Pengamat apresiasi edukasi keuangan digital untuk investor muda
28 Oktober 2021 17:26 WIB
PT Bursa Efek Indonesia (BEI), bersama Self-Regulatory Organization (SRO) lainnya, yakni PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dengan didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan acara Inovasi Edukasi Digital untuk Pasar Modal Indonesia. ANTARA/Elza Elvia.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi bisnis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Nurmadi Harsa Sumarta menyatakan mengapresiasi edukasi keuangan serta pengelolaan aset lebih baik dan cerdas bagi anak muda yang menjadi investor di kota-kota besar secara digital oleh GoPay bersama Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Langkah kolaborasi mengedukasi kelompok usia muda mengenai perencanaan keuangan, pengelolaan keuangan, dan pengenalan jenis investasi secara digital pada situasi pandemi seperti saat ini, sangat bagus,” kata Nurmadi Harsa Sumarta, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Nurmadi menilai, edukasi digital melalui Program FinanSiap itu sangat membantu serta memudahkan, karena bisa diakses kapan pun dan dari mana pun.
"Di tengah masyarakat yang semakin melek teknologi dan investasi, cara ini jelas sangat membantu dalam meningkatkan literasi keuangan di kalangan investor pemula dan usia muda,” ujar dia.
Nurmadi berharap, program edukasi serupa semakin masif tersedia, supaya indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia bisa naik lebih tinggi.
Baca juga: BEI optimalisasi layanan digital picu peningkatan investor
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 mengenai indeks literasi keuangan, menunjukkan hanya 38 persen dari total penduduk Indonesia memiliki literasi keuangan baik.
Menurut Nurmadi, saat ini edukasi dari pakar keuangan dan investasi yang diberikan dalam bentuk digital berupa website, artikel, video, infografis, webinar, serta podcast memang jauh lebih efektif dan efisien.
"Potensi tepat sasarannya juga lebih tinggi, meski ruang gerak agak terbatasi akibat pandemi,” katanya.
Artinya, kata dia, edukasi keuangan serta pengelolaan aset secara digital tersebut sangat berpeluang melahirkan kalangan muda yang cakap mengatur keuangan mereka dalam mencapai tujuan finansial masa depan.
Jika sudah demikian, maka kelompok investor retail berusia muda sangat bisa diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan di era normal baru.
“Ini sangat sejalan dan sesuai dengan target edukasi pasar modal yang selama ini dilakukan BEI, yaitu melahirkan investor-investor muda yang cerdas,” ujar Nurmadi.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat kenaikan jumlah investor pasar modal dari 2.484.354 pada 2019 menjadi 3.880.743 pada akhir 2020. Jumlah investor ini pun terus bergerak naik hingga mencapai angka 6.610.173 pada 15 Oktober 2021.
Baca juga: BEI luncurkan empat terobosan baru inovasi edukasi digital
Baca juga: Akselerasi perbankan digital buka peluang dan inklusi keuangan
"Langkah kolaborasi mengedukasi kelompok usia muda mengenai perencanaan keuangan, pengelolaan keuangan, dan pengenalan jenis investasi secara digital pada situasi pandemi seperti saat ini, sangat bagus,” kata Nurmadi Harsa Sumarta, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Nurmadi menilai, edukasi digital melalui Program FinanSiap itu sangat membantu serta memudahkan, karena bisa diakses kapan pun dan dari mana pun.
"Di tengah masyarakat yang semakin melek teknologi dan investasi, cara ini jelas sangat membantu dalam meningkatkan literasi keuangan di kalangan investor pemula dan usia muda,” ujar dia.
Nurmadi berharap, program edukasi serupa semakin masif tersedia, supaya indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia bisa naik lebih tinggi.
Baca juga: BEI optimalisasi layanan digital picu peningkatan investor
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 mengenai indeks literasi keuangan, menunjukkan hanya 38 persen dari total penduduk Indonesia memiliki literasi keuangan baik.
Menurut Nurmadi, saat ini edukasi dari pakar keuangan dan investasi yang diberikan dalam bentuk digital berupa website, artikel, video, infografis, webinar, serta podcast memang jauh lebih efektif dan efisien.
"Potensi tepat sasarannya juga lebih tinggi, meski ruang gerak agak terbatasi akibat pandemi,” katanya.
Artinya, kata dia, edukasi keuangan serta pengelolaan aset secara digital tersebut sangat berpeluang melahirkan kalangan muda yang cakap mengatur keuangan mereka dalam mencapai tujuan finansial masa depan.
Jika sudah demikian, maka kelompok investor retail berusia muda sangat bisa diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan di era normal baru.
“Ini sangat sejalan dan sesuai dengan target edukasi pasar modal yang selama ini dilakukan BEI, yaitu melahirkan investor-investor muda yang cerdas,” ujar Nurmadi.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat kenaikan jumlah investor pasar modal dari 2.484.354 pada 2019 menjadi 3.880.743 pada akhir 2020. Jumlah investor ini pun terus bergerak naik hingga mencapai angka 6.610.173 pada 15 Oktober 2021.
Baca juga: BEI luncurkan empat terobosan baru inovasi edukasi digital
Baca juga: Akselerasi perbankan digital buka peluang dan inklusi keuangan
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Riza Harahap
Copyright © ANTARA 2021
Tags: