Vaksinasi COVID-19 lansia baru capai 43 persen dari target
11 November 2021 16:29 WIB
Tangkapan layar Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam Forum Merdeka Barat, Kamis (11/10/2021). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa vaksinasi COVID-19 untuk lansia baru mencapai 43 persen dari target 21,5 juta lansia yang yang menjadi sasaran.
“Ini berbanding terbalik dengan semua sasaran. Kalau semua sasaran tinggal 40 persen dari target yang belum divaksin,” kata Nadia dalam Forum Merdeka Barat yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan baru 9,3 juta lansia yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama. Padahal, pasien dengan usia di atas 59 tahun berpotensi menderita COVID-19 dengan tingkat yang lebih parah sampai mengalami kematian.
“Jadi kita berharap bahwa vaksinasi pada lansia ini minimal dosis pertama sampai akhir Desember 2021,” kata Nadia.
Sementara itu, baru Provinsi DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau yang sudah memberikan vaksin COVID-19 dosis pertama kepada 50 persen lansia di daerah tersebut. Di daerah lain, menurut Nadia, vaksinasi lansia baru mencapai 30 persen dari target, bahkan terdapat daerah yang kurang dari itu.
“Di Aceh, Sumatera Barat, dan Papua, angka vaksinasi lansia sangat rendah, belum sampai 20 persen,” ucapnya.
Menurut Nadia, tingkat vaksinasi lansia yang rendah tersebut disebabkan antara lain oleh disinformasi yang diterima lansia sehingga mereka enggan divaksin.
“Informasi seperti lansia dengan banyak komorbid sebaiknya tidak mendapatkan vaksin karena akan mengalami efek samping itu masih ada. Ini membuat lansia ragu untuk divaksin,” ucapnya.
Padahal stok vaksinasi untuk lansia dipastikan aman oleh pemerintah karena kelompok ini merupakan prioritas penerima vaksin. Vaksin untuk lansia pun telah dilaksanakan sejak Maret 2021 saat warga negara dengan usia lebih muda belum mendapat akses vaksinasi.
“Sejak Maret 2021, beberapa inovasi sudah kita lakukan termasuk misalnya kalau kita mengantar dua orang lansia, kita bisa mendapat vaksinasi. Saat itu vaksinasi usia non lansia, non tenaga kesehatan, dan non pekerja publik kan belum mulai,” ucapnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dirga Sakti Rambo mengatakan lansia perlu diyakinkan dengan memberi contoh teman-teman mereka sendiri bahwa vaksin COVID-19 tidak berbahaya, termasuk untuk lansia dengan penyakit kronis.
“Penyakit apapun termasuk penyakit kronis seperti gula, jantung, darah tinggi, dan kanker, itu semua boleh divaksin asal penyakitnya dalam keadaan terkontrol. Artinya pasien rutin berobat ke dokter, tidak ada keluhan berarti, dan dokter mengeluarkan surat rekomendasi,” katanya.
Baca juga: Menkes akan kejar mati-matian vaksinasi lansia
Baca juga: Gubernur Kepri tegaskan tidak ada manipulasi data vaksinasi lansia
Baca juga: Riset Kemenkes sebut disinformasi picu pelambatan vaksinasi lansia
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3M
#vaksinmelindungikitasemua
“Ini berbanding terbalik dengan semua sasaran. Kalau semua sasaran tinggal 40 persen dari target yang belum divaksin,” kata Nadia dalam Forum Merdeka Barat yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan baru 9,3 juta lansia yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama. Padahal, pasien dengan usia di atas 59 tahun berpotensi menderita COVID-19 dengan tingkat yang lebih parah sampai mengalami kematian.
“Jadi kita berharap bahwa vaksinasi pada lansia ini minimal dosis pertama sampai akhir Desember 2021,” kata Nadia.
Sementara itu, baru Provinsi DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau yang sudah memberikan vaksin COVID-19 dosis pertama kepada 50 persen lansia di daerah tersebut. Di daerah lain, menurut Nadia, vaksinasi lansia baru mencapai 30 persen dari target, bahkan terdapat daerah yang kurang dari itu.
“Di Aceh, Sumatera Barat, dan Papua, angka vaksinasi lansia sangat rendah, belum sampai 20 persen,” ucapnya.
Menurut Nadia, tingkat vaksinasi lansia yang rendah tersebut disebabkan antara lain oleh disinformasi yang diterima lansia sehingga mereka enggan divaksin.
“Informasi seperti lansia dengan banyak komorbid sebaiknya tidak mendapatkan vaksin karena akan mengalami efek samping itu masih ada. Ini membuat lansia ragu untuk divaksin,” ucapnya.
Padahal stok vaksinasi untuk lansia dipastikan aman oleh pemerintah karena kelompok ini merupakan prioritas penerima vaksin. Vaksin untuk lansia pun telah dilaksanakan sejak Maret 2021 saat warga negara dengan usia lebih muda belum mendapat akses vaksinasi.
“Sejak Maret 2021, beberapa inovasi sudah kita lakukan termasuk misalnya kalau kita mengantar dua orang lansia, kita bisa mendapat vaksinasi. Saat itu vaksinasi usia non lansia, non tenaga kesehatan, dan non pekerja publik kan belum mulai,” ucapnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dirga Sakti Rambo mengatakan lansia perlu diyakinkan dengan memberi contoh teman-teman mereka sendiri bahwa vaksin COVID-19 tidak berbahaya, termasuk untuk lansia dengan penyakit kronis.
“Penyakit apapun termasuk penyakit kronis seperti gula, jantung, darah tinggi, dan kanker, itu semua boleh divaksin asal penyakitnya dalam keadaan terkontrol. Artinya pasien rutin berobat ke dokter, tidak ada keluhan berarti, dan dokter mengeluarkan surat rekomendasi,” katanya.
Baca juga: Menkes akan kejar mati-matian vaksinasi lansia
Baca juga: Gubernur Kepri tegaskan tidak ada manipulasi data vaksinasi lansia
Baca juga: Riset Kemenkes sebut disinformasi picu pelambatan vaksinasi lansia
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3M
#vaksinmelindungikitasemua
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: