Malang (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengimbau kepada segenap masyarakat Indonesia agar perbedaan-perbedaan yang muncul tidak disikapi dengan kekerasan.

"Kalau setiap perbedaan disikapi dengan kekerasan, itu namanya `katrok` atau `Ndeso`, seperti yang terjadi akhir-akhir ini, maraknya bom yang dikemas dalam buku," ujar Anas di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jumat.

Setiap perbedaan termasuk perbedaan pendapat, katanya, bisa diselesaikan dan dibicarakan melalu metode (cara) kultural yang menjadi ciri bangsa Indonesia, seperti dengan dialog dan musyawarah.

Hanya saja, lanjutnya, sekarang yang perlu dilakukan oleh aparat kepolisian adalah menyelidiki maraknya bom yang dikemas dalam buku tersebut secara tuntas, agar tidak berkembang dan menimbulkan spekulasi-spekulasi yang tidak benar.

Ia menilai, komponen intelejen daya embusnya masih lemah. Seharusnya antisipasi terhadap kejadian-kejadian seperti itu bisa dilakukan lebih dini."Sayang kan buku-buku yang bagus itu didegradasi dengan bom," tegasnya.

Anas mengatakan, teror-teror bom yang dilakukan dengan berbagai cara itu telah menimbulkan kecemasan publik. Maraknya teror bom ini harus diselidiki dan diusut tuntas, siapa pelakunya dan apa motifnya, bahkan pelakunya juga harus dihukum berat.

Kondisi ini, tegasnya, tidak bisa dibiarkan berlarut-larut agar masyarakat tidak cemas dan masyarakat bisa tenang, merasa aman dan nyaman kembali.

"Pokoknya siapapun kalau menyikapi setiap perbedaan itu dengan kekerasan yang menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan masyarakat secara luas, itu namanya `Ndeso`," kata Anas menegaskan.

(E009/S026)