Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan pemerintah telah menerbitkan Green Sukuk mencapai 3,5 miliar dolar AS sepanjang 2018 sampai 2021 yang digunakan untuk pendanaan penanganan perubahan iklim atau climate change.

“Penerbitan Sukuk ini untuk membiayai ancaman perubahan iklim dan ketidakpastian di pasar global,” katanya dalam acara AICIF 2021 di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan total penerbitan Green Sukuk sebesar 3,5 miliar dolar AS tersebut salah satunya hasil dari penerbitan yang dilakukan pada semester I-2021 sebesar 700 juta dolar AS.

Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengoptimalkan pasar keuangan syariah.

Indonesia pun merupakan kontributor utama penerbitan Sukuk di pasar internasional dengan pangsa pasar Indonesia mencapai 23,11 persen dari total penerbitan global sebesar 23,65 miliar dolar AS.

Pemerintah Indonesia akhirnya bergerak cepat untuk mengambil peluang yang luas ini dengan mengembangkan lebih banyak varian Sukuk seperti Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) atau sukuk wakaf termasuk Green Sukuk.

“Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengoptimalkan pasar keuangan syariah,” tegasnya.

Selain itu, Sri Mulyani menyatakan Indonesia juga memiliki Baitul Mal Wat Tanwil (BMT) atau serikat Islam terbesar secara global mencapai 4.500 BMT yang bertujuan membantu masyarakat khususnya di pedesaan agar memiliki akses kepada pembiayaan mikro.

“Dalam menilai pembiayaan mikro BMT dapat memainkan peran unggulan bagi usaha mikro dan kecil menengah sehingga mereka dapat kembali menjalankan aktivitas ekonomi setelah pandemi,” jelasnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Pendapatan BLU capai 168 persen dari target 2021

Baca juga: Sri Mulyani: Mekanisme pasar karbon akan sangat bergantung pada BEI