UAE Bantu 12 Pesawat Untuk Zona Bebas Terbang Libya
25 Maret 2011 06:24 WIB
Kru Lapangan bekerja diatas jet tempur Perancis Mirage 2000 di pangkalan udara militer Solenzara, kepulauan Mediterania, Korsika, dimana Perancis menjalankan operasi militernya terhadap Libya. (FOTO ANTARA/REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
Washington (ANTARA News/AFP/Reuters) - Uni Emirat Arab (UAE) telah menyumbang 12 pesawat tempur kepada operasi zona larangan terbang internasional di Libya, kata seorang pejabat Amerika Serikat Kamis.
"Kami sangat menghargai kontribusi mereka," kata pejabat yang tak bersedia disebut namanya itu kepada AFP.
Pejabat tersebut tidak mengkonfirmasi laporan-laporan pers bahwa pesawat-pesawat tempur Uni Emirat itu adalah enam F-16 dan enam Mirage.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan, lebih dari 350 pesawat sekarang ini mengambil bagian dalam operasi koalisi terhadap Libya, separuh lebih sedikit dari jumlah itu adalah pesawat Amerika Serikat.
"Jujur untuk mengatakan koalisi telah meningkatkan jumlah dan kamampuannya setiap hari," kata Laksamana Madya William Gorthney, direktur Staf Gabungan.
Ia menyatakan "lebih dari 350 pesawat terlibat dalam kapasitas itu. Hanya sedikit lebih dari separuh yang milik AS."
Sementara itu di Tripoli Libya menyatakan, jumlah korban sipil yang tewas akibat serangan udara koalisi selama lima hari ini telah mencapai hampir 100, dan Tripoli menuduh negara-negara Barat berperang untuk membantu pemberontak.
Mussa Ibrahim, seorang juru bicara pemerintah, juga mengatakan, Libya yakin pasukan Barat berencana menyerang prasarana siarannya, mungkin pada Kamis malam.
"Apa yang terjadi saat ini adalah negara-negara Barat berperang di pihak pemberontak. Ini tidak diizinkan oleh resolusi PBB," katanya kepada wartawan.
"Kami telah menerima informasi intelijen bahwa prasarana siaran dan komunikasi kami akan menjadi sasaran, mungkin malam ini, oleh serangan-serangan udara..." lanjut juru bicara itu.
"Ini jika terjadi, sangat tidak bermoral dan ilegal. Ini adalah sasaran-sasaran sipil," tegasnya.
Ibrahim menyatakan, jumlah kematian sipil akibat serangan-serangan udara sekutu "mendekati 100".(*)
(Uu.H-AK)
"Kami sangat menghargai kontribusi mereka," kata pejabat yang tak bersedia disebut namanya itu kepada AFP.
Pejabat tersebut tidak mengkonfirmasi laporan-laporan pers bahwa pesawat-pesawat tempur Uni Emirat itu adalah enam F-16 dan enam Mirage.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan, lebih dari 350 pesawat sekarang ini mengambil bagian dalam operasi koalisi terhadap Libya, separuh lebih sedikit dari jumlah itu adalah pesawat Amerika Serikat.
"Jujur untuk mengatakan koalisi telah meningkatkan jumlah dan kamampuannya setiap hari," kata Laksamana Madya William Gorthney, direktur Staf Gabungan.
Ia menyatakan "lebih dari 350 pesawat terlibat dalam kapasitas itu. Hanya sedikit lebih dari separuh yang milik AS."
Sementara itu di Tripoli Libya menyatakan, jumlah korban sipil yang tewas akibat serangan udara koalisi selama lima hari ini telah mencapai hampir 100, dan Tripoli menuduh negara-negara Barat berperang untuk membantu pemberontak.
Mussa Ibrahim, seorang juru bicara pemerintah, juga mengatakan, Libya yakin pasukan Barat berencana menyerang prasarana siarannya, mungkin pada Kamis malam.
"Apa yang terjadi saat ini adalah negara-negara Barat berperang di pihak pemberontak. Ini tidak diizinkan oleh resolusi PBB," katanya kepada wartawan.
"Kami telah menerima informasi intelijen bahwa prasarana siaran dan komunikasi kami akan menjadi sasaran, mungkin malam ini, oleh serangan-serangan udara..." lanjut juru bicara itu.
"Ini jika terjadi, sangat tidak bermoral dan ilegal. Ini adalah sasaran-sasaran sipil," tegasnya.
Ibrahim menyatakan, jumlah kematian sipil akibat serangan-serangan udara sekutu "mendekati 100".(*)
(Uu.H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: