Pekanbaru (ANTARA News) - Para pemilik suara yang berhasil mengambil alih jalannya Kongres Perstuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di Hotel Premiere, Pekanbaru, Riau, membantah keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjadi dalang di balik insiden kericuhan yang sempat mewarnai acara tersebut.

"Tidak ada tentara terlibat, bukankah mereka bagian dari personel keamanan," kata pimpinan kongres, Usman Pakaubun, di Pekanbaru, Minggu.

Usman mengatakan hal itu untuk menepis opini yang mempersoalkan keberadaan satu kompi personel TNI berseragam loreng di luar Hotel Premier, yang menjadi lokasi Kongres PSSI di Pekanbaru pada Sabtu (26/3) malam.

Menurut dia, kericuhan di pintu masuk ruang kongres disebabkan oleh ketidakpuasan 78 pemilik suara terhadap kinerja panitia yang tiba-tiba membatalkan acara itu.

"Personel polisi yang berada di hotel juga tak mempersoalkan mereka," kata Usman, yang juga menjabat Sekretaris Umum Pengprov PSSI Papua.

Manager Persiwa Wamena, Jhon Banua, mengatakan insiden di pintu masuk ruang kongres disebabkan ulah panitia yang membatalkan Kongres PSSI secara sepihak. Padahal, lanjutnya, para peserta sudah menunggu cukup lama hingga sekitar 30 menit melebihi dari jadwal pembukaan kongres yang ditetapkan panitia, yakni pada pukul 19.30 WIB.

"Kami baru mengetahui kongres telah dibatalkan dari anggota polisi yang menjaga pintu masuk ruangan. Tentu saja itu membuat kami kesal," katanya.

Puluhan tentara berpakaian lengkap memang terlihat memegang bendera merah putih raksasa berukuran 20x10 meter di depan hotel sebelum kericuhan terjadi. Pada saat yang sama, Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) tengah menggelar aksi damai dengan cara menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berorasi.

Namun, Ketua Umum MSBI Sarman Hakim langsung membantah adanya mobilisasi tentara dalam aksi tersebut.

"Mereka ikut karena bersedia memegang bendera secara sukarela," kata Sarman.
(T.F012)