Tokyo (ANTARA News) - Kelompok pecinta lingkungan hidup Greenpeace, Sabtu, memperingatkan bahwa kerusakan akibat gempa bumi dahsyat pada dua pembangkit nuklir menempatkan Jepang pada ancaman krisis nuklir dengan konsekuensi berpotensi merusak.

Jepang, Sabtu, bergegas mencegah kecelakaan nuklir di dua reaktor nuklirnya, setelah sistem pendingin reaktor gagal pascagempa bumi dahsyat Jumat dan memerintahkan 45.000 orang yang tinggal di dekat salah satu reaktor dan 3.000 yang tinggal di dekat reaktor yang lain, untuk mengungsi.

Sistem pendingin reaktor nuklir tidak berfungsi di dua reaktor, yaitu reaktor Fukushima No 1 dan Fukushima No 2.

Kedua reaktor nuklir itu terletak di sekitar 250 kilometer (160 mil) timur laut kota Tokyo yang lebih besar dan dihuni 30 juta orang.

Operator Pembangkit Listrik Tokyo, Sabtu, mengaku telah mengeluarkan uap radioaktif untuk mengurangi tekanan dari reaktor Fukushima No 1.

"Melepaskan kadar tertentu radiasi ke atmosfer berisiko pada kesehatan orang di daerah sekitarnya," kata Kepala kampanye nuklir Greenpeace Internasional Jan Beranek kepada AFP.

"Kenyataan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima bocor, atau terpaksa dengan sengaja melepaskan gas terkontaminasi dari reaktor ke atmosfer bebas berarti bahwa semua perlindungan fisik yang seharusnya mampu mengisolasi radiasi dari lingkungan sekitarnya telah gagal."

"Berapa banyak peringatan yang diperlukan orang-orang itu sebelum mereka memahami bahwa reaktor nuklir itu melekat dengan bahaya?" tanya Beranek.

"Kita diberitahu oleh industri nuklir bahwa hal-hal seperti ini tidak dapat terjadi dengan reaktor modern, namun saat ini Jepang berada di tengah ancaman krisis nuklir dengan konsekuensi yang berpotensi merusak."(*)

G003/H-RN