Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan pihaknya belum mendeteksi subvarian Delta AY.4.2 di Indonesia, tetapi harus diwaspadai karena sudah ditemukan di Malaysia.

"Kami juga melaporkan mengenai perkembangan deteksi varian AY.4.2 sudah sampai di Malaysia, tapi belum atau tidak terdeteksi di Indonesia sampai sekarang," ujar Menkes Budi dalam keterangan pers yang diikuti secara virtual di Jakarta, Senin.

Budi mengatakan pemerintah akan bergerak cepat dalam menahan masuknya virus tersebut dengan memperketat seluruh pintu kedatangan dari luar negeri.

Terlebih lagi banyak warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan pulang pergi dari dan ke Malaysia, sehingga upaya mitigasi harus cepat dilakukan.

Baca juga: Pakar sebut varian AY.4.2 lebih menular 10-15 persen dari Delta

Baca juga: Satgas COVID-19: Karakteristik varian AY.4.2 masih diteliti


"Apa lagi ini sudah di Malaysia, banyak orang Indonesia pulang pergi dari Malaysia baik darat, laut, dan udara. Ini nanti akan kita tingkatkan penjagaannya agar kita bisa menahan masuknya potensi varian yang baru ini ke Indonesia," kata dia.

Di sisi lain, pemerintah juga terus melakukan pemeriksaan whole genome sequencing untuk mendeteksi berbagai mutasi virus SARS-CoV-2, termasuk subvarian Delta.

Saat ini Kementerian Kesehatan sudah mampu melakukan 1.500-1.800 tes genome sequencing per bulan dan belum menemukan subvarian Delta itu di Indonesia.

"Sampai sekarang kita belum lihat (varian Delta AY.4.2)," kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) mengumumkan penemuan dua kasus pertama COVID-19 subvarian Delta AY.4.2 di Malaysia berupa kasus impor dari mahasiswa yang baru pulang dari Inggris.

"Kasus impor pelajar Malaysia yang pulang dari Inggris ini telah dideteksi di pintu masuk internasional Bandara KLIA," ujar Dirjen Kesehatan KKM Dr Noor Hisham Abdullah.

Dia mengatakan kedua warga Malaysia ini tiba di KLIA pada 2 Oktober 2021 dan telah menjalani ujian RT-PCR serta didapati negatif untuk SARS-CoV-2 bagi sampel pertama.

"Walau bagaimanapun keputusan tersebut positif apabila diuji pada sampel kedua yang diambil pada 7 Oktober 2021 semasa dalam tempo karantina," katanya.

Sampel-sampel tersebut telah menjalani pengurutan genom secara penuh di Institut Biologi Molekuler Medis Universitas Kebangsaan Malaysia dan laporan keputusan telah dikeluarkan pada 30 Oktober 2021.*

Baca juga: Menkes sebut varian AY.4.2 berpotensi mengkhawatirkan

Baca juga: Inggris: Subvarian Delta kemungkinan lebih menular