Jendral Kanada Pimpin Operasi NATO ke Libya
26 Maret 2011 05:51 WIB
Jet tempur Rafale Perancis bersiap mendarat di pangakalan udara militer Solenzara, wilayah kepulauan Mediterania, Korsika, dimana Perancis biasanya menjalankan operasi militer melawan Libya, Rabu (23/3). (FOTO ANTARA/REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
Brussels (ANTARA News) - NATO telah menunjuk seorang jendral bintang tiga Kanada, Letnan Jendral Charles Bouchard, untuk memimpin operasi NATO di Libya dalam upaya menegakkan zona larangan terbang dan embargo senjata yang dimandatkan PBB, demikian seorang pejabat aliansi itu seperti dikutip AFP, Jumat.
Bouchard juga akan mengambil komando seluruh serangan militer guna melindungi warga sipil dari tentara yang setia pada Muammar Gaddafi, ketika dan jika aliansi yang memiliki 28 anggota itu mengambil pimpinan seluruh serangan di Libya dari koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Koalisi yang diluncurkan oleh Inggris, Prancis dan AS memulai serangannya enam hari lalu, sementara beberapa anggota koalisi cemas melihat NATO menerima kepimpinan operasi di Libya itu.
Satu-satunya anggota muslim dalam NATO, Turki, enggan terlibat dalam operasi itu, sedangkan Prancis menyampaikan kekhawatiran kepemimpinan politik dari serangan itu sehingga menghalangi pengalihan komando tersebut.
Setelah beberapa hari pembicaraan penuh, mereka menghasilkan perjanjian NATO akan melaksanakan zona larangan terbang dan mengekang diri untuk menyerang.
Para duta besar aliansi itu diperkirakan akan bertemu lagi Minggu untuk memutuskan apakah akan mengambil pimpinan semua operasi.
Bermarkas di Komando Pasukan Gabungan Sekutu NATO di Napoli, serangan di Libya itu diberi nama sandi "Operasi Unified Protector".
Di Ottawa, Menteri Pertahanan Peter MacKay mengatakan Kanada telah menunggu pencalonan pejabat militernya dalam operasi yang bermarkas di Napoli itu.(*)
SYS/S008
Bouchard juga akan mengambil komando seluruh serangan militer guna melindungi warga sipil dari tentara yang setia pada Muammar Gaddafi, ketika dan jika aliansi yang memiliki 28 anggota itu mengambil pimpinan seluruh serangan di Libya dari koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Koalisi yang diluncurkan oleh Inggris, Prancis dan AS memulai serangannya enam hari lalu, sementara beberapa anggota koalisi cemas melihat NATO menerima kepimpinan operasi di Libya itu.
Satu-satunya anggota muslim dalam NATO, Turki, enggan terlibat dalam operasi itu, sedangkan Prancis menyampaikan kekhawatiran kepemimpinan politik dari serangan itu sehingga menghalangi pengalihan komando tersebut.
Setelah beberapa hari pembicaraan penuh, mereka menghasilkan perjanjian NATO akan melaksanakan zona larangan terbang dan mengekang diri untuk menyerang.
Para duta besar aliansi itu diperkirakan akan bertemu lagi Minggu untuk memutuskan apakah akan mengambil pimpinan semua operasi.
Bermarkas di Komando Pasukan Gabungan Sekutu NATO di Napoli, serangan di Libya itu diberi nama sandi "Operasi Unified Protector".
Di Ottawa, Menteri Pertahanan Peter MacKay mengatakan Kanada telah menunggu pencalonan pejabat militernya dalam operasi yang bermarkas di Napoli itu.(*)
SYS/S008
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: