Aplikasi telemedisin sebut kesehatan mental jadi fokus pasca-COVID
6 November 2021 07:38 WIB
FILE PHOTO: Medical doctor Makoto Kitada demonstrates a telemedicine application service called 'CLINICS', developed by Japanese medical start-up Medley Inc., in Tokyo, Japan, July 8, 2020. Picture taken July 8, 2020. REUTERS/Issei Kato/File Photo (REUTERS/Issei Kato)
Jakarta (ANTARA) - Permintaan untuk perawatan kesehatan mental secara daring akan menjadi prioritas di dunia pasca-COVID, kata CEO dan pendiri aplikasi telemedisin asal Swedia, Kry, Johannes Schildt.
Mengutip Reuters, Sabtu, Schildt mengatakan prediksi itu ada setelah lockdown berdampak pada kesejahteraan mental seseorang, dan permintaan untuk janji temu virtual meroket.
"Ada krisis kesehatan mental di Eropa ... ada masalah besar yang perlu dipecahkan," kata Schildt.
Baca juga: Melek digital gara-gara COVID-19
Kry, salah satu dari banyak perusahaan yang berpartisipasi dalam pertemuan teknologi tahun ini, menyediakan pengguna dengan konsultasi berbasis video dengan perawat dan dokter dan beroperasi melalui kemitraan publik-swasta dan perjanjian dengan penyedia asuransi swasta.
Kebutuhan akan layanan kesehatan mental online sudah ada sebelum pandemi, meningkat selama, dan akan terus berkembang, kata Schildt. Permintaan untuk layanan semacam itu di aplikasinya, yang melayani 25 persen rumah tangga Swedia, meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2020.
Sebuah studi oleh jurnal medis The Lancet menunjukkan 76 juta kasus tambahan gangguan kecemasan dan 53 juta lebih banyak gangguan depresi mayor pada tahun 2020, dengan kaum muda dan wanita yang paling terpengaruh.
Kry baru saja meluncurkan terapi perilaku kognitif berbasis internet untuk mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental, perawatan berbasis ponsel pintar yang sudah tersedia di Swedia dan akan diluncurkan di seluruh Eropa pada 2022.
"Megatren digitalisasi layanan kesehatan sudah ada sebelum pandemi, tetapi pandemi memang membantu membuat orang sadar bahwa mereka sebenarnya bisa melakukan semua hal ini dari rumah," kata Schildt.
Ia juga memprediksi tes COVID di rumah akan membuka jalan untuk pengambilan sampel mandiri yang lebih luas.
Di sisi lain, pendiri dan CEO telemedisin dari AS, Carbon Health, Eren Bali, mengatakan semua jenis penggunaan digital meroket.
Pada awal pandemi, satu dari enam pengguna Carbon Health telah mengunduh aplikasi tersebut. Sekarang, sekitar 80 persen memilikinya di ponsel mereka, sebuah tren yang diharapkan Bali akan terus berlanjut.
Carbon Health tidak menawarkan dukungan kesehatan mental online sebelum pandemi COVID-19 melanda tetapi lonjakan permintaan menyebabkan peluncuran layanan musim panas lalu.
"Integrasi mendalam" antara sistem virtual dan janji temu langsung adalah jalan ke depan ketika kehidupan masyarakat berubah secara radikal, menurut pengamatan Bali.
Namun, pertumbuhan sektor ini juga menimbulkan pertanyaan tentang cara terbaik untuk menangani data pasien - sebagian besar disimpan di database layanan kesehatan nasional dan asuransi swasta - di tengah sikap yang sangat berbeda terhadap berbagi data di seluruh Eropa dan Skandinavia.
"Sayang sekali begitu banyak data yang beredar, dibungkam ke dalam sistem yang berbeda," kata Schildt, yang percaya mengakses data pasien akan memperkuat telemedisin.
Baca juga: IDAI dukung inisiatif tingkatkan tumbuh kembang anak
Baca juga: Kemenkes targetkan aplikasi rekam medis hadir tahun depan
Baca juga: STRONGBEE ajak kolaborasi lewat dua program "Corporate Wellness"
Mengutip Reuters, Sabtu, Schildt mengatakan prediksi itu ada setelah lockdown berdampak pada kesejahteraan mental seseorang, dan permintaan untuk janji temu virtual meroket.
"Ada krisis kesehatan mental di Eropa ... ada masalah besar yang perlu dipecahkan," kata Schildt.
Baca juga: Melek digital gara-gara COVID-19
Kry, salah satu dari banyak perusahaan yang berpartisipasi dalam pertemuan teknologi tahun ini, menyediakan pengguna dengan konsultasi berbasis video dengan perawat dan dokter dan beroperasi melalui kemitraan publik-swasta dan perjanjian dengan penyedia asuransi swasta.
Kebutuhan akan layanan kesehatan mental online sudah ada sebelum pandemi, meningkat selama, dan akan terus berkembang, kata Schildt. Permintaan untuk layanan semacam itu di aplikasinya, yang melayani 25 persen rumah tangga Swedia, meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2020.
Sebuah studi oleh jurnal medis The Lancet menunjukkan 76 juta kasus tambahan gangguan kecemasan dan 53 juta lebih banyak gangguan depresi mayor pada tahun 2020, dengan kaum muda dan wanita yang paling terpengaruh.
Kry baru saja meluncurkan terapi perilaku kognitif berbasis internet untuk mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental, perawatan berbasis ponsel pintar yang sudah tersedia di Swedia dan akan diluncurkan di seluruh Eropa pada 2022.
"Megatren digitalisasi layanan kesehatan sudah ada sebelum pandemi, tetapi pandemi memang membantu membuat orang sadar bahwa mereka sebenarnya bisa melakukan semua hal ini dari rumah," kata Schildt.
Ia juga memprediksi tes COVID di rumah akan membuka jalan untuk pengambilan sampel mandiri yang lebih luas.
Di sisi lain, pendiri dan CEO telemedisin dari AS, Carbon Health, Eren Bali, mengatakan semua jenis penggunaan digital meroket.
Pada awal pandemi, satu dari enam pengguna Carbon Health telah mengunduh aplikasi tersebut. Sekarang, sekitar 80 persen memilikinya di ponsel mereka, sebuah tren yang diharapkan Bali akan terus berlanjut.
Carbon Health tidak menawarkan dukungan kesehatan mental online sebelum pandemi COVID-19 melanda tetapi lonjakan permintaan menyebabkan peluncuran layanan musim panas lalu.
"Integrasi mendalam" antara sistem virtual dan janji temu langsung adalah jalan ke depan ketika kehidupan masyarakat berubah secara radikal, menurut pengamatan Bali.
Namun, pertumbuhan sektor ini juga menimbulkan pertanyaan tentang cara terbaik untuk menangani data pasien - sebagian besar disimpan di database layanan kesehatan nasional dan asuransi swasta - di tengah sikap yang sangat berbeda terhadap berbagi data di seluruh Eropa dan Skandinavia.
"Sayang sekali begitu banyak data yang beredar, dibungkam ke dalam sistem yang berbeda," kata Schildt, yang percaya mengakses data pasien akan memperkuat telemedisin.
Baca juga: IDAI dukung inisiatif tingkatkan tumbuh kembang anak
Baca juga: Kemenkes targetkan aplikasi rekam medis hadir tahun depan
Baca juga: STRONGBEE ajak kolaborasi lewat dua program "Corporate Wellness"
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021
Tags: