Jakarta (ANTARA News) - Konsultan Pelayanan Perangkat Lunak Perbankan Syariah Oracle, Jamil bin Hassan, menilai bahwa perbankan syariah di Indonesia belum banyak tersentuh teknologi informasi sehingga pelayanan kepada nasabah tidak sebaik perbankan konvensional.

"Masih banyak tantangan perbankan syariah, masih sedikit belanja untuk teknologi," kata Jamil di Jakarta, Selasa.

Ia menyebutkan, sumber daya manusia (SDM) perbankan syariah yang memiliki keahlian di bidang teknologi juga belum begitu memadai.

"SDM belum banyak yang memiliki keahlian teknologi hardware dan software. Ini tantangan perbankan syariah di Indonesia," katanya.

Ia menyebutkan, secara rata-rata selama ini porsi belanja perbankan di dunia untuk SDM sekitar 30 persen, untuk perkantoran 30 persen dan untuk teknologi sekitar 30 persen.

Jamil memperkirakan, belanja teknologi perbankan syariah di Indonesia masih jauh di bawah 30 persen dari total belanja perbankan syariah.

Alumni Northern Illinois University, Amerika Serikat (AS), bidang Computer Science itu menyebutkan, karakteristik perbankan syariah di Indonesia antara lain banyak yang baru berdiri kurang lima tahun, nasabah kurang dari satu juta orang dan aset kurang dari Rp5 miliar.

"Meski masih banyak tantangan, namun industri perbankan syariah di Indonesia terus tumbuh dan menjadi emerging market," kata Jamil yang berkantor di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ia menyebutkan, selain harus bersaing dengan perbankan konvesional, bank syariah juga harus bersaing dengan bank syariah lainnya.

"Tantangan masih berat, implementasi teknologi akan memberikan peluang bagi bank syariah untuk dapat bersaing dengan bank lain," katanya.
(T.A039/S004)