Seoul (ANTARA News) - Asosiasi Sepakbola Korea Selatan menyatakan dukungan mereka kepada Mohammed Bin Hammam untuk menantang Sepp Blatter sebagai presiden FIFA.

"Kami menyambut baik pencalonan presiden Konfederasi Sepakbola Asia Mohammed Bin Hammam," demikian dinyatakan Chung Mong-Joon, ketua kehormatan Asosiasi Sepakbola Korsel yang saat ini juga menjabat sebagai wakil presiden FIFA.

Dukungan Chung hanya satu hari setelah FIFA mengumumkan secara resmi pencalonan Blatter yang saat ini masih menjabat serta penantangnya Bin Hammam. Pemungutan suara akan dilakukan pada 1 Juni mendatang di Zurich.

Chung menilai bahwa citra FIFA sekarang ini tidak bagus karena Blatter gagal untuk mendapatkan rasa hormat dan simpati banyak orang.

"Blatter telah menjabat sebagai sekjen dan presiden FIFA selama 30 tahun. Sekarang waktunya bagi dia untuk memberi kesempatan kepada wajah baru," kata Chung dalam jumpa pers.

Dukungan kepada Hammam juga datang dari Cho Chyung-Yun, Ketua Asosiasi Sepakbola Korsel dan Chung Mong-Gyu, komisioner Liga Korea (K-League).

"Banyak yang berpendapat bahwa sulit bagi calon dari Asia untuk menjadi presiden FIFA, tapi itu jelas tidak benar," kata Chung yang menggambarkanHammam sebagai sosok paling pantas untuk membawa perubahan bagi organisasi tertinggi sepak bola itu.

Bin Hammam yang tiba di Seoul, Senin, setelah mengunjungi Korea Utara, berjanji untuk mengubah FIFA menjadi organisasi yang lebih transparan.

"Saya ingin orang melihat FIFA sebagai organisasi peling transparan di dunia. Pada akhirnya, kita akan menjadi milik penggemar sepak bola, bukan milik kita sendiri atau pemerintah," kata Hammam.

Hammam mengatakan, Asia harus bersatu untuk mendukung satu calon, tapi ia kemudian menambahkan bahwa pencalonannya tidak hanya mewakili Asia, tapi juga benua lain.

Ia kemudian mengoreksi pernyataan yang mengatakan bahwa FIFA adalah organisasi yang korup dengan mengatakan bahwa organisasi itu harus membuat keputusan secara lebih terbuka.

"Saya sangat yakin bahwa FIA bukanlah organisasi yang korup. Apa yang tidak terlihat di FIFA adalah keterbukaan," kata pria asal Qatar itu.

Bin Hammam mengajukan usulan agar anggota komite eksekutif daru 24 menjadi 41 orang dan membentuk komite transparansi untuk mengawasi proses pengambilan keputusan.

Ia juga berjanji untuk memberikan lebih banyak wewenang kepada setiap federasi.

"Saya mencari perubahan dan mencari masa depan yang lebih baik bagi FIFA," katanya.

Blatter, yang menjadi presiden FIFA sejak 1998, berambisi untuk menduduki jabatan tersebut untuk keempat kalinya dan berjanji bahwa jabatan tersebut untuk yang terakhir kali.

Reputasi Blatter mulai redup sejak ia menolak usulan penerapan teknologi di garis gawang setelah terjadi serangkaian kesalahan wasit saat memimpin Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Tapi ia kemudian berjanji untuk menerapkan teknologi tersebut di Piala Dunia 2014 Brazil.

Terpilihnya Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Qatar 2022 juga penuh kontroversi, sehingga timbul kecurigaan bahwa proses pemilihan tersebut penuh dengan skandal korupsi.

(A032)