Jakarta (ANTARA) - Direktur IT & Operasional PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Y B Hariantono menyebutkan tiga hal yang harus dilakukan oleh bank tradisional dalam menghadapi era digitalisasi yang semakin terasa di saat pandemi.

"Pertama, sudah pasti kita harus melakukan pengembangan produk, mendigitalkan produk kita. Mendigitalkan produk kita seperti apa? Yaitu membangun capability digitalnya, membuat proses lebih straight-through, membuat produk yang digital ready di mana produk dan layanan kita bisa diakses oleh platform digiital milik kita sendiri atau milik ekosistem yang lain," ujar Hariantono dalam sebuah diskusi yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat.

Kedua, lanjut Hariantono, bank harus mengembangkan platform digital sendiri untuk membuat keterikatan (engagement) kepada nasabah.

"Ketiga, kita harus mengingat sekarang ini semuanya serba interconnected ke dalam ekosistem digital dan itu semuanya melalui mekanisme open API. Sehingga kita selalu put in mind bahwa kalau namanya produk itu harus mampu dijual ke platofrm lain melalui open API. Jadi kita harus mengembangkan open API supaya produk kita bisa dijual oleh ekosistem lain dan platform digital kita melalui open API juga bisa terhubung dengan produk milik orang lain," kata Hariantono.

Baca juga: Kondisi pandemi desak perbankan lakukan transformasi digital

Menurut dia, di dunia bisnis digital secara sederhana dapat terbagi menjadi dua yaitu produk dan platform digital. Perusahaan konvensional seperti perbankan memiliki berbagai macam produk seperti pinjaman, simpanan, jasa, dan lainnya.

"Kita dulu jual produk kita lewat platform kita dulu yaitu melalui cabang, sekarang kita jual produk lewat platform digital yang disesuaikan dengan segmennya. Ada konsumer, business banking, dan sebagainya," ujar Hariantono.

Ia pun mengatakan saat ini tengah marak munculnya perusahaan teknologi finansial (fintech) atau perusahaan rintisan dengan berbagai macam platform, namun sesungguhnya mereka tidak memiliki produk. Seperti Gojek misalnya yang tidak memiliki produk, namun Gojek merupakan platform yang menghubungkan konsumen dengan tukang ojek.

"Yang punya motor tukang ojek, yang nyetir juga tukang ojek, bukan karyawan Gojek, tetapi mereka terhubung dalam platform. Jadi yang mereka kerjakan adalah membangun digital platform tanpa bangun produk. Kalau kita perusahaan konvensional kita bekerja lebih complicated. Kita me-manage produknya dan dalam transformasi juga ikut mengembangkan platform digitalnya dan ini berkompetisi dengan platform yang ada di market," kata Hariantono.

Baca juga: Aviliani sarankan bank beradaptasi untuk pertahankan nasabah