Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan temuan cat mengandung bahan timbal di beberapa ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) merupakan sisa-sisa pengecatan sebelumnya, karena cat yang digunakan saat ini sudah sesuai standar internasional.

"Kita sudah menggunakan cat standar internasional. Di RPTRA saat ini tidak ada lagi cat mengandung timbal. Kalau ada temuan cat mengandung timbal, itu dari pengecatan sebelumnya. Nanti akan kita perbaiki, untuk kesehatan anak-anak," kata Riza Patria, di Balai Kota Jakarta, Jumat.

Menurut Riza Patria, dengan penggunaan cat berstandar internasional, maka dipastikan tidak ada zat berbahaya yang mengancam kesehatan anak-anak saat beraktivitas.

Sebelumnya, Penasihat Senior dari Nexus3 Foundation, Yuyun Ismawati, menyebutkan cat yang digunakan di 32 RPTRA di Jakarta, mengandung timbal sampai 100 ribu ppm.

Nexus 3 Foundation melalui keterangan tertulisnya menyebutkan, sekitar tiga perempat sampel cat yang dianalisis tidak memenuhi standar internasional yakni 90 ppm.

Menurut dia, cat warna cerah dengan kandungan timbal tinggi digunakan secara luas di fasilitas anak-anak dan ruang publik. "Warna-warna cerah bagus untuk merangsang otak anak, tapi cat dengan warna cerah dan konsentrasi timbal yang tinggi akan merusak otak mereka," kata Yuyun.

"Dampak kesehatan dari paparan timbal pada otak anak-anak adalah seumur hidup, tidak dapat diubah dan tidak dapat diobat," katanyai.

Baca juga: 1.200 warga RPTRA di Cengkareng ikuti program Vaksin Merdeka

Yuyun juga mendesak, agar perusahaan cat berhenti berargumen bahwa ada permintaan yang kuat untuk warna-warna cerah tapi murah. "Tidak etis ingin mendapatkan keuntungan tapi dengan mempertaruhkan masa depan anak-anak kita, dengan memproduksi cat bertimbal," katanya.

Namun, kata dia, ada beberapa produsen cat di Indonesia mulai menghilangkan kandungan timbal pada cat produksi mereka. "Ini menunjukkan ada teknologi di Indonesia untuk memproduksi cat yang aman dari timbal."

Pada tahun 2020-2021, tim Nexus3 secara acak mengumpulkan 120 sampel kaleng cat berbasis pelarut dan cat industri yang dijual untuk keperluan rumah tangga dari toko-toko di 10 kota di Indonesia. Cat-cat tersebut mewakili 66 merek berbeda yang diproduksi oleh 47 produsen.

Studi analisis data untuk laporan ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye global IPEN untuk penghapusan cat bertimbal. Studi ini dilakukan di Indonesia oleh Nexus3 bekerja sama dengan IPEN (International Pollutants Elimination Network), didanai oleh GiveWell, dan Pemerintah Swedia.

Baca juga: RPTRA di Jakut olah daun kelor jadi produk bernilai jual
Baca juga: Cat di taman DKI bertimbal, Anies akan keluarkan larangan