Wamen LHK: Kolaborasi berbagai pihak penting atasi kebakaran hutan
4 November 2021 19:44 WIB
Wamen LHK Alue Dohong saat berbicara di Indonesia Pavilion di COP-26 yang diadakan di Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya pada Kamis (4/11/2021). (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan capaian pengurangan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berhasil dilakukan berkat kerja sama dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan.
"Dalam mengatasi permasalahan kebakaran hutan lahan, tidak ada lembaga negara yang bisa sendiri tanpa dukungan dan koordinasi dengan lembaga dan pemangku kepentingan lain, termasuk komunitas dan sektor swasta," kata Wamen LHK Alue ketika berbicara di Indonesia Pavilion di sela-sela COP-26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia dan dipantau virtual dari Jakarta pada Kamis.
Alue mengatakan Kementerian LHK sudah memiliki pengalaman selama beberapa tahun dalam mencegah dan menangani kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain dan memobilisasi komunitas, masyarakat, akademisi dan sektor swasta.
Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, perlu dilakukan peningkatan kontribusi pemerintah daerah, masyarakat lokal, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan mitra internasional.
Baca juga: Indonesia paparkan capaian pengurangan karhutla di COP-26
Baca juga: Peladang tradisional Kalbar minta DPRD berhenti bahas Raperda Karhutla
Alue secara khusus menyoroti kontribusi mitra internasional yaitu peneliti sekaligus Direktur Global Fire Monitoring Center (GFMC) Prof. Johann Goldammer asal Jerman yang juga hadir dalam diskusi itu.
Prof. Johann sendiri telah menerima Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo pada Agustus 2021 atas kontribusinya dalam isu kebakaran hutan lewat berbagai studi yang dilakukan sejak 1970-an.
Dalam kesempatan tersebut Indonesia juga memaparkan capaian pengurangan luas kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa tahun terakhir.
Staf Ahli Menteri LHK Raffles B. Panjaitan dalam paparannya menjelaskan sejak kebakaran besar pada 2015 yang membakar 2.611.411 hektare (ha) serta pada 2019 dengan luas kebakaran 1.649.258 ha, telah berhasil diturunkan luas kebakaran menjadi 296.942 ha pada 2020 dan 229.978 ha sampai dengan September 2021.
"Setelah 2019, pada 2020 dan 2021 jumlah pengurangan lahan yang terbakar sangat tinggi," ujar Raffles.*
Baca juga: Mencegah karhutla dengan "Pulsa Cacing"
Baca juga: BPBD Ogan Komering Ulu pasang rambu peringatan bencana alam
"Dalam mengatasi permasalahan kebakaran hutan lahan, tidak ada lembaga negara yang bisa sendiri tanpa dukungan dan koordinasi dengan lembaga dan pemangku kepentingan lain, termasuk komunitas dan sektor swasta," kata Wamen LHK Alue ketika berbicara di Indonesia Pavilion di sela-sela COP-26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia dan dipantau virtual dari Jakarta pada Kamis.
Alue mengatakan Kementerian LHK sudah memiliki pengalaman selama beberapa tahun dalam mencegah dan menangani kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain dan memobilisasi komunitas, masyarakat, akademisi dan sektor swasta.
Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, perlu dilakukan peningkatan kontribusi pemerintah daerah, masyarakat lokal, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan mitra internasional.
Baca juga: Indonesia paparkan capaian pengurangan karhutla di COP-26
Baca juga: Peladang tradisional Kalbar minta DPRD berhenti bahas Raperda Karhutla
Alue secara khusus menyoroti kontribusi mitra internasional yaitu peneliti sekaligus Direktur Global Fire Monitoring Center (GFMC) Prof. Johann Goldammer asal Jerman yang juga hadir dalam diskusi itu.
Prof. Johann sendiri telah menerima Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo pada Agustus 2021 atas kontribusinya dalam isu kebakaran hutan lewat berbagai studi yang dilakukan sejak 1970-an.
Dalam kesempatan tersebut Indonesia juga memaparkan capaian pengurangan luas kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa tahun terakhir.
Staf Ahli Menteri LHK Raffles B. Panjaitan dalam paparannya menjelaskan sejak kebakaran besar pada 2015 yang membakar 2.611.411 hektare (ha) serta pada 2019 dengan luas kebakaran 1.649.258 ha, telah berhasil diturunkan luas kebakaran menjadi 296.942 ha pada 2020 dan 229.978 ha sampai dengan September 2021.
"Setelah 2019, pada 2020 dan 2021 jumlah pengurangan lahan yang terbakar sangat tinggi," ujar Raffles.*
Baca juga: Mencegah karhutla dengan "Pulsa Cacing"
Baca juga: BPBD Ogan Komering Ulu pasang rambu peringatan bencana alam
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: