Artikel
Kaum difabel sebagai aset bangsa
Oleh Andi Firdaus
7 November 2021 14:28 WIB
Atlet paralimpik Idayani (kiri) dan Maridus Melianus (kanan) menyulut obor Peparnas saat upacara pembukaan Peparnas Papua di Stadion Mandala, Jayapura, Papua, Jumat (5/11/2021). Pembukaan Peparnas Papua tersebut bertemakan "Cahaya Kemenangan Dari Timur Papua". (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nym)
Jakarta (ANTARA) - Pekan Olahraga Nasional XX 2021 Papua berakhir di pertengahan Oktober 2021 dengan menghadirkan Jawa Barat sebagai peraih gelar bergengsi juara umum.
Namun gegap gempita perhelatan ajang olahraga di Indonesia belumlah usai. Karena itu fokus perhatian rakyat Indonesia jangan buru-buru dialihkan dari Bumi Papua.
Kini, sebanyak 1.985 atlet perwakilan 34 provinsi sedang berjibaku di 12 cabang olahraga demi merebut prestasi dan predikat tertinggi di gelaran Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) ke-16 yang baru saja dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Sabtu (6/11).
Mereka berlomba untuk menyumbangkan keping medali bagi kontingen masing-masing pada Peparnas ke-16 yang digelar hingga 13 November 2021.
Para atlet dengan disabilitas berlaga di cabang angkat berat, para-atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja.
Berkaca pada kesuksesan penyelenggaraan PON XX, Peparnas dipersiapkan lebih matang berdasarkan pengalaman penyelenggaraan sebelumnya.
"Tidak jauh berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Tetapi kalau yang dilakukan di Papua ini karena sudah diawali dengan kesuksesan PON, jadi tidak terlalu sulit," kata Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali.
Kemenpora bekerja sama dengan sejumlah pihak terkait sudah mempersiapkan secara optimal aspek kenyamanan dan fasilitas ramah disabilitas. Termasuk kebutuhan penginapan.
"Kesiapan melayani atlet Peparnas dan ofisial memang ada beberapa yang harus diubah, seperti akses kursi roda yang tadinya di lobi memang tidak ada, sementara kita buat," kata Sales Manager Hotel di Jayapura, Dedy Arisanti.
Persiapan lainnya yang telah dipenuhi adalah penambahan perlengkapan seperti alat mandi ember, gayung bagi mereka yang difabel dan juga pegangan di beberapa lokasi rawan.
Seluruh kelengkapan fasilitas penunjang itu kini disediakan di 39 hotel dan penginapan serta wisma atlet di Kota dan Kabupaten Jayapura untuk menampung 3.500 atlet dan ofisial.
"Yang menjadi persoalan kita itu di Papua ini sering sekali hotel yang tidak ada akses bagi difabel. Tapi syukur dengan koordinasi kita, hotel sukarela mau bantu," kata Koordinator Akomodasi PB Peparnas Papua John Mahumury.
Pemerintah juga membantu seluruh aspek yang diperlukan selama penyelanggaraan Peparnas ke-16, peralatan tanding, keamanan dan transportasi didesain untuk ramah disabilitas. Adapun aspek konsumsi, teknologi informasi dan publikasi serta kesehatan juga tak luput dari perhatian.
Baca juga: Round up - Pembukaan yang penuh makna awali Peparnas XVI di Papua
Baca juga: Masyarakat Jayapura padati Stadion Mandala empat jam sebelum pembukaan
Selanjutnya: Talenta-talenta hadir di Peparnas
Talenta
Mengusung tema "Cahaya dari Timur Papua", Peparnas menghadirkan banyak talenta atlet yang pernah berjaya di kejuaraan bergengsi nasional hingga luar negeri.
Misalnya Muhammad Bejita yang dikenal publik melalui penampilan pada ajang Asian Para Games di Malaysia 2018, menyabet dua medali emas untuk kategori renang 100 meter gaya punggung dalam waktu 1 menit 3,6 detik dan renang 50 meter gaya bebas dalam waktu 25,98 detik.
Nama lainnya adalah Jendi Panggabean, sang peraih medali emas pada perlombaan renang 200 meter dalam waktu 2 menit 33,37 detik dalam ASEAN Para Games yang dilaksanakan tahun 2017 silam. Jendi tampil dengan satu kaki usai menjalani amputasi akibat kecelakaan.
Atlet difabel berikutnya adalah Ni Nengah Widiasih yang tampil di cabang angkat berat putri. Sejumlah medali perunggu, perak, hingga emas pernah ia dapatkan dalam perlombaan tingkat nasional dan internasional meskipun tampil dengan kursi roda.
Dari cabang bulutangkis ada sosok Dimas Prasetyo. Meski mengidap tunagrahita, ternyata ia mampu membawa nama Indonesia ke internasional dengan memperoleh tiga medali emas dalam ajang Special Olympics World Summer Games 2015 di Los Angeles.
Peparnas Papua sekaligus ajang unjuk penampilan talenta atlet muda dalam mengukir debut menghadapi sederet atlet berprestasi itu, sekaligus menjadi harapan untuk kontingen Indonesia saat mengikuti kejuaraan internasional.
"Target Peparnas kali ini adalah sukses regenerasi atlet penyandang disabilitas," kata Wakil Sekeretaris Jenderal (Wasekjen) National Paralympic Comitee Indonesia (NPCI) Rima Ferdianto di Jayapura, Rabu (3/11).
Menurut Rima Peparnas edisi Papua ini merupakan ajang yang tepat untuk mencari atlet potensial. Selain itu, Peparnas juga sebagai upaya dalam menyukseskan regenerasi atlet penyandang disabilitas di Tanah Air. Sebab, banyak atlet muda diprediksi akan bermunculan dari berbagai cabang olahraga.
Peparnas kali ini disebut Rima lebih fokus pada daerah yang telah melakukan pembinaan olahraga secara optimal kepada atlet disabilitas. Keseriusan pemerintah daerah dalam membina olahraga di daerahnya akan terlihat jelas dalam Peparnas kali ini.
"Kita bikin ada kategori nasional dan elit. Elit itu adalah atlet yang pernah juara dalam pertandingan internasional. Kategori atlet nasional adalah semua yang sudah punya pengalaman ikut event internasional," katanya.
Sistem pertandingan yang diatur dalam pertandingan nantinya sangat mendukung terjadinya regenerasi. Atlet yang masuk dalam kategori elit hanya diperbolehkan turun pada satu nomor pertandingan.
Sementara itu, bagi atlet yang masuk dalam kategori nasional dapat mengikuti nomor pertandingan melebihi dua kali demi membuka peluang atlet disabilitas untuk berkembang lebih baik lagi.
Baca juga: Lima atlet difabel Papua arak api Peparnas pada seremoni pembukaan
Baca juga: Lukas Enembe: Kenali aku karena kemampuanku, bukan karena keterbatasan
Selanjutnya: Penyandang disabilitas adalah aset bangsa
Aset bangsa
Juru Bicara Presiden bidang Sosial Angkie Yudistia mengatakan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 tahun 2020 tentang syarat dan tata cara pemberian penghargaan dalam penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas adalah langkah progresif Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menghormati hak-hak disabilitas di Indonesia.
"Kami menyambut Peparnas sebagai perhelatan olahraga yang cukup besar. Presiden Jokowi sangat memperhatikan teman teman penyandang disabilitas sebagai putra putri terbaik Indonesia," katanya dalam agenda konferensi pers di Jakarta Rabu (2/11).
Angkie meyakini setiap penyandang disabilitas pasti memiliki potensi diri yang dapat diangkat melalui prestasi olahraga. Pemerintah memastikan tidak boleh ada warga negara yang tertinggal dalam program apapun, termasuk hak dan perlakuan sama seperti masyarakat umum bagi 38 juta jiwa penyandang disabilitas di Indonesia.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 tahun 2020 mendorong Indonesia semakin ramah disabilitas dengan mengedepankan prinsip kesetaraan, termasuk dalam hal pemberian bonus bagi atlet yang sama dengan atlet umum lainnya.
Komitmen pemerintah dalam pembinaan atlet disabilitas juga dibuktikan melalui pembangunan pusat latihan berfasilitas lengkap berikut sport sains.
"Ke depan Presiden lewat Kemenpora berkomitmen membangun pusat latihan berfasilitas lengkap dan sport sains. Akan dibangun sentra olahraga di sepuluh provinsi di Indonesia," katanya.
Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk dapat berkarya dan meraih prestasi. Bahkan penyandang disabilitas juga dapat hidup dengan mandiri lewat karir berolahraga.
Peparnas adalah ajang pembuktian bahwa kaum disabilitas juga memiliki hak serta kesempatan yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Di sisi lain, pemerintah pun berkomitmen untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat penyandang disabilitas.
