Menperin: RI perkuat kerja sama industri dengan Bangladesh-Sri Lanka
11 November 2021 16:20 WIB
Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perindustrian Bangladesh Nurul Majid Mahmud Humayun di Jakarta, Rabu (10/11/2021). ANTARA/HO-Biro Humas Kemenperin/am.
Jakarta (ANTARA) - Indonesia konsisten memperkuat kerja sama industri dengan negara mitra, di antaranya Bangladesh dan Sri Lanka pada gelaran Konferensi Regional Pembangunan Industri atau Regional Conference on Industrial Development (RCID) ke-2, yang digelar tanggal 10-11 November 2021 di Jakarta.
"Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama yang komprehensif dengan negara-negara mitranya, seperti Bangladesh dan Sri Lanka. Langkah sinergi ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi masing-masing negara di tengah hantaman dampak pandemi COVID-19," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menperin melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perindustrian Bangladesh Nurul Majid Mahmud Humayun dan Menteri Perindustrian Sri Lanka Wimal Weerawansha.
Hasil dari pertemuan tersebut, ketiga delegasi bersepakat untuk saling meningkatkan kerja sama di sektor industri dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi di masing-masing negara hingga lingkup regional. Fokus kolaborasi yang akan dijalankan adalah transformasi digital atau penerapan Industri 4.0.
“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo pada pembukaan RCID ke-2, yakni transformasi digital dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah sektor industri sehingga bisa mewujudkan pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Menperin.
Bahkan, menurut Menperin Agus, pemanfaatan teknologi 4.0 merupakan salah satu instrumen mewujudkan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, dan berdaya saing.
"Indonesia sudah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0, yang kini pengembangannya difokuskan pada tujuh sektor, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan industri alat kesehatan. Ketujuh sektor ini bisa memacu kontribusi manufaktur pada PDB, meningkatkan ekspor dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru,” paparnya.
Baca juga: Menperin: Pelaksanaan RCID momentum percepat transformasi Industri 4.0
Saat pertemuannya dengan Menteri Humayun, Menperin Agus membahas progres kesepakatan Joint Operation antara PT GMF AeroAsia dengan Biman Bangladesh untuk jasa Maintenance Repair and Operations (MRO).
“Selain itu, kami mengangkat keberhasilan PT INKA dalam melakukan pengadaan 400 gerbong kereta ke Bangladesh, serta tindak lanjut penjajakan pasokan LNG dari Pertamina ke PetroBangla,” tuturnya.
Menperin Agus juga menyatakan pihaknya memandang kerja sama industri hilir antara Indonesia dan Bangladesh perlu dikembangkan. Contohnya pada penguatan sektor hilir industri otomotif dan kesehatan serta pengembangan kawasan industri.
“Pelaku industri yang sudah berinvestasi di Bangladesh, kami minta perlu memperluas lini produksinya dengan memanfaatkan insentif dan kawasan melalui Bangladesh Investment development Authority (BIDA),” imbuhnya.
Pada kesempatan itu Menteri Humayun mengucapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan RCID ke-2, yang menjadi wadah untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dan Bangladesh khususnya di sektor industri.
“Bangladesh memandang kerja sama sektor industri dan investasi dapat ditingkatkan lebih luas, khususnya pengembangan kawasan industri di kedua negara,” ujarnya.
Ketika bertemu dengan Menteri Wimal, Menperin Agus mengangkat potensi kerja sama teknik khususnya di bidang penyediaan pendidikan dan pelatihan kejuruan (technical and vocational education training/TVET).
Baca juga: Menperin: RCID fokus bangun industri yang inklusif dan berkelanjutan
“Kami ingin menjalin kerja sama dengan Sri Lanka terkait pendidikan dan pelatihan vokasi di sekolah dan politeknik milik Kemenperin, serta kerja sama teknik terkait pengujian, litbang, dan inovasi di bidang industri tekstil yang dapat dijajaki balai besar industri di bawah binaan Kemenperin,” ungkapnya.
Selanjutnya Menperin Agus membahas mengenai beberapa perusahaan Indonesia yang beroperasi dan berinvestasi di Sri Lanka.
“Mereka di antaranya Kalbe Farma dan Dexa Medica yang bergerak di bidang produk farmasi, kemudian ada Indorama berinvestasi pada produksi bahan baku tekstil. Selain itu, PT Jemblo Cable dengan produksi kabel listrik, PT Agro Indomas pada pengolahan CPO, dan PT Usaha Tani Lestari untuk produksi olahan kopra,” sebutnya.
