Gaza (ANTARA) - Lebih dari separuh anak-anak di Jalur Gaza membutuhkan dukungan psikologis, demikian menurut Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Rabu (3/11).

Direktur UNRWA di Gaza, Thomas White, saat pertemuan dengan wartawan setempat di kantornya mencatatkan bahwa "(kondisi) ini merupakan dampak dari ketegangan putaran terakhir di kantong wilayah tersebut pada Mei."

Ia menjelaskan bahwa 9.090 anak baru-baru ini menunjukkan masalah perilaku dan mengalami trauma. Mereka juga telah mendapatkan dukungan psikologis awal.

Pejabat senior PBB mengatakan ketegangan putaran terakhir baru baru ini telah menggerogoti kemajuan ekonomi, yang diproyeksikan 0,3 persen tahun ini di Gaza.

"Kondisi hidup di Jalur Gaza berat, apalagi mengingat tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Individu yang menerima gaji bulanan harus mendukung dua sampai tiga keluarga besar," kata White.

Lebih dari 2 juta orang di Jalur Gaza memikul kondisi ekonomi yang buruk akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel sejak 2007.

Menurut White, UNRWA terus melanjutkan upayanya perundingan dengan para pendonor untuk mulai membangun kembali rumah pengungsi Palestina yang hancur lebur. Ia menambahkan bahwa Jerman setuju untuk mewujudkannya.

Pada 10 Mei Israel meluncurkan serangan militer selama 11 hari terhadap Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 250 warga Palestina dan 13 warga Israel serta menghancurkan infrastruktur dan rumah warga.

Sumber: Xinhua
Baca juga: UNRWA sulit gaji pegawai, butuh suntikan dana Rp422 M
Baca juga: UNRWA: Jalur Gaza bergerak "dari buruk ke lebih buruk"
Baca juga: Kepala UNRWA mundur