Jakarta (ANTARA News) - Bom buku yang meledak di depan kantor Jaringan Islam Liberal (JIL) di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa siang (15/3), mungkin sebuah modifikasi atau setidaknya terinspirasi oleh bom surat, bom paket, atau bom pos yang sudah dikenal sejak lama.
Menyerupai bom surat (letter bomb), bom paket (parcel bomb) , atau bom pos (mail or post bomb) karena bom itu dikirimkan sebagai paket, yang menurut laporan, ditujukan kepada tokoh JIL, Ulil Abshar Abdalla.
Meniru, terinspirasi, atau apa pun sebutannya, pengeboman di Utan Kayu jelas serupa dengan praktik-praktik teror bom dilancarkan para teroris di Timur Tengah, Yunani, juga Afrika.
Sebuah bom surat, juga disebut bom paket, mail bomb atau post bomb, adalah sebuah alat peledak yang dikirim melalui layanan pos atau kurir dan dirancang dengan maksud untuk melukai atau membunuh penerimanya (target atau mungkin bukan) ketika dibuka, kata artikel di wikipedia.
Bom surat dan sejenisnya itu bukanlah hal baru karena mungkin sudah digunakan sejak pelayanan pos umum itu sendiri ada, jauh pada 1764.
Salah satu mailbombs pertama di dunia disebutkan dalam buku harian abad-18 yang ditulis pejabat dan sejarawan Denmark Bolle Willum Luxdorph, yang terutama berisi referensi ringkas berita dari Denmark dan luar negeri.
Dalam buku hariannya tanggal 19 Januari 1764, Luxdorph menulis bahwa Kolonel Poulsen tinggal di biara Borglum dikirimi kotak paket, dan ketika ia membukanya di dalamnya terdapat mesiu dan firelock yang membuatnya terluka parah.
Pelaku yang tidak pernah ditemukan, melalui suratnya yang diterima Poulsen, dalam bahasa Jerman mengancam akan meningkatkan dosisnya, mengacu pada bubuk mesiu di dalam kotak bom.
Dalam referensi berikutnya, Luxdorph menyebutkan bahwa bom yang sama juga digunakan di Savona, Italia, pada tahun yang sama. Contoh lain, Edward White, mantan artis di Madame Tussauds, diduga telah mengirim bom paket kepada John Theodore Tussaud pada Juni 1889 setelah ia diberhentikan.
Pada 1915, Wakil Presiden Amerika Serikat Thomas R Marshall menjadi sasaran upaya pembunuhan dengan bom surat. Pada 30 Agustus 1958, sebuah bom parsel yang dikirim oleh Ngo Dinh Nhu, adik dan penasihat Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem, gagal untuk membunuh Raja Sihanouk dari Kamboja.
Penjahat perang Nazi Austria, Alois Brunner, dikirimi bom surat diduga oleh dinas intelijen Israel Mossad, hingga membuatnya kehilangan mata dan beberapa jarinya.
Pada 1960, 1970-an, dan awal 1980-an, beberapa organisasi teroris di Argentina seperti Montoneros dan ERP melengkapi diri dengan bom surat sebagai persenjataan mereka.
Theodore Kaczynski, "The Unabomber", menewaskan tiga dan melukai 23 lainnya dalam serangkaian mailbombings di Amerika Serikat dari akhir 1970-an hingga awal 1990-an.
Ruth First, seorang aktivis komunis anti-apartheid Afrika Selatan, tewas akibat bom paket yang diduga dikirimkan oleh pemerintah Afrika Selatan ke rumahnya di Mozambik pada 17 Agustus 1982.
Pada Agustus 1985, seorang wanita di Rotorua, Selandia Baru, Michele Sticovich, seketika tewas dan seorang teman dekatnya luka parah setelah ia membuka bingkisan yang ditujukan untuk dirinya, berisi sejumlah batang gelignite.
Pada 19 Oktober 1986, Dele Giwa, wartawan Nigeria dan editor majalah NewsWatch dibunuh dengan sebuah mail bomb, diduga dikirim oleh mantan diktator Nigeria, Jenderal Ibrahim Babangida.
