Perluasan vaksinasi menyasar kelompok anak bergulir 2022
10 November 2021 19:06 WIB
Tangkapan layar Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan laporan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Senin (8/11/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI mempersiapkan perluasan program vaksinasi COVID-19 kepada anak-anak usia 6-11 tahun yang direncanakan bergulir mulai 2022.
"Kami sudah persiapkan (vaksinasi anak) di anggaran tahun depan (2022) karena ada 26,4 juta anak usia 6-11 tahun, sehingga dibutuhkan 58,7 juta dosis karena dua kali suntikan," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, melalui keterangan pers yang dilansir dari laman Sehat Negeriku di Jakarta, Rabu.
Persiapan itu dikemukakan Budi saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (8/11).
Menurut Budi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin untuk anak-anak usia 6-11 tahun.
Rencananya, vaksinasi anak di Indonesia dimulai pada 2022 di kabupaten/kota yang telah mencapai target dosis pertama lebih dari 70 persen total sasaran dan lebih dari 60 persen populasi lanjut usia (lansia).
Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk vaksinasi anak yang direncanakan pada 2022 diperlukan pengadaan baru untuk memenuhi kebutuhan 58,7 juta total dosis vaksin.
Bercermin dari negara lain yang sudah melakukan vaksinasi pada anak berusia di bawah 12 tahun, kata Budi, dilakukan saat cakupan vaksinasi lengkap di negara tersebut sudah mencapai sekitar 60 persen.
Uni Emirat Arab, misalnya, melakukan vaksinasi anak dengan vaksin Sinopharm setelah cakupan vaksinasi lengkap di negaranya mencapai 70,5 persen, kata Budi.
"Begitu juga dengan Chile yang gencar melakukan vaksinasi anak dengan Sinovac setelah 71,8 persen populasinya divaksinasi lengkap, sedangkan Kamboja melakukan vaksinasi anak saat cakupan vaksinasi lengkapnya sudah mencapai 60 persen dan China di angka 70,8 persen," katanya.
Sejauh ini ada tiga jenis vaksin yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat (emergency use of authorization/EUA) di luar negeri, yaitu Sinovac, Sinopharm dan Pfizer, dengan kondisi dan pengemasan yang berbeda dari setiap jenisnya.
Selain mempersiapkan anggaran, saat ini Kemenkes sebagai otoritas pembuat kebijakan terus melakukan pemetaan berbagai persiapan vaksinasi anak, antara lain ketersediaan stok vaksin, data anak dan menjalin koordinasi dengan pemangku kebijakan terkait. Dalam pelaksanaanya nanti, Kemenkes akan bekerja sama dengan pihak sekolah dan fasilitas kesehatan.
"Kami sudah persiapkan (vaksinasi anak) di anggaran tahun depan (2022) karena ada 26,4 juta anak usia 6-11 tahun, sehingga dibutuhkan 58,7 juta dosis karena dua kali suntikan," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, melalui keterangan pers yang dilansir dari laman Sehat Negeriku di Jakarta, Rabu.
Persiapan itu dikemukakan Budi saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (8/11).
Menurut Budi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin untuk anak-anak usia 6-11 tahun.
Rencananya, vaksinasi anak di Indonesia dimulai pada 2022 di kabupaten/kota yang telah mencapai target dosis pertama lebih dari 70 persen total sasaran dan lebih dari 60 persen populasi lanjut usia (lansia).
Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk vaksinasi anak yang direncanakan pada 2022 diperlukan pengadaan baru untuk memenuhi kebutuhan 58,7 juta total dosis vaksin.
Bercermin dari negara lain yang sudah melakukan vaksinasi pada anak berusia di bawah 12 tahun, kata Budi, dilakukan saat cakupan vaksinasi lengkap di negara tersebut sudah mencapai sekitar 60 persen.
Uni Emirat Arab, misalnya, melakukan vaksinasi anak dengan vaksin Sinopharm setelah cakupan vaksinasi lengkap di negaranya mencapai 70,5 persen, kata Budi.
"Begitu juga dengan Chile yang gencar melakukan vaksinasi anak dengan Sinovac setelah 71,8 persen populasinya divaksinasi lengkap, sedangkan Kamboja melakukan vaksinasi anak saat cakupan vaksinasi lengkapnya sudah mencapai 60 persen dan China di angka 70,8 persen," katanya.
Sejauh ini ada tiga jenis vaksin yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat (emergency use of authorization/EUA) di luar negeri, yaitu Sinovac, Sinopharm dan Pfizer, dengan kondisi dan pengemasan yang berbeda dari setiap jenisnya.
Selain mempersiapkan anggaran, saat ini Kemenkes sebagai otoritas pembuat kebijakan terus melakukan pemetaan berbagai persiapan vaksinasi anak, antara lain ketersediaan stok vaksin, data anak dan menjalin koordinasi dengan pemangku kebijakan terkait. Dalam pelaksanaanya nanti, Kemenkes akan bekerja sama dengan pihak sekolah dan fasilitas kesehatan.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: