Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan karakteristik varian AY.4.2 bukan varian baru tapi bagian dari varian Delta, namun karakteristiknya masih dalam penelitian.

"Sebenarnya AY bukan varian baru, namun bagian dari varian Delta yang mengalami perubahan atau mutasi tambahan,” ujar Wiku dalam keterangan pers daring perkembangan COVID-19 harian yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Satgas COVID-19 minta adao pengawas prokes di fasilitas publik

Wiku menjelaskan varian Delta memang terus bermutasi dan berkembang. Saat ini dilaporkan mutasi dari varian Delta berkembang mulai dari AY.1 hingga AY.28.

Pemerintah belum bisa memastikan karakteristik baik dari segi penularan, gejala, hingga respons terhadap vaksinasi dari mutasi varian Delta tersebut. Saat ini varian virus AY masih dalam tahap penelitian.

Baca juga: Capaian vaksinasi dosis kedua di 21 provinsi masih di bawah 30 persen

"Oleh karena itu kita belum bisa mengetahui apakah berbagai jenis varian Delta ini memiliki karakteristik khusus yang dapat mempengaruhi laju penularan, keparahan gejala, maupun vaksinasi. Karena studi terkait hal tersebut masih berlangsung,” kata dia.

Kendati demikian, pemerintah tetap harus mewaspadai varian Delta tersebut. Sebagai langkah antisipasi pemerintah memaksimalkan strategi karantina perjalanan, 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas), dan vaksinasi.

Baca juga: Satgas: WNI termasuk timnas wajib karantina saat tiba di Indonesia

Salain itu, penerapan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) perlu diperketat demi mencegah penularan varian Delta hingga mempertahankan penurunan kasus yang saat ini tengah berlangsung.

“Agar dapat mencegah masuknya semua jenis varian baru sekaligus meminimalisir pembentukan mutasi baru di dalam negeri,” kata dia.

Baca juga: Pemerintah susun strategi cegah lonjakan kasus saat libur akhir tahun