Jakarta (ANTARA) - Bicara Rupa Seri Sejarah Seni Rupa Modern Indonesia dari Galeri Nasional Indonesia digelar untuk kali kedua dengan tema “Mengungkap Seni Grafis Jakarta Era 60-an dan 70-an”, Kamis, pukul 14.00-16.00 WIB melalui Zoom dan Facebook live.

Acara yang dikemas dalam format ceramah umum ini menghadirkan narasumber Citra Smara Dewi (Kurator Galeri Nasional Indonesia, Sejarawan Seni, Pengajar FSRD IKJ) dan moderator Asep Topan (Kurator Independen).

Baca juga: Pameran Seni Grafis Parodi Tampilkan Pelesetan Profil

Menurut Citra, perkembangan seni grafis Jakarta pada era 60-an dan 70-an masih belum banyak dikaji. Pegrafis Jakarta seakan tertelan sejarah di tengah hiruk-pikuk dinamika seni rupa pada zamannya. Dalam melihat perkembangan seni grafis Jakarta era 60-an dan 70-an tersebut, telah dilakukan kajian terhadap karya-karya seni grafis.

“Karya grafis yang dikaji adalah koleksi Galeri Nasional Indonesia yaitu karya perupa Oesman Effendi yang pernah dihibahkan kepada negara tahun 1968 yang hampir terlupakan sejarah, serta karya-karya monoprint-monotype era 1970-an dari perupa Zaini yang menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia dan FSRD IKJ,” ungkap Citra, dikutip dari keterangan resmi, Kamis.

Dalam Bicara Rupa ini, Citra akan memaparkan bagaimana sejarah lahirnya seni grafis Jakarta, siapa saja aktor atau tokoh yang berperan, dan bagaimana spirit zaman yang memengaruhi karakter karya-karya yang diciptakan. Yang juga menarik dari ceramah ini adalah pembahasan tentang peran seniman Minang terhadap perkembangan seni rupa Jakarta, baik para sastrawan, penulis, maupun kritikus; seberapa besar peran para “seniman perantau” tersebut; dan bagaimana memaknai karya-karya seni grafis Jakarta era 60-an dan 70-an dalam konteks kekinian.

“Semoga Bicara Rupa ini dapat semakin melengkapi peta perkembangan seni grafis Jakarta, sebagai bagian dari seni rupa Indonesia. Kajian yang telah dilakukan saat ini semoga dapat memotivasi atau memicu munculnya kajian-kajian berikutnya tentang seni grafis, baik di Jakarta maupun di wilayah lainnya," kata Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto.

Selain itu, Pustanto juga berharap semoga acara ini menjadi media informasi dan edukasi seni rupa bagi publik, khususnya tentang seni grafis.

Baca juga: Galeri Nasional buat lokakarya grafis dari barang bekas

Baca juga: "Brand" asal Bandung jadikan tas sebagai kanvas seni grafis

Baca juga: 40 karya koleksi Galeri Nasional Indonesia dipamerkan di yogyakarta