Reisa: Penting saling menyadarkan protokol kesehatan COVID-19
12 November 2021 10:20 WIB
Takangkapan layar - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro dalam dialog virtual KPCPEN yang ditayangkan di akun youtube FMB9ID IKP, Kamis (12/11/2021) (ANTARA/Harianto)
Kendari (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa penting saling mengingatkan tentang protokol kesehatan guna mencegah potensi kemungkinan terjadinya gelombang ketiga pandemi COVID-19 di Tanah Air.
"Sikap kita untuk tidak lengah, tetap mengantisipasi ancaman gelombang ketiga dengan tetap berdisiplin prokes sambil menyadarkan diri dan banyak orang lainnya," kata Reisa seperti dikutip dalam dialog virtual KPCPEN yang ditayangkan di akun YouTube FMB9ID IKP, Jumat.
Menurut dr Reisa, disiplin dan terus mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas produktif sehari-hari, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas, dapat mencegah terjadinya gelombang ketiga COVID-19.
Baca juga: Jubir: Ayo vaksin, 78 juta orang sudah divaksinasi dan aman
"Banyak dampak sampingan yang positif dari disiplin protokol kesehatan. Menurut Satgas Penanganan COVID-19 lebih dari 90 persen orang Indonesia masih taat bermasker," ujar dia.
Ia mengatakan memakai masker dan menjaga jarak telah diteliti oleh ilmuwan Center for Disease Control and Prevation (CDC) di Atlanta Amerika pada September 2020.
Hasil penelitian tersebut, lanjut Reisa, dengan menggunakan masker dan menjaga jarak dapat menurunkan kejadian influencer musiman di Amerika Serikat, Chili, Australia, dan Afrika Selatan.
Menurut Reisa, kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air yang mengalir minimal selama 20 detik juga membantu untuk mengurangi masuknya kuman di dalam tubuh manusia.
"Meski belum ada penelitian yang menyuruh atau komprehensif inisiatif jaga jarak diyakini juga membuat kita terhindar dari berbagai penyakit menular lainnya, seperti batuk, pilek, bahkan tuberkulosis atau TBC," ujar dia.
Ia mengatakan dampak kuantitatif menjauhi kerumunan, tingkat stres seseorang dapat berkurang dan kesehatan mental atau kesehatan jiwa akan lebih baik dari kondisi yang tenang dan tidak berdesakan dengan banyak orang .
Ketika seseorang lebih banyak di rumah, kata dr Reisa, akan memiliki banyak waktu untuk mendekatkan diri kepada keluarga, bahkan banyak orang tua yang belajar menjadi guru yang baik bagi anak mereka.
Baca juga: Dokter Reisa: Lonjakan kasus negara lain pelajaran tidak lengah prokes
Baca juga: Jubir: Disiplin prokes dapat cegah gelombang ketiga COVID-19
"Kami paham banyak orang tua yang harus bekerja keras untuk mengimbangi beban kerja dari rumah dengan memberikan bimbingan belajar kepada putra-putrinya. Semua dilakukan untuk memastikan keluarga dan lingkungan rumah aman dari COVID-19," tutur dia.
Selain protokol kesehatan, katanya, dengan adanya pemindai kode batang aplikasi PeduliLindungi di tempat-tempat umum juga akan mendorong cakupan vaksinasi, sehingga dapat membentuk ketahanan kelompok dari pandemi COVID-19.
"Pemindaian barcode PeduliLindungi menjadi alat pemeriksa keamanan diri dan lingkungan dari risiko COVID-19 dan menyukseskan vaksinasi semua golongan terutama kepada lansia dan ibu hamil," kata dr Reisa.
"Sikap kita untuk tidak lengah, tetap mengantisipasi ancaman gelombang ketiga dengan tetap berdisiplin prokes sambil menyadarkan diri dan banyak orang lainnya," kata Reisa seperti dikutip dalam dialog virtual KPCPEN yang ditayangkan di akun YouTube FMB9ID IKP, Jumat.
Menurut dr Reisa, disiplin dan terus mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas produktif sehari-hari, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas, dapat mencegah terjadinya gelombang ketiga COVID-19.
Baca juga: Jubir: Ayo vaksin, 78 juta orang sudah divaksinasi dan aman
"Banyak dampak sampingan yang positif dari disiplin protokol kesehatan. Menurut Satgas Penanganan COVID-19 lebih dari 90 persen orang Indonesia masih taat bermasker," ujar dia.
Ia mengatakan memakai masker dan menjaga jarak telah diteliti oleh ilmuwan Center for Disease Control and Prevation (CDC) di Atlanta Amerika pada September 2020.
Hasil penelitian tersebut, lanjut Reisa, dengan menggunakan masker dan menjaga jarak dapat menurunkan kejadian influencer musiman di Amerika Serikat, Chili, Australia, dan Afrika Selatan.
Menurut Reisa, kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air yang mengalir minimal selama 20 detik juga membantu untuk mengurangi masuknya kuman di dalam tubuh manusia.
"Meski belum ada penelitian yang menyuruh atau komprehensif inisiatif jaga jarak diyakini juga membuat kita terhindar dari berbagai penyakit menular lainnya, seperti batuk, pilek, bahkan tuberkulosis atau TBC," ujar dia.
Ia mengatakan dampak kuantitatif menjauhi kerumunan, tingkat stres seseorang dapat berkurang dan kesehatan mental atau kesehatan jiwa akan lebih baik dari kondisi yang tenang dan tidak berdesakan dengan banyak orang .
Ketika seseorang lebih banyak di rumah, kata dr Reisa, akan memiliki banyak waktu untuk mendekatkan diri kepada keluarga, bahkan banyak orang tua yang belajar menjadi guru yang baik bagi anak mereka.
Baca juga: Dokter Reisa: Lonjakan kasus negara lain pelajaran tidak lengah prokes
Baca juga: Jubir: Disiplin prokes dapat cegah gelombang ketiga COVID-19
"Kami paham banyak orang tua yang harus bekerja keras untuk mengimbangi beban kerja dari rumah dengan memberikan bimbingan belajar kepada putra-putrinya. Semua dilakukan untuk memastikan keluarga dan lingkungan rumah aman dari COVID-19," tutur dia.
Selain protokol kesehatan, katanya, dengan adanya pemindai kode batang aplikasi PeduliLindungi di tempat-tempat umum juga akan mendorong cakupan vaksinasi, sehingga dapat membentuk ketahanan kelompok dari pandemi COVID-19.
"Pemindaian barcode PeduliLindungi menjadi alat pemeriksa keamanan diri dan lingkungan dari risiko COVID-19 dan menyukseskan vaksinasi semua golongan terutama kepada lansia dan ibu hamil," kata dr Reisa.
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: