkelanjutan untuk peningkatan kualitas produk herbal dan kosmetika dari hulu ke hilir," katanya.


Baca juga: Kemenperin dorong pengembangan industri fitofarmaka
Baca juga: Perhatikan ini ketika meracik obat herbal
Di tengah pandemi ini, Penny menegaskan, pihaknya akan terus berupaya untuk memberikan pendampingan terhadap pelaku UMKM obat tradisional dan kosmetika untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk agar tetap berdaya saing, baik di dalam negeri maupun internasional.

Ia mengemukakan, berbagai program dikembangkan Badan POM, antara lain pelatihan, bimbingan teknis, dan asistensi yang merupakan upaya pendampingan terhadap pelaku usaha, baik dalam proses untuk mempersiapkan fasilitas produksi ataupun memperoleh izin edar produk.

"Kami selalu melakukan pendampingan, baik pelatihan, bimbingan teknis hingga memfasilitasi pendaftaran. Itu sudah kami kerahkan," katanya.


Baca juga: UMM kembangkan jamu herbal pengganti AGP untuk ternak
Baca juga: Rachmat: Industri herbal dan jamu primadona yang masih terabaikan