Baca juga: Lukas Enembe: Kenali aku karena kemampuanku, bukan karena keterbatasan
Baca juga: Menko PMK: Pendidikan atlet difabel jangan sampai terhambat
Baca juga: Peparnas Papua 2021 untuk Indonesia yang setara nan inklusif
Baca juga: Menelisik potensi penyandang disabilitas di pentas olahraga
Namun gegap gempita perhelatan ajang olahraga di Indonesia belumlah usai. Karena itu fokus perhatian rakyat Indonesia jangan buru-buru dialihkan dari Bumi Papua.
Kini, sebanyak 1.985 atlet perwakilan 34 provinsi sedang berjibaku di 12 cabang olahraga demi merebut prestasi dan predikat tertinggi di gelaran Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) ke-16 yang baru saja dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Sabtu (6/11).
Mereka berlomba untuk menyumbangkan keping medali bagi kontingen masing-masing pada Peparnas ke-16 yang digelar hingga 13 November 2021.
Para atlet dengan disabilitas berlaga di cabang angkat berat, para-atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja.
Berkaca pada kesuksesan penyelenggaraan PON XX, Peparnas dipersiapkan lebih matang berdasarkan pengalaman penyelenggaraan sebelumnya.
"Tidak jauh berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Tetapi kalau yang dilakukan di Papua ini karena sudah diawali dengan kesuksesan PON, jadi tidak terlalu sulit," kata Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali.
Kemenpora bekerja sama dengan sejumlah pihak terkait sudah mempersiapkan secara optimal aspek kenyamanan dan fasilitas ramah disabilitas. Termasuk kebutuhan penginapan.
"Kesiapan melayani atlet Peparnas dan ofisial memang ada beberapa yang harus diubah, seperti akses kursi roda yang tadinya di lobi memang tidak ada, sementara kita buat," kata Sales Manager Hotel di Jayapura, Dedy Arisanti.
Persiapan lainnya yang telah dipenuhi adalah penambahan perlengkapan seperti alat mandi ember, gayung bagi mereka yang difabel dan juga pegangan di beberapa lokasi rawan.
Seluruh kelengkapan fasilitas penunjang itu kini disediakan di 39 hotel dan penginapan serta wisma atlet di Kota dan Kabupaten Jayapura untuk menampung 3.500 atlet dan ofisial.
"Yang menjadi persoalan kita itu di Papua ini sering sekali hotel yang tidak ada akses bagi difabel. Tapi syukur dengan koordinasi kita, hotel sukarela mau bantu," kata Koordinator Akomodasi PB Peparnas Papua John Mahumury.
Pemerintah juga membantu seluruh aspek yang diperlukan selama penyelanggaraan Peparnas ke-16, peralatan tanding, keamanan dan transportasi didesain untuk ramah disabilitas. Adapun aspek konsumsi, teknologi informasi dan publikasi serta kesehatan juga tak luput dari perhatian.
Baca juga: Round up - Pembukaan yang penuh makna awali Peparnas XVI di Papua
Baca juga: Masyarakat Jayapura padati Stadion Mandala empat jam sebelum pembukaan
Selanjutnya: Talenta-talenta hadir di Peparnas
Talenta
Mengusung tema "Cahaya dari Timur Papua", Peparnas menghadirkan banyak talenta atlet yang pernah berjaya di kejuaraan bergengsi nasional hingga luar negeri.
Misalnya Muhammad Bejita yang dikenal publik melalui penampilan pada ajang Asian Para Games di Malaysia 2018, menyabet dua medali emas untuk kategori renang 100 meter gaya punggung dalam waktu 1 menit 3,6 detik dan renang 50 meter gaya bebas dalam waktu 25,98 detik.
Nama lainnya adalah Jendi Panggabean, sang peraih medali emas pada perlombaan renang 200 meter dalam waktu 2 menit 33,37 detik dalam ASEAN Para Games yang dilaksanakan tahun 2017 silam. Jendi tampil dengan satu kaki usai menjalani amputasi akibat kecelakaan.
Atlet difabel berikutnya adalah Ni Nengah Widiasih yang tampil di cabang angkat berat putri. Sejumlah medali perunggu, perak, hingga emas pernah ia dapatkan dalam perlombaan tingkat nasional dan internasional meskipun tampil dengan kursi roda.
Dari cabang bulutangkis ada sosok Dimas Prasetyo. Meski mengidap tunagrahita, ternyata ia mampu membawa nama Indonesia ke internasional dengan memperoleh tiga medali emas dalam ajang Special Olympics World Summer Games 2015 di Los Angeles.
