Rusia Tolak Intervensi Militer Asing di Libya
12 Maret 2011 16:16 WIB
Sebuah Super Hornet F/A-18F di atas kapal induk USS Enterprise bersiap terbang. AS ingin melihat dukungan internasional atas zona larangan terbang di atas udara Libya. (FOTO ANTARA/REUTERS/US Navy/Mass Communication Specialist Seaman Jared M. King/H
Moskow (ANTARA News) - Campur tangan militer asing di Libya tidak dapat diterima dalam bentuk apapun, demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia, Sabtu.
Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah mengatakan bahwa Prancis dan Inggris siap melancarkan serangan udara bertarget terhadap tentara pemimpin Libya Muammar Gaddafi jika mereka menggunakan senjata kimia atau pesawat tempur dalam melawan warga sipil.
"Campur tangan militer asing harus disingkirkan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip RIA Novosti.
Pernyataan kementerian ini bersesuaian dengan resolusi Uni Afrika yang mendukung kedaulatan dan kesatuan kawasan Libya dan mengecam segala campur tangan militer asing.
Pernyataan itu diumumkan menjelang pertemuan darurat menteri negara-negara anggota Liga Arab di Kairo untuk membahas keputusan terhadap pengenalan zona larangan terbang di Libya.
Desakan penutupan zona tersebut meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah tentara bersenjata Libya melancarkan serangan udara lebih jauh ke garis pertahanan pemberontak di kawasan timur Libya.
Menurut sejumlah laporan media, staf militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah memulai menyusun rencana kontingensi bagi pengerahan armada laut dan udara untuk bertempur jika dibutuhkan.
Ribuan orang tewas di Libya sejak pertama kali pengunjukrasa meminta diakhirinya 42 tahun kekuasaan Gaddafi pertengahan Februari lalu.
KR-BPY/H-RN
Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah mengatakan bahwa Prancis dan Inggris siap melancarkan serangan udara bertarget terhadap tentara pemimpin Libya Muammar Gaddafi jika mereka menggunakan senjata kimia atau pesawat tempur dalam melawan warga sipil.
"Campur tangan militer asing harus disingkirkan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip RIA Novosti.
Pernyataan kementerian ini bersesuaian dengan resolusi Uni Afrika yang mendukung kedaulatan dan kesatuan kawasan Libya dan mengecam segala campur tangan militer asing.
Pernyataan itu diumumkan menjelang pertemuan darurat menteri negara-negara anggota Liga Arab di Kairo untuk membahas keputusan terhadap pengenalan zona larangan terbang di Libya.
Desakan penutupan zona tersebut meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah tentara bersenjata Libya melancarkan serangan udara lebih jauh ke garis pertahanan pemberontak di kawasan timur Libya.
Menurut sejumlah laporan media, staf militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah memulai menyusun rencana kontingensi bagi pengerahan armada laut dan udara untuk bertempur jika dibutuhkan.
Ribuan orang tewas di Libya sejak pertama kali pengunjukrasa meminta diakhirinya 42 tahun kekuasaan Gaddafi pertengahan Februari lalu.
KR-BPY/H-RN
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: