"Hingga tahun 2050, peran energi baru terbarukan makin membesar. Minyak dan gas bumi berkurang perannya, tapi masih signifikan, gas masih berperan penting," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan kondisi produksi minyak Indonesia saat ini sedang menurun karena banyak lapangan minyak yang berusia tua. Sedangkan kondisi gas bumi masih bagus. Menurutnya, kalaupun terjadi penurunan produksi gas itu hanya disebabkan sejumlah proyek terkendala.
Di sisi lain pemerintah menargetkan produksi minyak sebanyak 1 juta barel dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030. Untuk mencapai produksi tersebut, berbagai upaya dilakukan mulai dari peningkatan eksplorasi untuk penemuan besar, mempercepat cemical EOR, optimalisasi lapangan produksi eksisting, serta transformasi sumber daya kontijen ke produksi.
Sedangkan khusus untuk infrastruktur gas bumi, pemerintah membangun jaringan pipa gas Cirebon-Semarang sepanjang 260 kilometer, pipa gas Dumai-Sei Mangkei sepanjang 360 kilometer dan membangun mini regas dan FSRU/FSU dan FRU untuk kawasan Indonesia Timur.
Baca juga: Indonesia-ETP kerja sama transisi energi, kejar target EBT 23 persen
Pemerintah berencana menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) mulai dua tahun mendatang untuk meningkatkan jumlah sambungan rumah yang terbangun. Melalui skema ini, pemerintah berharap sebanyak 1 juta sambungan rumah dapat terbangun tiap tahun.
Menurut Tutuka, program jaringan gas ini merupakan proyek favorit masyarakat karena mereka tidak perlu lagi repot membeli elpiji tabung tiga kilogram.
"Program jaringan gas dilaksanakan di daerah yang memiliki atau dekat dengan sumber gas dengan tujuan supaya masyarakat mendapatkan akses energi yang mudah dan murah," ujar Tutuka.
Berdasarkan proyeksi Kementerian ESDM, proyek hulu minyak dan gas bumi di Indonesia untuk kurun waktu 2021 hingga 2027 tercatat 42 proyek dengan perincian 23 proyek offshore dan 19 proyek onshore, yang diharapkan dapat menghasilkan 1,1 juta barel per hari dengan investasi sekitar 43,3 miliar dolar AS.
Pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menargetkan bisa menghasilkan pendapatan sebesar 203 miliar dolar AS.
Baca juga: Percepat transisi energi RI, pemerintah cetuskan program FIRE