Pontianak (ANTARA News) - Sinar Mas Grup mengembangkan pohon Tengkawang Tungkul (Shorea Macrophylla) yang merupakan salah satu endemik Kalimantan, di areal perkebunan sawit terutama dataran rendah dan sempadan sungai sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.
Pimpinan Sinar Mas Grup Wilayah Kalbar Susanto di Semitau, Kamis mengatakan, dikembangkannya Tengkawang Tungkul sebagai upaya pihaknya untuk melestarikan pohon endemik Kalbar yang kini sudah hampir punah.
"Setiap lahan rendahan/gambut dan sempadan sungai yang masuk dalam areal izin pengembangan sawit, kami tinggalkan untuk dijadikan kawasan dengan nilai konservasi tinggi. Kemudian area yang terbuka akan ditanami pohon Tengkawang Tungkul dan berbagai jenis tanaman hutan lainnya," kata Susanto.
Sinar Mas Grup dalam mengembangkan perkebunan sawit di Kabupaten Kapuas Hulu telah melakukan penilaian lahan yang mempunyai nilai konservasi tinggi sebelum memulai operasionalnya.
Berdasarkan penilaian tersebut dari luas izin hanya menanami lahan sekitar 65 - 75 persen, sisanya 25 - 35 persen dijadikan sebagai areal konservasi sesuai dengan prinsip dan kriteria untuk minyak sawit berkelanjutan (RSPO).
"Termasuk kawasan yang menurut masyarakat setempat sebagai tempat keramat juga cukup kami berikan perhatian serius dengan tidak membukanya atau menanami dengan sawit," kata Susanto.
Pimpinan Sinar Mas Grup Wilayah Kalbar mencontohkan, pengelolaan kawasan konservasi oleh PT Paramitra Internusa Pratama (PT PIP) anak perusahaan Sinar Mas Grup, cukup serius dan bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan hidup di areal izin lokasinya.
Sebagai buktinya telah melakukan identifikasi kawasan dengan prinsip dan kriteria nilai konservasi tinggi dengan melindungi areal kontong semar (Nephentes sp), areal sebagai identitas budaya masyarakat lokal seperti, kuburan atau tempat keramat, tembawang (kawasan hutan yang disakralkan masyarakat), temunik (areal untuk memakamkan ari-ari bayi) dan pohon-pohon keramat lainnya.
Selain itu, PT PIP juga konsisten dalam melindungi sempadan sungai, reforestasi areal/lahan terbuka, melakukan manajemen air di lahan gambut khususnya area gambut yang dalamnya kurang dari tiga meter serta telah dibuka sebelum tahun 2010, antisipasi bahaya kebakaran dengan membangun sedikitnya delapan menara pengawas kebakaran di titik-titik tertentu serta menyiapkan mobil pemadam kebakaran lengkap dengan peralatan yang diperlukan, melatih personel serta melakukan sosialisasi mencegah kebakaran bersama Pemda kepada masyarakat di sekitar kebun.
"Kami melestarikan pohon Tengkawang Tungkul bukan untuk dimanfaatkan sekarang, tetapi untuk generasi yang datang, karena pohon ini butuh waktu lama untuk membesar hingga menghasilkan buah yang bernilai tinggi," katanya.
Bibit pohon Tengkawang Tungkul dibeli dari masyarakat sekitar yang musim panennya empat tahun sekali seharga Rp10 ribu/kilogram, katanya.
Tokoh Adat Masyarakat Desa Seberuang Kecil, Kecamatan Semitau Cristian Sanggan (69) menyambut baik upaya pelestarian kawasan konservasi, pohon keramat, kuburan dan "temunik" yang ada di sekitar desa itu yang kini menjadi areal pengembangan perkebunan sawit.
"Kami berharap bentuk perhatian seperti itu tetap terus dilakukan sehingga identitas kami tidak hilang ditelan zaman," katanya.
Kepala Desa Terpilih Nanga Seberuang, Kecamatan Semitau Andreas Blanda juga menyambut baik kehadiran perkebunan sawit milik Sinar Mas Grup di desanya, karena telah memberikan pilihan pekerjaan alternatif masyarakatnya selain sebagai petani karet.
"Dengan adanya sawit, masyarakat kami sewaktu musim hujan dan harga karet anjlok bisa bekerja sebagai buruh perkebunan sehingga tidak menganggur," katanya.
Ia juga menyambut baik langkah perkebunan itu yang berkomitmen untuk tetap menjaga lingkungan hidup dengan tidak membuka lahan gambut lalu menanami dengan pohon Tengkawang Tungkul serta tetap menjaga identitas masyarakat lokal.(*)
(U.A057/N005)
Sinar Mas Kembangkan Tengkawang di Areal Sawit
24 Maret 2011 18:24 WIB
Bibit pohon tengkawang tungkul di areal perkebunan sawit Semitau, Kalbar. (antara news)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: