Jakarta (ANTARA) - Pemandangan berbeda akan terlihat pada persaingan atlet bulu tangkis Indonesia di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua di GOR Cenderawasih, Kota Jayapura, 6-13 November 2021.

Merujuk pada Technical Handbook (THB) Peparnas Papua, persaingan atlet akan dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelas elite dan nasional.

Ketua Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Senny Marbun mengatakan pengelompokan ini dilakukan sebagai upaya regenerasi atlet.

Baca juga: Rombongan atlet Peparnas 2021 tiba di Papua

Atlet muda dan baru juga akan lebih bersemangat bersaing dalam pesta olahraga empat tahunan tersebut. "Jadi betul-betul kami di Peparnas ini mencari bibit atlet. Karena ke depan akan ada ajang besar lainnya seperti Asian Para Games," ujar Senny Marbun.

Untuk kelas elite, peserta yang akan bersaing adalah mereka yang pernah mengikuti ajang internasional seperti ASEAN Para Games, Asian Para Games, dan Paralimpiade atau atlet yang memiliki ID Internasional di Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Selain itu, atlet elite juga hanya diperbolehkan mengikuti satu nomor pertandingan pada kelas yang diikuti.

Kelas elite mempertandingkan 12 nomor meliputi sektor tunggal putra dan putri WH1, WH2, SL3, SL4, SU5, dan SS6

Sementara untuk kelas nasional terdapat 24 nomor pertandingan. Untuk WH1 meliputi tunggal putra dan putri. Sementara WH2, selain tunggal putra dan putri juga akan ada pertandingan ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.

Untuk SL3, pertandingan yang berlangsung meliputi tunggal putra dan putri serta ganda putra dan putri. Kemudian SL4 yakni tunggal putra dan putri serta ganda campuran.

Sedangkan untuk SL5, nomor pertandingan meliputi tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra.

Pada kelas nasional, juga akan dipertandingkan nomor SS6 tunggal putra, tunggal putri, ganda putra dan putri, serta ganda campuran.

Dalam persaingan Peparnas Papua, cabang olahraga bulu tangkis juga akan mempertandingkan kelas bagi atlet yang mengalami hambatan pendengaran untuk tunggal putra dan putri. Selain itu akan ada pertandingan beregu putra.

Baca juga: Pemerintah dukung penuh Peparnas hadirkan media center ramah difabel


Mengenal kode klasifikasi

Untuk lebih jelasnya mari kita simak yang dimaksud dengan kode khusus yang digunakan dalam pertandingan bulu tangkis di Peparnas Papua.

Kode khusus yang digunakan menunjukkan tingkat kemampuan fisik bertanding atlet. Semuanya mengacu pada peraturan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) khusus regulasi Paralimpiade.

WH1 adalah singkatan dari Wheelchair 1 yang diperuntukkan bagi atlet bulu tangkis kursi roda. Atlet yang bersaing adalah mereka yang memiliki gangguan pada anggota tubuh bagian bawah dan fungsi tubuh sehingga membutuhkan kursi roda untuk bermain.

Kemudian WH2 adalah pemain yang memiliki gangguan pada satu atau kedua tungkai bawah dan minimal atau tidak ada gangguan pada tubuh dan juga membutuhkan kursi roda.

Lalu ada kode SL yakni Standing Lower. Dalam Peparnas Papua terdapat dua klasifikasi SL yakni 3 dan 4.

SL3 adalah pemain memiliki gangguan pada satu atau kedua tungkai bawah dan gangguan pada keseimbangan berjalan atau berlari.

Kemudian SL4 adalah atlet yang memiliki gangguan pada satu atau kedua tungkai bawah dan gangguan minimal dalam keseimbangan berjalan atau berlari. Dengan kata lain, SL4 lebih baik dalam berjalan/berlari dibandingkan dengan SL3.

Selain itu ada juga kode SU5 yakni Standing Upper 5. Atlet yang bersaing pada klasifikasi ini memiliki gangguan pada anggota tubuh bagian atas.

Kemudian di Peparnas Papua nanti juga akan mempertandingkan nomor untuk klasifikasi SS6 atau Short Stature 6 yakni untuk atlet yang memiliki pelambatan pertumbuhan tulang dan membuat tinggi tubuhnya lebih kecil dari sebayanya.

Baca juga: Menpora tegaskan Peparnas XVI akan difasilitasi sama seperti PON XX


Andalan Indonesia

Bulu tangkis adalah cabang olahraga andalan Indonesia di berbagai kompetisi internasional seperti ASEAN Para Games, Asian Para Games, dan Paralimpiade.

Prestasi terbaru bulu tangkis Indonesia di kancah internasional adalah di Paralimpiade Tokyo 2020 pada 24 Agustus-5 September 2021.

Dalam pesta olahraga terbesar untuk atlet disabilitas di dunia itu, Indonesia secara keseluruhan membawa pulang dua emas, tiga perak, dan empat perunggu.

Dua emas yang diraih berasal dari cabang olahraga bulu tangkis. Leani Ratri Oktila adalah bintangnya karena sukses menjadi yang terbaik pada sektor ganda putri bersama Khalimatus Sadiyah dan ganda campuran berpasangan dengan Hary Susanto untuk klasifikasi SL3-SU5.

Cabang olahraga bulu tangkis juga menyumbang dua perak masing-masing melalui Dheva Anrimusthi (tunggal putra SU5) dan Leani Ratri Oktila (tunggal putri SL4).

Adapun perunggu masing-masing disumbangkan Suryo Nugroho (tunggal putra SU5) dan Fredy Setiawan (tunggal putra SL4).

Kebijakan memisahkan atlet elite dan nasional juga rasanya tepat untuk menjaga regenerasi agar bibit-bibit atlet potensial lahir di Peparnas Papua.

Dukungan juga diberikan Leani Ratri Oktila yang bakal hadir bersama kontingen Riau. "Menarik sekali karena kebijakan atau peraturan dari NPC Indonesia ini menurut saya yang membangun regenerasi," ujar Ratri yang bakal turun pada nomor tunggal putri.

Ratri pun telah melakukan berbagai persiapan untuk bisa memberikan yang terbaik dalam pesta olahraga di Bumi Cenderawasih nanti.

"Setelah Paralimpiade Tokyo, saya langsung menyiapkan diri lagi. Dan semoga bisa memberikan yang terbaik untuk Riau," kata Ratri yang juga menyebut Peparnas Papua dapat memberikan semangat dan harapan baru untuk atlet disabilitas.

Baca juga: Leani Ratri nilai kebijakan Peparnas Papua baik untuk regenerasi atlet