Kemudian 16 Desember 1989, Robert Smith Vance, seorang hakim federal AS, tewas seketika saat membuka sebuah surat, yang ternyata bom, di dapur rumahnya di Birmingham, Alabama, bersama istrinya, Helen, yang terluka parah.
Walter Leroy Moody kemudian dinyatakan bersalah membunuh Vance dan pengacara Georgia, Robbie Robertson, dengan bom surat yang dikirimnya via pos.
Penyanyi Bjork dikirimi bom surat berisi bahan peledak dan asam klorida oleh penggemarnya Ricardo Lopez tahun 1996. Bom itu tidak mencapai Bjork, karena secara acak telah dicegat oleh Polisi London.
Pada Februari 2007, serangkaian mailbombings di Inggris melukai sembilan orang, walaupun tidak ada dari mereka yang mengalami luka kritis.
Januari dan Februari juga pada 2007, seorang pembom yang menyebut dirinya "The Bishop" (Uskup) mengirimkan bom rakitan ke beberapa perusahaan keuangan di Amerika Serikat, dan ditangkap pada April 2007.
Contoh kasus terbaru dilaporkan AP pada November 2010 bahwa polisi Yunani telah menangkap tersangka teroris yang membawa bom surat yang dialamatkan kepada Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan kedutaan-kedutaan besar negara barat di Atena, Yunani.
Dua pria Yunani ditahan setelah sebuah bom parsel yang dialamatkan ke kedutaan Meksiko di Atena, meledak di sebuah layanan pengiriman pos. Masih pada November 2010, pihak berwenang Jerman berhasil mencegat bom paket yang dikirim untuk Kanselir Angela Merkel. Bom itu juga diduga dikirim oleh jaringan teroris Yunani.
Jika ditelusiri, masih banyak lagi kasus-kasus bom surat di sejumlah negara baik di Amerika Serikat maupun di negara-negara Eropa.
Modifikasi?
Bom buku di kantor JIL di Utan Kayu, dan bom lainnya kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) yang kemudian diamankan polisi, apakah sebuah bentuk modifikasi dari bom surat?
Mungkin iya, bila dilihat dari bentuk dan cara kerjanya, dimana tampak dalam layar televisi bom itu meledak ketika lembar demi lembar halaman buku dibuka. Mirip dengan bom surat yang meledak ketika amplop disobek (dibuka).
Menduga berdasarkan cara kerjanya itu, bom buku juga memiliki pemicu yang terhubung atau menempel pada salah satu atau beberapa kertas pada halaman tertentu dari buku yang dipasangi bom tersebut.
Khusus untuk kasus di kantor JIL dan BNN, ini mungkin satu hal baru setidaknya dalam hal media yang digunakan, buku, karena selama ini kasus-kasus di sejumlah negara lebih banyak menggunakan kotak paket atau fisik surat.
Kesamaannya, bom buku dengan bom surat, akan meledak ketika dibuka, dan bedanya--merujuk pada bom yang menewaskan wartawan Nigeria Dele Giwa--rangkaian bom surat berbentuk pipih sehingga muat dimasukkan ke dalam amplop, sementara bom buku rangkaiannya diletakkan di lubang yang dibuat di dalam buku.
Dari gambar yang disiarkan di sejumlah stasiun TV, tampak di dalam buku yang dikirim untuk Ulil di Utan Kayu terdapat lubang di pinggir dekat pangkal penjilidan.
Persisnya bagaimana bom itu dirakit dan bekerja, hanya ahli atau pakar bidang ini yang tahu, dan kita tunggu hasil penyelidikan polisi yang diharapkan dapat mengungkap tuntas serta menangkap pelakunya.
Meskipun mencuat sejumlah kritik mengenai ketidakhati-hatian petugas polisi dalam kasus di Utan Kayu sehingga membawa korban, kita patut prihatin atas apa yang dialami Kasatreskrim Polres Jakarta Timur Komisaris Dody Rachmawan dan dua korban lainnya.
Semoga kejadian ini tidak menjadi "momok" baru bagi masyarakat Indonesia.
(***)
Bom Buku, Cara Lama Media Baru
Oleh Suryanto
16 Maret 2011 14:55 WIB
Bom buku dan bom surat (istimewa)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011
Tags: