Tokyo (ANTARA News) - Jumlah orang yang dikonfirmasikan tewas atau tercatat sebagai orang hilang oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang mencapai 18.000 pada Sabtu, delapan hari setelah gempa dahsyat dan hantaman tsunami.

Ada kekhawatiran jumlah korban tewas jauh lebih tinggi dari bencana yang menyapu daerah permukiman yang luas sepanjang pantai Pasifik utara pulau Honshu itu.

Badan kepolisian nasional seperti dilaporkan AFP mengatakan, 7.197 orang telah dikonfirmasi tewas dan 10.905 resmi terdaftar sebagai hilang - total 18.102 - hingga pukul 09:00 waktu setempat Sabtu, sebagai akibat dari bencana 11 Maret itu.

Harapan untuk menemukan lebih banyak korban di tengah puing-puing telah berkurang di tengah musim dingin yang melanda timur laut Jepang, meliputi sebagian besar wilayah bencana dengan salju pada awal pekan ini.

Korban tewas telah melampaui korban gempa 7,2 SR yang melanda kota pelabuhan Jepang barat Kobe pada tahun 1995, yang menewaskan 6.434 orang.

Gempa 11 Maret adalah bencana alam terbesar di Jepang saat ini sejak 3 Gempa Bumi Besar Kanto pada 1923, yang menewaskan lebih dari 142.000 orang.

Angka-angka terbaru polisi untuk orang hilang itu tidak mencakup laporan lokal dari sepanjang pantai yang terkena tsunami terbesar yang sebagian besar orang belum ditemukan.

Wali kota kota pesisir Ishinomaki di prefektur Miyagi mengatakan, Rabu, bahwa jumlah yang hilang ada cenderung memukul 10.000, Kyodo News dilaporkan.

Pada hari Sabtu, NHK mengatakan bahwa sekitar 10.000 orang belum ditemukan di kota pelabuhan Minamisanriku di prefektur yang sama.
(AK)