Washington (ANTARA News) - Setidaknya dua anak pemimpin Libya Moamar Qadhafy mengusulkan peralihan kekuasaan ke demokrasi konstitusional dengan memasukkan syarat pencabutan kekuasaan ayah mereka, demikian New York Times seperti dikutip AFP, Senin.

Mengutip seorang diplomat tak bernama dan seorang pejabat Libya yang mengetahui rencana itu, koran AS tersebut melaporkan bahwa masa transisi akan dipelopori oleh salah satu anak Qadhafy, Seif al-Islam el Qadhafy.

Tidak jelas apakah Kolonel Qadhafy (68) sudah menyetujui usul yang didukung anaknya sendiri itu, Seif dan Saadi el-Kadhafi.

Tetapi, seseorang yang dekat dengan anak-anak Qadhafy mengatakan sang ayah tampaknya ingin berperan serta.

Kedua anak Qadhafy itu "ingin bergerak ke perubahan bagi negara" tanpa ayah mereka, lapor The Times mengutip salah seorang yang dekat dengan Seif dan Saadi.

"Mereka menabrak begitu banyak dinding batu dengan para penjaga lama, dan bila mereka harus maju, meraka akan membawa negara segera bangkit," kata sumber itu.

Menurut The Times, gagasan itu mungkin mencerminkan perbedaan pendapat di antara anak-anak Qadhafy yang sudah terjadi sejak lama.

Jika Seif dan Saadi condong ke ekonomi gaya Barat dan politik terbuka, anak-anak Qadhafy lainnya Khamis dan Mutuassim dianggap sebagai kaum garis keras.

Khamis memimpin milisi pro-pemerintah, sementara Mutuassim, seorang penasihat keamanan nasional, sudah dianggap sebagai pesaing Seif dalam kompetisi utnuk menggantikan ayah mereka. (*)
Neny