Washington (ANTARA News) - Ekonom terkemuka Dana Moneter Internasional, Senin mengatakan, ada sedikit risiko kenaikan tajam inflasi di Amerika Serikat dan Eropa, meskipun terjadi lonjakan harga pangan dan energi.

Di AS dan Eropa, "harga minyak dan harga pangan tampaknya tidak memiliki pengaruh besar terhadap inflasi," kata Olivier Blanchard, kepala ekonom IMF, pada sebuah konferensi di Washington, seperti dilaporkan AFP.

Blanchard mengatakan bahwa risiko telah diredam berkat kesungguhan bank sentral Barat dalam memastikan stabilitas harga.

"Suatu prestasi utama dari target inflasi adalah penahan dari harapan. Dan yang benar-benar telah sangat membantu dalam krisis, mengingat kenyataan bahwa kita belum melihat deflasi lagi," katanya.

"Dan kenyataan bahwa kita mungkin dapat agak bersantai tentang pengaruh harga makanan sekarang dan harga minyak berasal dari itu juga. Jadi itulah sesuatu yang kita harus jaga."

Federal Reserve AS tidak memiliki target inflasi formal melainkan memiliki "zona nyaman" tidak resmi inflasi tahunan di dekat dua persen.

Misi utama dari Bank Sentral Eropa, yang menetapkan kebijakan moneter untuk 17 negara zona euro, adalah stabilitas harga, didefinisikan sebagai inflasi di bawah, namun sudah mendekati dua persen. Bank of England memiliki target inflasi sebesar dua persen.

Blanchard mengatakan bahwa struktur ekonomi Barat saat ini menahan kenaikan gaji dan biaya produksi, mencegah mereka dari `snowballing` seperti yang mereka alama selama 1970-an.

Selain kredibilitas bank sentral, "itu juga merupakan kelemahan serikat pekerja, penurunan upah riil dan bagian yang lebih kecil dari konsumsi dan produksi minyak," katanya. (A026/K004)