Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Djarot S Wisnubroto mengatakan energi nuklir mulai menjadi perhatian untuk menurunkan emisi karbon di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP26 atau Conference of the Parties (COP26) tentang perubahan iklim.

"Nuklir tetap menjadi isu kontroversial tetapi sudah mulai diperhatikan kalau tanpa nuklir bisakah emisi karbon kita mencapai target," kata peneliti ahli utama di Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN itu dalam Webinar Nasional Prof Talk: Siapkah Energi Nuklir Mendukung Net Zero Emission Indonesia? di Jakarta, Selasa.

Dunia sedang berupaya untuk menurunkan emisi karbon agar bisa menekan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celsius.

Djarot yang juga merupakan profesor riset menuturkan selama lebih dari dua dekade, topik energi nuklir tidak masuk dalam agenda konferensi perubahan iklim yang dikoordinasikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Namun, pada KTT COP26, Djarot menuturkan energi nuklir mulai menjadi perhatian untuk menurunkan emisi karbon.

Ia mengatakan memang momok kecelakaan nuklir Chernobyl di Ukraina dan Fukushima di Jepang masih ada.

Baca juga: Peneliti: Nuklir agar masuk rencana aksi energi dengan emisi nol

Baca juga: Indonesia melirik nuklir sebagai modal energi bersih


Tetapi, lanjut Djarot, ketika krisis iklim semakin dalam dan kebutuhan untuk meninggalkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi listrik menjadi mendesak, maka sikap banyak negara mulai berubah.

Meski ada kecelakaan Chernobyl pada 1986, namun Ukraina tetap menggunakan PLTN, dan 53 persen sumber energinya bergantung pada PLTN.

Begitu juga dengan Jepang, yang telah mengalami kecelakaan reaktor nuklir Fukushima Daiichi pada 2011, namun tetap mengoperasikan PLTN saat ini.

"Yang saya ingin sampaikan adalah Jepang pun tidak ada cara lain tetap menggunakan nuklir meskipun terjadi pro dan kontra di dalamnya," ujar Djarot.

Di sisi lain, Indonesia menargetkan emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060.

Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah Indonesia mengatakan di samping menargetkan untuk secara bertahap menghentikan operasi pembangkit listrik yang sumber energinya dari batu bara, juga memaksimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

Bahkan Pemerintah Indonesia menuturkan opsi penggunaan nuklir direncanakan akan dimulai pada 2045 dengan kapasitas hingga mencapai 35 Giga Watt (GW) pada 2060.

Baca juga: LSM lingkungan soroti kebijakan pemerintah terkait energi nuklir

Baca juga: Mendorong nuklir menjadi energi “net zero emission”