Peparnas Papua sekaligus ajang unjuk penampilan talenta atlet muda dalam mengukir debut menghadapi sederet atlet berprestasi itu, sekaligus menjadi harapan untuk kontingen Indonesia saat mengikuti kejuaraan internasional.
"Target Peparnas kali ini adalah sukses regenerasi atlet penyandang disabilitas," kata Wakil Sekeretaris Jenderal (Wasekjen) National Paralympic Comitee Indonesia (NPCI) Rima Ferdianto di Jayapura, Rabu (3/11).
Menurut Rima Peparnas edisi Papua ini merupakan ajang yang tepat untuk mencari atlet potensial. Selain itu, Peparnas juga sebagai upaya dalam menyukseskan regenerasi atlet penyandang disabilitas di Tanah Air. Sebab, banyak atlet muda diprediksi akan bermunculan dari berbagai cabang olahraga.
Peparnas kali ini disebut Rima lebih fokus pada daerah yang telah melakukan pembinaan olahraga secara optimal kepada atlet disabilitas. Keseriusan pemerintah daerah dalam membina olahraga di daerahnya akan terlihat jelas dalam Peparnas kali ini.
"Kita bikin ada kategori nasional dan elit. Elit itu adalah atlet yang pernah juara dalam pertandingan internasional. Kategori atlet nasional adalah semua yang sudah punya pengalaman ikut event internasional," katanya.
Sistem pertandingan yang diatur dalam pertandingan nantinya sangat mendukung terjadinya regenerasi. Atlet yang masuk dalam kategori elit hanya diperbolehkan turun pada satu nomor pertandingan.
Sementara itu, bagi atlet yang masuk dalam kategori nasional dapat mengikuti nomor pertandingan melebihi dua kali demi membuka peluang atlet disabilitas untuk berkembang lebih baik lagi.
Baca juga: Lima atlet difabel Papua arak api Peparnas pada seremoni pembukaan
Baca juga: Lukas Enembe: Kenali aku karena kemampuanku, bukan karena keterbatasan
Selanjutnya: Penyandang disabilitas adalah aset bangsa
Aset bangsa
Juru Bicara Presiden bidang Sosial Angkie Yudistia mengatakan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 tahun 2020 tentang syarat dan tata cara pemberian penghargaan dalam penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas adalah langkah progresif Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menghormati hak-hak disabilitas di Indonesia.
"Kami menyambut Peparnas sebagai perhelatan olahraga yang cukup besar. Presiden Jokowi sangat memperhatikan teman teman penyandang disabilitas sebagai putra putri terbaik Indonesia," katanya dalam agenda konferensi pers di Jakarta Rabu (2/11).
Angkie meyakini setiap penyandang disabilitas pasti memiliki potensi diri yang dapat diangkat melalui prestasi olahraga. Pemerintah memastikan tidak boleh ada warga negara yang tertinggal dalam program apapun, termasuk hak dan perlakuan sama seperti masyarakat umum bagi 38 juta jiwa penyandang disabilitas di Indonesia.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 tahun 2020 mendorong Indonesia semakin ramah disabilitas dengan mengedepankan prinsip kesetaraan, termasuk dalam hal pemberian bonus bagi atlet yang sama dengan atlet umum lainnya.
Komitmen pemerintah dalam pembinaan atlet disabilitas juga dibuktikan melalui pembangunan pusat latihan berfasilitas lengkap berikut sport sains.
"Ke depan Presiden lewat Kemenpora berkomitmen membangun pusat latihan berfasilitas lengkap dan sport sains. Akan dibangun sentra olahraga di sepuluh provinsi di Indonesia," katanya.
Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk dapat berkarya dan meraih prestasi. Bahkan penyandang disabilitas juga dapat hidup dengan mandiri lewat karir berolahraga.
Peparnas adalah ajang pembuktian bahwa kaum disabilitas juga memiliki hak serta kesempatan yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Di sisi lain, pemerintah pun berkomitmen untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat penyandang disabilitas.
Baca juga: Lukas Enembe: Kenali aku karena kemampuanku, bukan karena keterbatasan
Baca juga: Menko PMK: Pendidikan atlet difabel jangan sampai terhambat
Baca juga: Peparnas Papua 2021 untuk Indonesia yang setara nan inklusif
Baca juga: Menelisik potensi penyandang disabilitas di pentas olahraga
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2021
Tags: