Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menginstruksikan seluruh rumah sakit yang berada di bawah naungannya untuk tetap siaga guna mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 pasca libur akhir tahun.

"Kita melihat apakah ada kenaikan signifikan atau tidak. Sehubungan dengan itu, kita instruksikan rumah sakit untuk memonitor. Seandainya terjadi outbreak, konversi kamar-kamar non-COVID menjadi kamar untuk COVID-19," ujar Ketua Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) Agus Samsudin saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.

Baca juga: Muhammadiyah dorong pemerintah terapkan kebijakan tegas atasi COVID-19

Baca juga: MCCC tekankan pentingnya keteladanan dalam kampanye pemakaian masker


Saat memasuki akhir tahun selalu diikuti dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas masyarakat yang memanfaatkan libur. Meningkatnya mobilitas dan aktivitas itu kerap berimbas pada kenaikan kasus penularan COVID-19.

Agus mengatakan Muhammadiyah sudah belajar dari pengalaman sebelumnya, saat terjadi lonjakan kasus. Jika dahulu konversi ke kamar tidur rumah sakit COVID-19 membutuhkan waktu yang cukup lama, kini tiga hingga empat hari sudah siap digunakan sebagai ruang perawatan.

"Kalau misalkan Desember banyak acara, kemudian ada liburan dan sebagainya, kita tunggu sampai bulan Januari lah. Kita melihat apakah ada kenaikan signifikan atau tidak," kata dia.

Selain itu, Muhammadiyah juga terus menggencarkan program vaksinasi dengan menggandeng sejumlah institusi. Muhammadiyah juga bekerja sama dengan USAID untuk melakukan vaksinasi di daerah-daerah terjauh dan terpencil.

"Sekarang sudah masuk ke angka 450 ribu orang yang divaksin oleh Muhammadiyah, baik melalui rumah sakit maupun amal usaha," kata dia.

Sebelumnya, Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan pencegahan terhadap gelombang ketiga COVID-19 oleh masyarakat Indonesia dapat dilakukan dengan meningkatkan kekebalan tubuh.

Baca juga: Muhammadiyah siapkan 60 psikolog hadapi COVID-19

“Dia (virus COVID-19) hidup di orang. Kalau orangnya kebal, virus tidak ada di tubuhnya, tidak bisa berkembang biak,” kata Hinky Hindra.

Dengan begitu, dalam dua bulan ke depan, lanjutnya, bila masyarakat berkomitmen menjaga kekebalan tubuhnya secara baik, grafik penularan virus COVID-19 pada Januari 2022 akan melandai.

“Kita pertahankan gaya (peningkatan kekebalan tubuh) ini,” kata Hindra.