Dilihat dari kinerja ekspor dan impor, nilai total perdagangan antara Indonesia dan Sri Lanka hingga triwulan III tahun 2021 tercatat sebesar 333,3 juta dolar AS, dengan nilai ekspor Indonesia ke Sri Lanka sebesar 299,7 juta dolar AS dan impor 33,5 juta dolar AS.
Indonesia terus mengalami surplus perdagangan dalam satu dekade terakhir dengan nilai rata-rata 252 juta dolar AS per tahun.
"Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama yang komprehensif dengan negara-negara mitranya, seperti Bangladesh dan Sri Lanka. Langkah sinergi ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi masing-masing negara di tengah hantaman dampak pandemi COVID-19," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menperin melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perindustrian Bangladesh Nurul Majid Mahmud Humayun dan Menteri Perindustrian Sri Lanka Wimal Weerawansha.
Hasil dari pertemuan tersebut, ketiga delegasi bersepakat untuk saling meningkatkan kerja sama di sektor industri dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi di masing-masing negara hingga lingkup regional. Fokus kolaborasi yang akan dijalankan adalah transformasi digital atau penerapan Industri 4.0.
“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo pada pembukaan RCID ke-2, yakni transformasi digital dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah sektor industri sehingga bisa mewujudkan pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Menperin.
Bahkan, menurut Menperin Agus, pemanfaatan teknologi 4.0 merupakan salah satu instrumen mewujudkan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, dan berdaya saing.
"Indonesia sudah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0, yang kini pengembangannya difokuskan pada tujuh sektor, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan industri alat kesehatan. Ketujuh sektor ini bisa memacu kontribusi manufaktur pada PDB, meningkatkan ekspor dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru,” paparnya.
Baca juga: Menperin: Pelaksanaan RCID momentum percepat transformasi Industri 4.0
Saat pertemuannya dengan Menteri Humayun, Menperin Agus membahas progres kesepakatan Joint Operation antara PT GMF AeroAsia dengan Biman Bangladesh untuk jasa Maintenance Repair and Operations (MRO).
“Selain itu, kami mengangkat keberhasilan PT INKA dalam melakukan pengadaan 400 gerbong kereta ke Bangladesh, serta tindak lanjut penjajakan pasokan LNG dari Pertamina ke PetroBangla,” tuturnya.
Menperin Agus juga menyatakan pihaknya memandang kerja sama industri hilir antara Indonesia dan Bangladesh perlu dikembangkan. Contohnya pada penguatan sektor hilir industri otomotif dan kesehatan serta pengembangan kawasan industri.
“Pelaku industri yang sudah berinvestasi di Bangladesh, kami minta perlu memperluas lini produksinya dengan memanfaatkan insentif dan kawasan melalui Bangladesh Investment development Authority (BIDA),” imbuhnya.
Pada kesempatan itu Menteri Humayun mengucapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan RCID ke-2, yang menjadi wadah untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dan Bangladesh khususnya di sektor industri.
“Bangladesh memandang kerja sama sektor industri dan investasi dapat ditingkatkan lebih luas, khususnya pengembangan kawasan industri di kedua negara,” ujarnya.
Ketika bertemu dengan Menteri Wimal, Menperin Agus mengangkat potensi kerja sama teknik khususnya di bidang penyediaan pendidikan dan pelatihan kejuruan (technical and vocational education training/TVET).
Baca juga: Menperin: RCID fokus bangun industri yang inklusif dan berkelanjutan
“Kami ingin menjalin kerja sama dengan Sri Lanka terkait pendidikan dan pelatihan vokasi di sekolah dan politeknik milik Kemenperin, serta kerja sama teknik terkait pengujian, litbang, dan inovasi di bidang industri tekstil yang dapat dijajaki balai besar industri di bawah binaan Kemenperin,” ungkapnya.
Selanjutnya Menperin Agus membahas mengenai beberapa perusahaan Indonesia yang beroperasi dan berinvestasi di Sri Lanka.
“Mereka di antaranya Kalbe Farma dan Dexa Medica yang bergerak di bidang produk farmasi, kemudian ada Indorama berinvestasi pada produksi bahan baku tekstil. Selain itu, PT Jemblo Cable dengan produksi kabel listrik, PT Agro Indomas pada pengolahan CPO, dan PT Usaha Tani Lestari untuk produksi olahan kopra,” sebutnya.
Dilihat dari kinerja ekspor dan impor, nilai total perdagangan antara Indonesia dan Sri Lanka hingga triwulan III tahun 2021 tercatat sebesar 333,3 juta dolar AS, dengan nilai ekspor Indonesia ke Sri Lanka sebesar 299,7 juta dolar AS dan impor 33,5 juta dolar AS.
Indonesia terus mengalami surplus perdagangan dalam satu dekade terakhir dengan nilai rata-rata 252 juta dolar AS per tahun.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: