Magelang, Jateng (ANTARA) - Balai Konservasi Borobudur (BKB) meluncurkan film animasi Jataka yang terinspirasi dari cerita relief Jataka Candi Borobudur dan Candi Mendut yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Koordinator Aspek Pemanfaatan BKB Yudi Suhartono di Magelang, Senin, mengatakan seiring ditetapkannya Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon sebagai warisan budaya dunia, maka menjadi tanggung jawab Bangsa Indonesia melakukan upaya pelestariannya berdasarkan kaidah-kaidah pelestarian.

"Salah satu upaya untuk melestarikannya adalah dengan kegiatan publikasi nilai-nilai yang ada di relief, salah satunya adalah relief Jataka," katanya.

Baca juga: Anies Baswedan puji film animasi "Nussa"

Salah satu konten audiovisual dengan target sasaran anak-anak berbentuk film animasi. Film animasi menjadi media baru yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran yang menarik dan memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa.

Salah satu film yang sarat akan pendidikan budi pekerti adalah film animasi Jataka yang terinspirasi dari cerita relief Jataka Candi Borobudur dan Candi Mendut.

Jataka merupakan kisah perwujudan Boddhisattva dalam berbagai wujud manusia maupun hewan dalam beberapa kehidupan, untuk menunjukkan jalan kebenaran.

Baca juga: Jennifer Castle dan Paul Reynolds isi suara untuk "Riki Rhino"

Yudi mengatakan tahun 2021 mengangkat dua cerita dari ratusan cerita yang terpahat dalam relief Jataka Candi Borobudur dan Candi Mendut yaitu kisah Burung Bharanda dan Rusa Sharabha.

Ia menjelaskan kisah burung Bharanda terdapat pada Candi Mendut menceritakan seekor burung berbadan satu tetapi mempunyai dua kepala. Pada suatu ketika kepala yang satu mendapatkan makanan enak dan kepala yang lain meminta sedikit, tetapi kepala yang mendapatkan makanan enak tidak mau berbagi, dengan alasan nanti juga akan masuk di perut yang sama.

Perbuatan itu berulang hingga akhirnya kepala yang tidak mendapat makanan enak itu memakan makanan beracun. Kepala yang lain mengingatkan, bahwa bila makanan beracun dimakan maka bisa mengakibatkan kematian dan nasihat itu tidak diterima dan dimakanlah makanan beracun itu dan matilah Si Bharanda.

Baca juga: Tiket penayangan spesial film "Nussa" laris manis

"Pesan dari cerita ini adalah bila orang tidak mau bertenggang rasa dan tidak sehidup sepenanggungan, maka kecelakaan yang menantinya," katanya.

Kemudian kisah Rusa Sharabha terdapat di Candi Borobudur yang menceritakan mengenai seorang raja yang gemar berburu. Kemampuan berburu dan memanah telah membuatnya menjadi seorang raja yang sombong.

Suatu hari raja berangkat ke hutan untuk berburu. Sang raja pemburu memasang panahnya dan membidik rusa Sharabha yang telah lama ditunggu. Panah sang raja pun melesat tetapi rusa Sarabha sangat lincah dan berhasil menghindar. Rusa Sarabha dengan lincah melompati lubang besar, tetapi Sang Raja Pemburu jatuh terperosok ke dalam lubang yang sangat dalam.

Rusa Sarabha menghentikan larinya dan berbalik menuju lubang besar untuk menolong raja yang baru saja mengincar nyawanya itu.

Akhirnya, Sang Raja Pemburu berhasil selamat dan mengucapkan terima kasih dan ingin membalas kebaikan rusa Sarabha, namun Sarabha dengan halus menolak hadiah dari Sang Raja Pemburu dan memberikan nasihat untuk menghargai kehidupan makhluk lain dari pada berburu untuk bersenang-senang.

Sang Raja Pemburu pun tersadar akan kesalahannya, kemudian pulang ke kerajaannya dan tidak pernah berburu lagi. Tidak pernah menyombongkan apa-apa lagi dan memerintah kerajaan dengan bijak dan penuh kasih sayang.

Yudi berharap dengan adanya tayangan ini memperluas internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam relief terutama anak-anak agar tumbuh rasa mencintai terhadap budaya sendiri.

"Film ini bisa disaksikan di Platform Indonesiana.TV atau di Channel Youtube Balai Konservasi Borobudur," katanya.