Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono mengatakan bahwa kecil kemungkinan terjadi pembalikan dana asing secara mendadak, mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik.

"Potensi pembalikan tidak terlalu besar ke depan, karena prospek ekonomi kita sangat bagus, potensi dari kenaikan kredit rating juga cukup besar sehingga menambah kepercayaan investor menempatkan dana di kita," kata Hartadi di Nusa Dua, Bali.

Meski demikian, potensi adanya pembalikan dana secara mendadak harus terus diwaspadai karena jika itu terjadi bisa mengganggu nilai tukar rupiah yang merupakan indikator utama Bank Indonesia.

"Kita jaga agar rupiah jangan terlalu voletile dari menguat deras lalu melemah lagi," katanya.

Pengamat ekonomi Fauzi Ichsan melihat kondisi ekonomi global yang belum membaik akan menahan dana asing yang ada di Indonesia untuk keluar dan mencari lahan investasi yang lebih baik, karena suku bunga di Indonesia masih lebih tinggi dibanding beberapa negara lain.

Hartadi juga mengatakan ekonomi Indonesia masih jauh dari kondisi "overheating" meski selisih antara suplai dan permintaan semakin kecil tetapi nilainya belum sampai tahap "overheating".

"Untuk kita overheating belum kita lihat prioritasnya, karena inflasi inti masih bisa kita jaga di bawah 5 persen dari biasanya di atas 7 persen. Sekarang bahkan sudah di 4,36 persen, itu berarti kita masih jauh dari overheating," katanya.

Sebelumnya, Profesor Harvard University Jeffrey Frankel mengatakan bahwa India, China, Singapura dan Indonesia sudah berada dalam kondisi overheating karena pertumbuhan yang tinggi diikuti dengan inflasi yang tinggi pula.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan BI sudah menjalankan berbagai kebijakan bauran untuk mengatasi masuknya arus dana asing ke Indonesia dan dinilai sudah cukup berhasil menangani capital inflows.

"Keberhasilan kebijakan kita terhadap capital inflows bisa diukur bahwa kebijakan yang telah dilakukan tidak merugikan ekonomi secara umum meski belum sempurna, namun bisa dimanfaatkan untuk jangka panjang," katanya.

Dijelaskan Darmin, total capital inflows yang masuk ke Indonesia pada 2010 sekitar 30 miliar dolar AS dengan separuhnya merupakan penanaman modal langsung atau foreign direct investation.

"Tahun ini diperkirakan sedikit lebih rendah meski kebijakan quantitative easing di AS tetap berjalan dan pemulihan ekonomi di AS makin membaik," katanya.

(ANTARA/S026)