Pangan lokal bisa jadi bahan makanan berkelanjutan masa depan
9 November 2021 23:09 WIB
Beberapa jenis produk turunan lestari dan ramah lingkungan yang diciptakan dari bahan pangan lokal yang ada di Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.
Jakarta (ANTARA) - Co-Founder dari Omar Niode Foundation Amanda Katili Niode mengatakan pangan lokal yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan yang berkelanjutan bagi masa depan bangsa.
"Banyak cara-cara yang bisa digali terutama bila kita kembali ke pangan lokal. Karena pangan lokal disamping lebih sehat, juga bisa menjadi basis pangan masa depan,” kata Amanda dalam dalam Jelajah Rasa dan Budaya Gorontalo-Bone Bolango yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Amanda mengatakan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, akan membuat lahan pertanian yang ada di Tanah Air semakin berkurang. Sehingga melalui pengembangan pangan lokal, dapat mempermudah penduduk mendapatkan bahan-bahan pangan yang organik dan sehat.
Selain dapat dikonsumsi sebagai makanan masa depan, pangan lokal juga dapat menjadi solusi untuk membantu mengatasi permasalahan iklim dengan mengurangi jejak karbon dalam makanan-makanan impor yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut Amanda, Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki banyak ragam makanan dan tersebar di wilayah yang luas karena bermacam keanekaragaman hayati yang dimiliki.
Namun, masih banyak daerah seperti Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango di Provinsi Gorontalo, yang memiliki pangan lokal berupa makanan boga bahari segar yakni ikan, gula aren organik, kelapa, Jagung putih (milu) serta Kopi Pinogu organik belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Baca juga: Gorontalo-Bone Bolango kenalkan pangan lokal jadi produk lestari
Baca juga: Mentan SYL dorong pangan lokal masuk pasar dunia
Oleh sebab itu, dia berharap pangan lokal dapat bisa lebih dikembangkan supaya dapat dikenali dan diolah menjadi produk yang lebih berkualitas sehingga dapat dikonsumsi menjadi makanan-makanan yang sehat di masa depan.
"Besar harapan kami untuk menggalinya dan dari bahan kemudian rasa. Maka yang terpenting adalah rasa. Percuma kalau makanannya ramah lingkungan, platting nya bagus tapi kalau tidak enak, tidak ada yang mau menikmatinya," ujar Amanda.
"Banyak cara-cara yang bisa digali terutama bila kita kembali ke pangan lokal. Karena pangan lokal disamping lebih sehat, juga bisa menjadi basis pangan masa depan,” kata Amanda dalam dalam Jelajah Rasa dan Budaya Gorontalo-Bone Bolango yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Amanda mengatakan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, akan membuat lahan pertanian yang ada di Tanah Air semakin berkurang. Sehingga melalui pengembangan pangan lokal, dapat mempermudah penduduk mendapatkan bahan-bahan pangan yang organik dan sehat.
Selain dapat dikonsumsi sebagai makanan masa depan, pangan lokal juga dapat menjadi solusi untuk membantu mengatasi permasalahan iklim dengan mengurangi jejak karbon dalam makanan-makanan impor yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut Amanda, Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki banyak ragam makanan dan tersebar di wilayah yang luas karena bermacam keanekaragaman hayati yang dimiliki.
Namun, masih banyak daerah seperti Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango di Provinsi Gorontalo, yang memiliki pangan lokal berupa makanan boga bahari segar yakni ikan, gula aren organik, kelapa, Jagung putih (milu) serta Kopi Pinogu organik belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Baca juga: Gorontalo-Bone Bolango kenalkan pangan lokal jadi produk lestari
Baca juga: Mentan SYL dorong pangan lokal masuk pasar dunia
Oleh sebab itu, dia berharap pangan lokal dapat bisa lebih dikembangkan supaya dapat dikenali dan diolah menjadi produk yang lebih berkualitas sehingga dapat dikonsumsi menjadi makanan-makanan yang sehat di masa depan.
"Besar harapan kami untuk menggalinya dan dari bahan kemudian rasa. Maka yang terpenting adalah rasa. Percuma kalau makanannya ramah lingkungan, platting nya bagus tapi kalau tidak enak, tidak ada yang mau menikmatinya," ujar Amanda.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021
Tags: