Inggris dorong aksi iklim global yang ambisius dalam presidensi COP26
29 Oktober 2021 10:47 WIB
Aktivis Ocean Rebellion berpakaian seperti Boris Johnson dan "Oil Head" membakar layar perahu kecil di sebelah Sungai Clyde, di seberang Scottish Event Campus, lokasi pelaksanaan COP26, di Glasgow, Skotlandia, Inggris, Rabu (27/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Russell Cheyne/RWA/djo
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Inggris, yang memegang presidensi dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP26), menargetkan penetapan aksi iklim yang ambisius untuk mengurangi emisi dan bagi negara-negara yang terlibat untuk secara kolektif menandakan komitmen untuk mempertahankan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius.
Dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Inggris yang diterima di Jakarta, Kamis, dikatakan bahwa Inggris telah meluncurkan program acara dalam keketuaan untuk KTT COP26 yang akan berlangsung di Glasgow dari 31 Oktober hingga 12 November.
Kegiatan Presidensi Inggris sendiri akan dimulai dengan KTT Pemimpin Dunia pada 1 hingga 2 November, di mana 120 kepala negara termasuk Presiden RI Joko Widodo dikatakan telah mengkonfirmasi kehadirannya.
Baca juga: Luhut bertemu Tony Blair, bahas COP26 hingga ibu kota baru
Selain sejumlah agenda negosiasi formal, dan diskusi di tangkat menteri, rangkaian program kepresidenan Inggris akan fokus pada dukungan yang diberikan oleh masyarakat global terhadap aksi iklim yang ambisius, termasuk dengan meningkatkan aksi untuk beradptasi dengan dampak perubahan iklim serta memomibilisasi pendanaan secara kolektif untuk mempertahankan tujuan penting yang tertuang dalam Perjanjian Paris, yakni menekan kenaikan suhu global sebisa mungkin mendekati 1,5 derajat Celsius.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins mengatakan bahwa COP26 diharapkan dapat membangun momentum yang telah terbentuk dalam KTT G7, Sidang Umum PBB pada bulan lalu, dan pertemuan G20 di Italia.
Baca juga: Menteri LHK sebut Indonesia alami evolusi di bidang lingkungan hidup
“Waktu untuk hanya berkata-kata hangat sudah berakhir. Ekonomi terbesar dunia memang perlu bertindak, dan memberi contoh. Perubahan Iklim dan pemanasan global merupakan hal yang sangat mendesak untuk ditangani sehingga kita diminta untuk mengambil tindakan saat ini juga – tidak hanya untuk generasi mendatang, tetapi untuk kelangsungan hidup kita sendiri,” kata Dubes Jenkins.
Serangkaian acara yang disusun oleh Inggris juga mencakup beberapa tema utama yakni keuangan, beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, transisi energi, alam dan penggunaan lahan, gender, dan keterlibatan anak muda.
Selain itu, akan digelar pula diskusi terkait peralihan energi dari batu bara ke sumber energi yang bersih, menanggapi laporan IPCC dan pertemuan antar menteri pendidikan dan perubahan iklim dengan anak muda untuk membahas peran pendidikan dalam membentuk masa depan yang lebih positif terkait iklim.
Komunitas garis depan juga akan turut dilibatkan dalam gelaran tersebut di mana mereka akan membagikan pengalaman terkait dampak buruk perubahan iklim.
Baca juga: PBB, Bangladesh sepakat bantu pengungsi Rohingya
Baca juga: Menko Luhut bertemu PM Inggris bahas COP26 hingga kerja sama energi
Dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Inggris yang diterima di Jakarta, Kamis, dikatakan bahwa Inggris telah meluncurkan program acara dalam keketuaan untuk KTT COP26 yang akan berlangsung di Glasgow dari 31 Oktober hingga 12 November.
Kegiatan Presidensi Inggris sendiri akan dimulai dengan KTT Pemimpin Dunia pada 1 hingga 2 November, di mana 120 kepala negara termasuk Presiden RI Joko Widodo dikatakan telah mengkonfirmasi kehadirannya.
Baca juga: Luhut bertemu Tony Blair, bahas COP26 hingga ibu kota baru
Selain sejumlah agenda negosiasi formal, dan diskusi di tangkat menteri, rangkaian program kepresidenan Inggris akan fokus pada dukungan yang diberikan oleh masyarakat global terhadap aksi iklim yang ambisius, termasuk dengan meningkatkan aksi untuk beradptasi dengan dampak perubahan iklim serta memomibilisasi pendanaan secara kolektif untuk mempertahankan tujuan penting yang tertuang dalam Perjanjian Paris, yakni menekan kenaikan suhu global sebisa mungkin mendekati 1,5 derajat Celsius.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins mengatakan bahwa COP26 diharapkan dapat membangun momentum yang telah terbentuk dalam KTT G7, Sidang Umum PBB pada bulan lalu, dan pertemuan G20 di Italia.
Baca juga: Menteri LHK sebut Indonesia alami evolusi di bidang lingkungan hidup
“Waktu untuk hanya berkata-kata hangat sudah berakhir. Ekonomi terbesar dunia memang perlu bertindak, dan memberi contoh. Perubahan Iklim dan pemanasan global merupakan hal yang sangat mendesak untuk ditangani sehingga kita diminta untuk mengambil tindakan saat ini juga – tidak hanya untuk generasi mendatang, tetapi untuk kelangsungan hidup kita sendiri,” kata Dubes Jenkins.
Serangkaian acara yang disusun oleh Inggris juga mencakup beberapa tema utama yakni keuangan, beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, transisi energi, alam dan penggunaan lahan, gender, dan keterlibatan anak muda.
Selain itu, akan digelar pula diskusi terkait peralihan energi dari batu bara ke sumber energi yang bersih, menanggapi laporan IPCC dan pertemuan antar menteri pendidikan dan perubahan iklim dengan anak muda untuk membahas peran pendidikan dalam membentuk masa depan yang lebih positif terkait iklim.
Komunitas garis depan juga akan turut dilibatkan dalam gelaran tersebut di mana mereka akan membagikan pengalaman terkait dampak buruk perubahan iklim.
Baca juga: PBB, Bangladesh sepakat bantu pengungsi Rohingya
Baca juga: Menko Luhut bertemu PM Inggris bahas COP26 hingga kerja sama energi
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: